Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Paling Sederhana Mendukung "World Suicide Prevention Day"

10 September 2018   23:51 Diperbarui: 12 September 2018   05:18 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tahun 2003, WHO menetapkan pada tanggal 10 September adalah peringatan "World Suicide Prevention Day" atau hari pencegahan bunuh diri sedunia. Dengan menggandeng International Association Suicide Prevention (IASP), WHO menyimpulkan bahwa peringatan ini menjadi penting karena kasus bunuh diri telah menjadi masalah besar bagi masyarakat di negara maju maupun berkembang. Hampir satu juta orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Itu artinya, kurang lebih ada 1 korban bunuh diri setiap 40 detik (Sumber: Depkes).

Di Indonesia pun, angka mortalitas karena bunuh diri semakin tinggi dari tahun ke tahun. Bahkan pada pertengahan tahun 2017 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan viralnya kasus live streaming bunuh diri perdana oleh seorang pria di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Oh, meen... Sungguh miris jika diingat kembali.

Lantas, apa yg membuat orang berpikir untuk bunuh diri? Banyak. Putus asa, ruminasi (memamahbiak kesedihan), sering memendam masalah sendirian, pressure dari lingkungan, yang disadari atau tidak akan menumbuhkan fixed mindset kurang lebih begini:

"The world is better without me. I'm tired"
or
"Akutuh uda ga tahan lagi, pengen mati aja!"

Naudzubillahimindzalik.

Kita, yang belum tentu mengerti benar masalah mereka mungkin akan menganggapnya sebagai reaksi yang berlebihan. Kemudian dengan mudahnya kita men-judge mereka: kamu kok alay banget? Kamu kurang ngaji tah? Emang yang punya masalah situ doang? Daaan judge-judge lain yg tanpa sengaja akan semakin meyakinkan mereka untuk bunuh diri.

Oh, dear... Please, don't do that.

Menurut saya pribadi dengan segala ke-awam-an ini, suicide thoughts itu pikiran yang sangat berbahaya. Orang yang berpikiran bunuh diri akan susah menerima perkataan dan perbuatan orang lain. Bahkan mereka merasa keberadaan dirinya tidaklah penting bagi orang lain. Atau kemungkinan terburuknya, mereka sedang meragukan kuasa Tuhan Semesta Alam.

Bersyukurlah kita yang ketika sumpek inginnya malah nikah saja. Hehe. Itu bagus, karena mikir ibadah :p Ga deng, back to the topic. Intinya jangan sampai terlintas sedikit pun di benak kita untuk bunuh diri dan "mendukung" orang lain untuk bunuh diri secara sengaja maupun tidak.

Caranya? In syaa Allah mudah, kok. Cobalah lebih melek terhadap orang-orang di sekitar. Jika ada orang yang berbagi keluh kesah, minimal dengarkan mereka jika belum bisa memberi nasihat terbaik. Jangan malah diomelin, disalahkan, apalagi dihakimi. Ingatlah bahwa orang yang ingin mengakhiri hidup sesungguhnya bukan benar-benar ingin mati, tapi karena ingin mengakhiri beban di hati.

Dan jangan lupa untuk selalu coba memposisikan diri sebagai orang lain. Itu sangat perlu untuk melatih kecerdasan bersyukur dan bertafakkur kita. In syaa Allah, jika kita mudah bersyukur, maka segala problematika akan menjadi lebih ringan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun