Setelah sebelumnya nostalgia dengan permainan jumpritan di sini (http://www.kompasiana.com/afif-auliya-nurani/mengembangkan-moral-quotient-anak-melalui-jumpritan_58e88b4ed19273c761133efd), sekarang saya akan kembali bernostalgia dengan salah satu permainan yang sampai sekarang masih eksis. Yap, rumah-rumahan! Ketika saya masih anak-anak,terkadang permainan ini ter-modify menjadi “guru-guruan”, “dokter-dokteran”, atau “jual-jualan”. Hihihi. Walaupun terlihat sederhana, permainan sejuta umat ini ternyata memiliki banyak manfaat positif bagi anak-anak, lho. Penasaran? Check this out!
Belajar Tanggung Jawab
Sebelum bermain rumah-rumahan, anak-anak akan menentukan peran yang akan dimainkan, misalnya sebagai ayah atau ibu. Dengan demikian, mereka belajar tentang bagaimana cara bertanggungjawab. Jika anak berperan sebagai ayah, maka mereka belajar tanggung jawab ayah untuk bekerja dan mencari nafkah seperti apa yang mereka contoh di kehidupan nyata. Sedangkan jika menjadi ibu, mereka juga akan merasakan tanggung jawab ibu pada umumnya, yakni memasak, mencuci, dan sebagainya. Pun ketika anak menjadi seorang dokter, mereka akan berusaha untuk menghayati peran sebagai dokter seperti yang mereka lihat di televisi maupun di rumah sakit. Maka saat memerankan suatu tokoh, kepercayaan diri anak akan diuji. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan sosio-emosionalnya.
Menjadi Lebih Kreatif dan Mandiri
Belajar mendekorasi ruangan atau rumah juga menjadi manfaat yang dirasakan oleh anak saat bermain rumah-rumahan. Dengan mendekorasi rumah atau ruangan sesuai dengan imajinasinya, daya kreativitas anak juga akan terasah dan makin meningkat. Dalam permainan ini, orangtua atau hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi anak. Selebihnya, mereka akan bertindak sesuai dengan fantasi yang mereka bayangkan. Saat mereka menemui masalah-masalah kecil seperti mau didekorasi bagaimana ruangannya atau siapa yang berperan sebagai siapa, jangan bantu mereka. Karena disinilah kemampuan problem solvingmereka akan diuji. Anak akan belajar bagaimana caranya menemukan jalan keluar dari sebuah masalah yang dihadapinya. Jika sedari kecil mereka sudah belajar hal ini, maka saat besar rasa kemandirian mereka akan lebih mudah terbentuk.
Melatih Perkembangan Bahasa Lisan
Bermain rumah-rumahan juga jadi salah satu sarana untuk melancarkan kemampuan bahasa lisan pada anak, utamanya dalam menempatkan diri untuk berkomunikasi. Saat anak berperan sebagai ayah atau ibu, mereka akan belajar kata-kata atau cara berkomunikasi yang biasa dipakai oleh orangtua. Tak usah khawatir anak menjadi 'cepat dewasa', karena mereka tidak akan meniru bulat-bulat cara bicara yang diperlihatkan orang-orang dewasa disekitarnya. Dan sebagai orangtua, beritahu juga arti dari tiap kata atau kalimat yang baru bagi anak. selain itu, bahasa ekspresif anak juga terlatih, seperti berpura-pura marah, sedih, senang, dan sebagainya. Dengan demikian, anak akan lebih mudah menuangkan perasaannya dalam mimik wajah yang sesuai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H