Gestur ataupun reaksi ini yang bisa dijadikan alat untuk menimbang ketika ingin menganalisis atau boleh jadi merencanakan maupun menilai suatu pembelajaran yang responsif gender. Unsur yang ketiga ialah Unsur Environmental Input, terkait unsur ini dalam pembelajaran ialah lingkungan-lingkungan yang berada di dekat ataupun di sekitar murid, dan lingkungan itu seperti lingkungan kelas yakni teman-teman dari si murid, lingkungan sekolah (lingkup yang lebih luas lagi), lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang menjadi tempat keseharian dari si peserta didik.Â
Pada akhirnya dari tiga unsur yang telah disebutkan sebelumnya (unsur dalam pendidikan, unsur Raw Input, dan unsur Environmental Input) dilaksanakan dalam model pembelajaran yang responsif gender menggunakan tahap secara bersama, saling membantu, dan selalu mencari pembaharuan untuk mencapai nilai dan sikap akan keadilan dan kesetaraan gender yang ingin dicapai.(Bakhri dkk., 2016)
Setting pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk pembelajaran bahasa Arab yang responsif gender
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mempunyai ciri yang mudah untuk dipahami bagi yang membacanya yakni suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil, dan pembagian kelompok tersebut harus dilakukan secara heterogen yang artinya heterogen disini ialah beraneka ragam ataupun terdiri dari berbagai unsur yang sifatnya berbeda-beda dan jenisnya berlainan, ini merupakan poin yang bisa dikatakan sangat mudah dimengerti jikalau berbicara tentang kooperatif tipe jigsaw.Â
Sama halnya dengan pembasahan akan pembelajaran yang responsif gender, hal yang paling mudah untuk dipahami tentang hal ini ialah pembelajaran yang sadar akan nilai-nilai dan sikap yang diusung oleh kesetaraan dan keadilan gender.
Setelah pemaparan panjang lebar akan penjelasan dari model kooperatif tipe jigsaw & penjelasan dari pembelajaran yang responsif gender, kita akan mengetahui bahwa tipe ini bisa digunakan pada pembelajaran bahasa Arab yang merespon akan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender.Â
Yang pertama pada model kooperatif tipe jigsaw jika kita memahami penjelasannya, di situ terdapat kata kunci yaitu pembagian kelompok yang dilakukan dengan cara heterogen (sifat yang berbeda & jenis yang berlainan), dan hal ini yang apabila diidentifikasi dan dipahami menunjukkan bentuk ataupun ciri yang juga diusung & selalu disuarakan tentang kesetaraan dan keadilan gender, bukan tanpa alasan dengan adanya pernyataan seperti ini, ketika kita telah mengetahui tentang keheterogenan suatu kelompok yang telah dibagi, artinya gambaran dari kegiatan belajar mengajar yang diharapkan terjadi nanti akan sangat memungkinkan dalam hal akses, partisipasi, hingga penerimaan manfaat pun terlaksana secara adil dan merata, dan kontrolnya pun nanti akan merata tanpa membeda-bedakan hak gender yang itu dengan cara memancang jenis kelamin.Â
Contohnya ketika para siswa dalam suatu kelompok kecil sedang mendiskusikan materi tentang jumlah fi'liyah dan jumlah ismi'ah, setelah mereka melakukan diskusi, guru meminta kelompok tersebut mempresentasikan dari hasil diskusiannya tersebut, dan apabila di dalam suatu kelompok tersebut terdapat anak perempuan, kita harus memastikan bahwa pembagian untuk mempresentasikan materi tersebut terbagi secara rata, karena pada umumnya anak laki-laki akan mendominasi dalam suatu kelompok ataupun forum, sehingga berpotensi menjadikan siswa perempuan bisa jadi hanya sebagai pelengkap di suatu kelompok ataupun forum saja, maka dari itu guru perlu memberi himbauan kepada setiap ketua kelompok ataupun langsung dihimbau secara keseluruhan agar anak perempuan pun akan mendapatkan hak belajar yang sama secara merata layaknya anak laki-laki ketika pembelajaran berlangsung.
Daftar Pustaka
Bakhri, A., Faryati, S., & Rozak, P. (2016). MODEL PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER DI STIT PEMALANG. 1.
Dewi, S. M. (2018). PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER DI PAUD AININA MEJOBO KUDUS. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 1(1), 119.