Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kepribadian Teh Naon?

9 Februari 2017   13:26 Diperbarui: 9 Februari 2017   13:30 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepribadian.

Kata tersebut sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam info lowongan kerja, biasanya kita mendapati tulisan “dibutuhkan karyawan yang blablabla... memiliki kepribadian yang santun, dapat bekerja dalam deadline, dan blablabla”. Atau ketika kita mengomentari hidup orang lain, seringkali kita berkata “wah, si do’i benar-benar idaman, ya.

Pribadinya anggun nian, rajin ibadah pula”. Namun oh namun, tidak semua orang mengerti makna kepribadian yang sesungguhnya. Bahkan ketika kita mengetik kata tersebut di mesin pencari, akan muncul banyak sekali definisi dari satu kata tersebut. Untuk itu, tulisan ini tidak akan membahas tentang pengertian, hakikat, prinsip, dan teman-temannya karena sudah banyak dibahas oleh para tetangga. Di sini kita akan menilik sedikit fakta dan keunikan dari kepribadian supaya tidak salah kaprah dalam menggunakan kata tersebut. Stay tune! 

- Kepribadian punya rumus tersendiri

Tidak hanya ilmu-ilmu eksakta yang memiliki rumus. Kepribadian pun juga memiliki rumus sebagai berikut :

Kepribadian = Pikiran + Emosi + Tingkah Laku + Tempramen

Keterangan :

Pikiran = gagasan yang memungkinkan seseorang untuk memberikan perlakuan terhadapnya sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. 

Emosi = reaksi terhadap seseorang atau kejadian yang dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu (Wikipedia). Perlu diingat bahwa tidak semua emosi itu bersifat negatif. 

Tingkah laku = aktivitas manusia yang merupakan respon atas suatu stimulus.

Tempramen = gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan. Sama halnya dengan emosi, tidak semua sebutan tempramen bermakna negatif.

Apabila hilang satu komponen saja, maka ibarat kalkulator, manusia akan mengalami “syntax error” dalam berperilaku. Tanpa berpikir, manusia akan menjadi sembrono. Tanpa emosi dan tempramen, manusia akan mendapat julukan “tak punya hati”. Dan tanpa ber-tingkah-laku, manusia bagaikan mayat hidup. 

- Kepribadian dan karakter adalah hal yang berbeda

Allport mendefinisikan kepribadian dan karakter secara singkat melalui sebuah kalimat yang sungguh epik bila dibaca : "Character is personality evaluated, and personality is character devalued". Karakter adalah kepribadian yang dapat dinilai, dan kepribadian adalah karakter yang tidak dapat dinilai. Yang menjadi subyek penilai dalam kalimat tersebut adalah lingkungan sekitar. Jadi, ketika seseorang berbicara tentang baik atau buruknya perilaku orang lain, maka yang dinilai seseorang tersebut adalah karakter. Sedangkan, kepribadian merupakan karakter yang muncul tanpa ada sangkut pautnya dengan moral. Kepribadian hanya sekedar deskripsi lepas seperti : pribadi yang santun, tegar, bandel, dan sebagainya. Jadi, ketika seseorang menilai orang lain misalkan begini, “jangan dekat-dekat dia, karena pribadinya buruk. Sudah cuek, pelit, jarang mandi lagi”. Nah, sebenarnya ungkapan yang dimaksud seseorang tersebut adalah karakter si doi, bukan kepribadian. Hasil suatu penelitian oleh ahli psikologi mengatakan bahwa kepribadian lebih dipengaruhi oleh faktor keturunan dan dapat diubah, sedangkan karakter manusia ada akibat pembelajaran terhadap nilai-nilai atau moral dan dapat dibentuk.

- Kepribadian bisa berubah

Seiring waktu berjalan, seseorang tentu akan mengalami pergeseran dalam kepribadiannya. Hal ini akan nampak jelas ketika manusia mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa akil baligh. Maka tidak usah terlalu khawatir saat mendapati anak usia dini yang terlihat manja, acuh, dan sebagainya karena belum tentu kepribadian tersebut dibawa sampai ia dewasa. Namun perlu digaris-bawahi bahwa kepribadian hanya dan hanya akan bergeser apabila ada campur tangan atas kejadian, usaha, atau penanganan di dalamnya. Dan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya pergeseran kepribadian adalah kemauan diri sendiri dan feedback dari lingkungan.

- Kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh genetik dan eksternal, tapi juga dipengaruhi oleh kejadian besar

Ya, kejadian besar seringkali berpengaruh besar terhadap kepribadian seseorang. Bahkan hal tersebut dapat merubah kehidupan dalam sekejap. Misalkan ketika seseorang kehilangan anggota keluarga atau kerabat yang sangat berarti, maka seseorang yang dulunya riang bisa mendadak jadi pendiam. Atau saat mengalami kejadian yang menyebabkan cacat fisik, maka orang yang dulunya aktif dalam kegiatan menjadi pemalas dan mudah putus asa. Naudzubillahimindzaliik. Oleh karena itulah, Allah SWT berpesan kepada manusia dalam suatu ayat bahwa jangan sampai kita menyukai dan membenci sesuatu secara berlebihan karena ketika kita kehilangannya, maka rasa-rasanya akan hilang pula sebagian ‘hidup’ kita.

- Apakah kepribadian bisa dilihat dari golongan darah, zodiak, garis tangan, dan kawan-kawannya?

Ketika kita membaca suatu pernyataan tentang kepribadian berdasarkan golongan darah tertentu, terkadang kita merasa bahwa rasanya “ini gue banget”. Namun juga tidak jarang bahwa ada beberapa pernyataan yang tidak sesuai dengan kondisi nyata. Entah apakah hal tersebut memang benar-benar valid atau hanya perkiraan yang berdasarkan penelitian. Namun ketika saya membaca tulisan ini : https://www.zenius.net/blog/8786/golongan-darah-sifat-kepribadian (very-recommended-to-read), saya yakin bahwa pernyataan-pernyataan yang terkadang terdengar “ini gue banget” tidak lain hanyalah kebetulan semata. Dan untuk zodiak, garis tangan, dan kawan-kawannya, jangan ditanya. Namun terlepas dari itu, setiap orang berhak meyakini apa yang ingin diyakininya. 

- Tidak ada kepribadian yang sempurna 

Tidak ada manusia yang sempurna, maka tidak ada pula kepribadian yang sempurna. Bahkan kepribadian juga ada yang ‘sehat’ dan ‘tidak sehat’. kepribadian dikatakan sehat apabila telah mencapai kematangan dalam perkembangannya. Hal ini akan nampak pada tingkah laku yang optimis, produktif, selalu tampak bahagia, dapat mengontrol emosi, dan hal-hal positif lainnya.

Sebaliknya, manusia yang memiliki kepribadian yang ‘tidak sehat’ cenderung mudah tersinggung, tertekan, kurang bergairah untuk hidup, dan lain sebagainya. Lantas bagaimana cara menyehatkan kepribadian? Allah SWT telah menjawabnya jutaan tahun yang lalu di dalam Al-Qur’an. Cukup taati perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya saja. Tidak pakai nawar, ya. In sya Allah, dengan demikian kenyamanan hidup akan tercapai tidak hanya di dunia, tapi juga di keabadian.

- “Sekolah kepribadian” bukan sekolah kepribadian

Akhir-akhir ini, sekolah kepribadian menjadi tren di kalangan masyarakat. Orientasi sekolah kepribadian pada umumnya yakni membimbing siswanya untuk bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma, mulai dari cara berjalan, berbicara, mengangguk, bersalaman, bahkan hal-hal detail seperti cara tersenyum yang anggun, atau cara menatap mata orang lain dengan benar pun juga diajarkan.

Padahal, sekolah kepribadian yang sesungguhnya adalah kehidupan. Sekolah kepribadian yang banyak didirikan pada saat ini tidak lebih sebagai pemanis tingkah laku. Dan tingkah laku hanyalah salah satu dari 4 komponen kepribadian yang sudah disebutkan di atas. Jadi pada hakikatnya, selama kita masih bisa bernafas, maka selama itu pula kita ber-sekolah-kepribadian. Untuk itu manfaatkan sebaik-baiknya moment ini, karena selain menjadi asuransi di akhirat nanti, the-real-sekolah-kepribadian ini tidak dipungut biaya sepeserpun dan mendapat bimbingan langsung dari Yang Maha Kuasa. Hehe. Sekian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun