Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Diskusi Musikal Anti-Korupsi dan Risalah Kisah Bung Hatta

19 September 2018   22:01 Diperbarui: 19 September 2018   22:23 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini (19/9), aula Gedung Ir. Soekarno di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dipenuhi oleh para pemuda dari berbagai kampus. Meski hujan perdana cukup deras mengguyur Kota Malang, suasana di dalam aula lantai 5 itu tidak kalah meriah dan "petjah". Rupanya, acara Diskusi Musikal Anti Korupsi dengan narasumber utama penasihat KPK, Budi Santoso, sedang berlangsung dengan dinamis.

Acara ini merupakan salah satu rangkaian acara dari Jawa-Bali Tour 2018 yang diselenggarakan oleh perkumpulan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) dan bekerja sama dengan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. BHACA merupakan ajang penghargaan bagi masyarakat Indonesia yang dikenal bersih dari praktik korupsi, tidak menyalahgunakan kekuasaan, dan berperan aktif dalam memberantas kecurangan di sekitarnya. Adapun beberapa tokoh masyhur yang pernah mendapat penghargaan ini ialah Joko Widodo, Basuki Tjahja Purnama, Sri Mulyani, dan masih banyak lagi.

Tidak hanya paparan materi seperti seminar pada umumnya, acara ini juga berisi Deklarasi Anti-Korupsi yang dibacakan langsung oleh M. Naufal, presiden mahasiswa UIN Malang, di hadapan rektor beserta jajarannya, rombongan dari KPK, tamu undangan, berbagai media massa, dan ratusan audiens yang berjumlah hampir 600 peserta.

Deklarasi Anti-Korupsi. Sumber: Detik News
Deklarasi Anti-Korupsi. Sumber: Detik News
Kemudian acara dilanjutkan dengan performance dari Sister in Danger, sebuah band aliran pop-rock yang bersenandung sembari kampanye sosial. Di sela penampilannya, salah satu personil band tersebut memaparkan beberapa materi dasar tentang korupsi dan bercerita tentang bagaimana sikap Bung Hatta melawan "kasus millenial" tersebut puluhan tahun yang lalu.

Jujur, sederhana, dan tanggungjawab. Begitulah prinsip hidup mantan wakil presiden RI pertama ini. Pada tahun 1952, suatu ketika Bung Karno menawarkan pesawat milik negara untuk ditumpangi Bung Hatta dan keluarganya ketika akan berangkat ibadah haji. Namun apa yang terjadi? Beliau menolak tawaran tersebut dan memilih menggunakan alat transportasi umum seperti masyarakat lainnya. 

Dari kisah ini, kita dapat meneladani sikap luhur beliau dalam membedakan urusan pribadi dan negara. Namun, yang terjadi sekarang malah banyak mobil plat merah terparkir di taman hiburan :)

Kemudian diceritakan pula oleh salah satu personil Sister in Danger, bahwasannya Bung Hatta pernah menginginkan sepatu merk Belly dari Italia namun tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. 

Pada akhirnya, beliau memutuskan untuk menabung. Coba bayangkan, bagaimana rendahnya kesejahteraan wakil rakyat pada zaman dahulu. Untuk membeli sepatu saja, beliau harus menunggu dengan sabar. Meski demikian, tak ada niatan sedikitpun untuk mengambil uang rakyat meski ada banyak kesempatan untuk melakukannya.

Namun sayang sekali, beliau meninggal sebelum keinginan tersebut tercapai. Hal ini baru diketahui oleh pihak keluarga ketika membersihkan meja kerja beliau setelah kepergiannya. Mereka menemukan potongan iklan sepatu tersebut yang disimpan rapi dalam laci. Betapa sederhananya beliau, kontradiktif sekali dengan gaya hidup orang-orang yang katanya pelayan masyarakat di jaman now.

Kemudian pada tahun 1970, suatu hari beliau menerima tagihan listrik dan air yang tak kunjung dibayar karena memang pada saat itu sedang tidak ada uang. Lalu beliau pergi ke kantor urusan tersebut. Bukan untuk meminta digratiskan karena jabatannya, melainkan beliau meminta untuk jatuh tempo pembayaran diperpanjang sedikit lagi. 

Ali Sadikin yang pada saat itu menjabat sebagai kepala daerah langsung terenyuh mendengar kisah sosok wakil presiden yang begitu humble dalam kehidupan sehari-harinya. Atas peristiwa tersebut, Bung Hatta dinobatkan sebagai warga kehormatan DKI Jakarta pada saat itu.

Kisah-kisah teladan Bung Hatta terus mengalir seiring dengan alunan musik yang dibawakan penuh semangat oleh Sister in Danger dan ditutup dengan lagu Wakil Rakyat-nya Iwan Fals. Sungguh, acara yang berlangsung selama kurang lebih 4 jam ini tidak memiliki celah boring sedikitpun. Acara diskusi kebangsaan yang biasanya membuat jenuh berhasil dikemas sedemikian rupa mengikuti kebutuhan para pemuda.

Banyak pengetahuan dan ibrah yang dapat diambil dari acara ini. Kasus korupsi yang kini menjadi makanan sehari-hari adalah PR besar bagi masyarakat di masa mendatang. Harapannya, semoga bibit-bibit generasi Bung Hatta masa kini tumbuh dan dapat membersihkan nama bumi pertiwi menjadi kiblat dunia tentang gerakan anti-korupsi. Jika bukan kita, siapa lagi? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun