Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah 9 Permintaan Anak yang Tak Pernah Tersampaikan

4 Maret 2017   14:05 Diperbarui: 4 Maret 2017   14:28 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

4. “Jangan bandingkan aku!”

Seperti yang pernah saya tulis di sini (Jangan Ucapkan 9 Kalimat Ini Kepada Anak), membanding-bandingkan anak dengan yang lain akan menimbulkan rasa ketidak-adilan bagi anak. Kalimat membanding-bandingkan ini seringkali tidak disadari oleh orangtua. Padahal seluruh teori perkembangan sepakat bahwa setiap anak bersifat unik, yakni memiliki ciri khas, kelebihan, dan kekurangan masing-masing yang tidak bisa disamakan. Maka terimalah setiap kelebihan dan kekurangan anak karena setiap dari mereka adalah istimewa. Bantu mereka untuk melihat kelebihan dengan berfokus pada setiap individunya tanpa membandingkan dengan yang lain.

5. “Jangan lupa, aku adalah ‘miniatur’ kalian”

Ketika anak melakukan hal yang dianggap ‘nakal’ atau memiliki sikap yang kurang baik, orangtua sering menyalahkan tanpa mengetahui muasal kelakuannya. Padahal, bisa jadi hal tersebut dipengaruhi oleh faktor turunan maupun hasil dari meng-imitasi perilaku orangtuanya. Jadi sebelum menyalahkan anak, ingat dua hal ini : apakah anda sering melarangnya dengan kata ‘jangan’, atau pernah-kah anda melakukan kesalahan yang sama di masa sebelumnya? Ingat, anak merupakan representasi nyata dari orangtuanya. Bukan berarti anak adalah karma lho, ya.

6. “Jangan membuatku bingung, tegaslah kepadaku”

“Dulu boleh, sekarang tidak boleh. Dulu saat aku merengek, aku dimanja. Sekarang jangankan dimanja, dilirik saja tidak”. Mungkin demikianlah sekelumit ucapan yang hadir dibenak anak ketika orangtuanya tidak konsisten dalam mendidik dan mengasuh. Untuk itu, orangtua wajib mengubah gaya pengasuhan yang “abu-abu” menjadi “hitam-putih”. Perjelas aturan dan hak anak agar mereka tidak kebingungan dalam melakukan segala sesuatu. Karena orangtua yang tidak konsisten akan membuat anak menjadi was-was dalam mengambil keputusan. Dan yang terpenting, bersikaplah tegas tanpa menyakiti hari mereka. Jangan lupa, tegas dan keras adalah dua sisi yang berbeda.

7. “Kumohon jangan ungkit-ungkit kesalahanku!”

Tentu setiap manusia baik yang tua maupun muda, baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada yang ingin diungkit kesalahan yang terjadi di masa lalu. Mengungkit kesalahan sama saja merobek hasil jahitan setelah operasi. Meskipun penyakitnya sudah tiada, namun lukanya masih tetap bersemayam... (kok jadi baper yak). Jadi, mengungkit kesalahan hanya akan menjadikan mereka mencontoh hal serupa kepada orang lain di kemudian hari.

8. “Jangan melarangku dengan kata jangan, ya!”

Ya, jangan berkata “jangan”. Hal ini sering disuarakan dalam setiap keilmuan parenting namun masih saja banyak orangtua yang menggunakan kata “jangan” saat melarang anaknya. Maka, sebaik mungkin atur bahasa yang akan diungkapkan untuk mengganti kata “jangan” dengan kata larangan yang lebih halus. Selain itu cobalah untuk memberikan rasionalisasi mengapa tidak boleh melakukan hal tersebut. Larangan tanpa rasionalitas hanya akan memperlihatkan sisi penghukuman dan penghakiman atas apa yang dilakukan anak, sehingga kreativitas anak akan terhambat.

9. “Aku tidak butuh boneka banyak, aku hanya butuh waktu kalian yang banyak”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun