Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Review] El-Emploe, Tujuh Menit Sejuta Makna

28 Januari 2017   14:02 Diperbarui: 28 Januari 2017   21:08 2569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Bahwa rutinitas dunia akan membuat hidup menjadi kosong

Dari ekspresi yang terlihat dalam video tersebut, tersirat kehampaan pada seluruh tokoh yang ada. Bahkan kursi dan meja yang bisa berkedip-kedip itu juga nampak hampa. Karena apa? Seharian mereka hanya mengurusi dunia dan orang lain. Sekali lagi, kuy jadi insan yang kreatif. Jangan hanya dunia saja yang dijalankan, tapi akhirat juga prioritas. Coba saja kalau dalam video tersebut digambarkan lakonnya juga taat beribadah, otomatis dia akan menjalankan perintah agamanya seperti murah senyum, suka melempar salam, cinta kebersihan, dan menjadi manusia berakhlak seperti ajaran seluruh agama di muka bumi ini. Andaikata demikian, maka hidupnya takkan hampa lagi. Dan video ini takkan ironi lagi huehue.

5. Bahwa di jaman modern kini manusia seakan-akan tidak punya pilihan lain

Saya setuju dengan salah seorang yang mengomentari video tersebut kurang lebih (komentarnya panjang sangat, singkatnya kira-kira begini) : ini seperti kritik atas segala aturan pekerjaan yang melenyapkan perasaan dan gugatan atas tercabutnya ekspresi sebagai makhluk sosial. Manusia di masa kini ibarat mesin, sudah terprogram. 

Video ini bisa jadi cibiran pada hal-hal yang pada akhirnya semu seperti kehampaan prilaku santun seorang penjaga kasir, keramahan sales-promotion-girl, senyum manis pegawai bank, ucapan terima kasih dan selamat pagi dari pegawai minimarket, dan sebagainya. Semuanya palsu. Video ini sepertinya menertawai hal yang demikian, kekeringan ekspresi pekerja, yang tidak bisa menikmati hidupnya, dan akan menjadi individu yang individualis.

Ah iya, totally agree. Ketulusan hidup bersama kini dipertanyakeun :(

Oke sekian my-first-time-video-review-yang-jauh-dari-sempurna ini, apabila ingin menambahkan atau berdiskusi lebih lanjut, monggo. Barangkali ada yang punya estimasi lain saya tunggu ya. Semoga bermanfaat dan menginspirasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun