Masih ingatkah dengan pakaian yang anda kenakan saat memperingati hari kemerdekaan pada masa kanak-kanak dulu? Apakah itu pakaian adat, atau pakaian profesi masyhur seperti tentara, masinis, atau pilot?
Masih ingatkah anda pada cita-cita masa kecil saat ditanya oleh orang lain? Apakah itu polisi, dokter, atau mungkin pramugari? Pernahkah anda temui teman-teman sekeliling anda yang menyebutkan cita-cita "kurang keren" seperti petani, nelayan, atau bahkan pustakawan?
Demikianlah realita menyedihkan yang terjadi di bumi pertiwi ini dari waktu ke waktu. Di mana berbagai profesi yang low profile sama sekali tidak diminati oleh generasi muda. Seakan-akan gaji yan atg besar, seragam keren, dan strata pendidikan tinggi menjadi ambisi semata. Salah siapa?
Tidak, ini bukan masalah siapa yang salah. Hanya saja hal sepele yang satu ini secara tidak langsung memupuk mindset siswa bahwa profesi yang "pantas" untuk dijadikan cita-cita hanya seputar itu-itu saja. Ya, profesi yang mayoritas berorientasi pada duniawi. Inilah fakta yang kita hadapi, bahwa guru dari berbagai zaman banyak yang tidak adil terhadap profesi. Mengutip dari dosen saya: kenapa pemuda desa zaman sekarang tidak ada yang ingin menjadi petani dan malah lari ke kota? That's the point!Jangan salahkan kalau kita negara agraris yang masih saja impor beras. Hmmm... How pathetic, ya.
Padahal pemuda desa tentu banyak yang mewarisi keahlian menjadi petani ataupun nelayan dari nenek moyangnya. Sangat disayangkan, bukan? Jika dipikir lebih dalam, sesungguhnya Indonesia butuh praktisi untuk mewujudkan kata agraris dan maritim menjadi nyata. I'm not sure thatprofesor ahlul pertanian di luar sana lebih luwes menanam padi daripada petani tulen di desa. Hehe.
Bisa dikatakan ini menjadi "dosa terbesar" pendidikan terhadap profesi-profesi marginal sejak dulu. Apa jadinya? Banyak bimbingan belajar yang membuka kelas khusus bagi siswa yang ingin masuk di jurusan pendidikan dokter. Belum lagi orang-orang di luar sana yang rela menghabiskan ratusan juta rupiah demi "memaksakan diri" untuk masuk universitas keren dengan jurusan yang keren pula. Sungguh, ini tehkarena apa? Gengsi?
Wahai para guru di seluruh dunia, sesungguhnya inilah PR terbesar kita: men-general-kan semua profesi dan memberi pengertian kepada siswa bahwa seluruh profesi itu bersinergi. Polisi butuh makan nasi untuk menambah energi, nasi berasal dari beras yang ditanam petani. Pun petani butuh peternak untuk mengembang-biakkan sapi sebagai pembajak sawah. Peternak juga butuh pedagang di pasar untuk menjual daging hasil ternaknya. See?
Itu pula yang menjadi salah satu tugas utama bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yakni mengenalkan berbagai profesi dan menanamkan pemahaman ke pada peserta didik bahwa semua profesi itu baik selama berada di jalan yang baik pula.Â
Terkadang ada rasa terharu dalam diri saya ketika melihat anak usia dini menyebutkan cita-cita mulia seperti Ustadz, guru mengaji, bahkan pernah ada yang menuliskan ingin menjadi penjual bakso Malang seperti ayahnya. I can't say anything... meski anak-anak belum seberapa mengerti tentang bab materialis, setidaknya cita-cita sederhana tersebut mencerminkan latar belakang didikannya ---bahwa sekali lagi, profesi yang dipilih bukanlah yang berorientasi pada dunia semata.
Memang jika bicara secara finansial, beberapa profesi tidak dapat menjanjikan hidup sejahtera dan kaya raya. Namun bagi orang yang memiliki pemahaman terbaik, hanya keberkahan dalam hidup yang akan menjadi tujuan utama ---meskipun dunia yang didapat hanyalah sedikit. Karena sesungguhnya harta dan pangkat tak akan dibawa mati, maka bekerja-lah semata untuk mencari ridho Ilahi. Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H