"Setelah hari kemerdekaan kemudian hari raya Idul Adha. Ibarat habis diperjuangin terus dikorbankan :')" kata salah satu netizen jaman now yang sulit dicari muasalnya.
Setelah membaca status tersebut di timeline Twitter, saya jadi tergelitik untuk membahas kalimat terakhirnya. Habis diperjuangin terus dikorbankan. Hmmm... I'm sure you know what I'm thinking about. Apalagi jika kalian adalah perempuan-menuju-dewasa-dengan-segala-kelabilannya seperti saya.
Di usia 20an ini, acap kali saya mendengar keluh kesah tentang patah hati dan segala macam unek-uneknya dari teman sejawat. Mulai dari gebetannya yang nggak peka, hadirnya orang ketiga, tidak direstui oleh keluarga, dibaperin tapi tak kunjung dilamar, hingga ditinggal menikah oleh sang pujaan hati. Tentu kita semua pernah merasakan salah satunya atau lebih, bukan?
Oh, come on. Jangan pasang muka sedih itu lagi. Semua sudah berlalu, sis, dan kamu JUGA berhak bahagia.
Yeee... lu pikir melupakan do'i semudah makan tempe pakai kecap?!
Siapa bilang itu mudah? Nyatanya suliiit sekali. Bangun tidur ingat dia, mau makan ingat pernah disuapin, nonton bioskop ingat pernah dibayarin, lihat HP ingat pernah video call berjam-jam... arrrgh, semuanya serba dia, dia, dan diaaa. Padahal dulu sebelum mengenalnya, hidupmu bisa baik-baik saja, kan? Menyebalkan memang.
Itulah mengapa (saya rasa) ulasan ini penting bagi masyarakat Indonesia yang gagal move on. Bahwasannya memerdekakan hati ialah hak segala bangsa. Maka di bulan kemerdekaan ini, marilah kita meneladani semangat perjuangan para pahlawan yang telah merelakan keluarga, waktu, dan tenaga untuk membebaskan negeri ini dari penjajah juhut yang tak bertanggungjawab ituhhh...
Kemudian daripada itu, momentum idul Adha dengan kisah Nabi Ibrahim yang masyhur juga dapat kamu pelajari agar menambah spirit dalam berjuang menuju hidup yang lebih baik setelah patah hati. Kalau kata anak jaman now sih namanya positive vibes gitu...
Nabi Ibrahim dengan segala kerelaan dan keridhoannya atas perintah Allah untuk menyembelih anaknya tetiba mendapat kejutan yang luar biasa. Putra kesayangannya, Nabi Ismail, tak jadi disembelih. From this history we all know that: kesedihan yang luar biasa akan berganti menjadi kebahagiaan.
Asalkan kamu rela. Itu kuncinya.