Rujak cingur merupakan salah satu makanan legendaris yang mudah ditemukan di provinsi Jawa Timur. Meski berasal dari Kota Surabaya, rujak cingur tidak kalah pamor dengan bakso sebagai ikon kuliner di Kota Malang.
Pada hari Selasa (27/2), saya berkesempatan untuk mencicipi salah satu rujak cingur yang usianya telah mencapai kepala dua. Ya, Rujak Cingur dan Gado-gado Kaliurang yang terkenal itu, lho.
Tidak sulit mencari lokasinya, karena warung tersebut terletak di pusat kota Malang dan dilalui berbagai kendaraan umum. Warung yang beralamatkan di Jalan Melati nomor 42 ini hanya berkisar 7-10 menit dari jalan besar Soekarno-Hatta. Atau jika dari arah jalan Letjend S. Parman hanya memerlukan waktu kurang lebih 15 menit. Â
Beruntung, saya dapat bertemu langsung dengan Bapak Eddy Heriawan selaku pemilik warung tersebut. Beliau pun menyambut ramah dan dengan senang hati berbagi cerita.
Rujak Cingur Kaliurang (sebelum "berteman" dengan gado-gado) telah ada sejak tahun 1997 silam. Kala itu, Pak Eddy yang sedang bekerja sebagai salesman ingin mencoba untuk berwiraswasta. Tiba-tiba, ide untuk berjualan rujak muncul begitu saja. Mengingat dulu orang tua beliau juga berprofesi sebagai penjual rujak selama bertahun-tahun.
Akan tetapi, Pak Eddy tidak memperoleh resep bumbu rujak secara turun temurun dari orangtua. Beliau justru mencari dan meracik sendiri bumbunya ---yang hingga hari ini menjadi ciri khas rujak cingur tersebut.Â
Beliau juga bercerita bahwa usahanya dimulai saat mengontrak rumah di jalan Kaliurang. Oleh karena itu, menu andalannya tetap dinamakan Rujak Kaliurang meski telah beberapa kali berpindah lokasi agar pelanggan setianya tidak kebingungan. Sebab, Pak Eddy tidak berminat untuk membuka cabang demi mempertahankan cita rasanya.
Pelayan yang terdapat di warung ini pun berasal dari keluarga sendiri. Karena menurut beliau, ketika suatu resep berpindah tangan maka rasanya juga turut berubah. Tidak akan pernah bisa sama.
Jika biasanya bumbu rujak didominasi oleh rasa petisnya, bumbu rujak milik Pak Eddy memiliki rasa yang cenderung manis, dominan pada gula merah dan kacang. Cara pengolahan yang masih manual membuat bumbu rujaknya terasa lebih maknyus. Kental dan gurih.
Pak Eddy menambahkan bahwa bahan baku yang dipilih tentu berasal dari kualitas terbaik. Setiap pagi hari, bahan baku dikirim langsung dari pasar dan diolah untuk hari itu juga. Pak Eddy sangat menjaga kesegaran bahan baku agar tidak mengecewakan pelanggan.