(lanjutan dari bagian 1)
Hari H
... Innama amruhu idza aroda syai'an ay-yakula lahu kun fayakuun...
Fasubhanal-ladzi biyadihi ma lakutu kulli syai'in wa ilaihi turja'uun... (QS. Yaasiin: 82-83)
***
"Minggir! Minggiiir!"
Syifa dan beberapa santriwati setengah tergesa sambil membopong tubuh Nazila dan membawanya ke Unit Kesehatan Santri. Selepas sholat shubuh berjamaah, Nazila ditemukan tak sadarkan diri di teras masjid. Hidung dan mulutnya mengeluarkan darah cukup banyak hingga mengotori mukenah putih yang ia kenakan.
"Bagaimana cara kita membawanya ke rumah sakit?! Sepertinya angkutan umum belum mulai beroperasi sepagi ini" tanya salah satu santriwati.
"A... aku juga belum tahu. Aku masih memikirkannya" jawab Syifa dengan penuh kepanikan. Tentu tidak hanya ia yang cemas, seluruh warga pesantren tersebut juga riuh melihat kondisi Nazila yang tiba-tiba parah. Padahal selama ini ia tak pernah mengeluh sakit apapun.
Tiba-tiba saja Ustadz Rifki ---salah satu guru di pesantren tersebut muncul dengan mengendarai mobil jenis pick up dan berteriak, "Kita akan membawanya dengan ini. Bergegaslah!"
***