"Kenapa?"
"Karena muka-mu mirip Anis, jadi aku melihatmu seakan melihat dia! Hehe... Jangan marah, ya! Namamu juga mirip. Sani, anagram dari Anis. Jangan-jangan... kalian anak kembar! Hahaha"
Sungguh itu adalah candaan terburuk se-dunia. Tidak lucu sama sekali.
Belum selesai aku membalut luka, tiba-tiba dia mengatakan hal yang setiap malam menjadi ketakutanku.
"San..."
"Hm?"
"Besok aku akan ke rumah Anis"
"Ngapain?"
"Ngajakin nikah lah"
Itulah yang membuatku pergi sejauh ini, tanpa pamit. Hatiku sudah terlanjur patah jadi seribu bagian. Empat ratusnya karena dia menjadikanku sahabat dan memperlakukanku dengan amat sangat manis hanya karena wajahku mirip dengan pujaan hatinya, dan enam ratus patahan karena dia memutuskan untuk menikahi perempuan itu. Lalu, untuk apa lagi aku ada di hidupnya?
"Oh... Ternyata itu yang membuat kamu murung di saung ini setiap malam"