Mohon tunggu...
afida
afida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Mana: Mengkritik atau Memuji Anak?

12 September 2017   10:41 Diperbarui: 12 September 2017   10:58 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengkritik adalah tindakan yang sangat mudah dilakukan. Semua orang bisa meluncurkan kritik kalau mereka mau. Karena sangatlah mudah menilai kelemahan orang dan kejelekannya. Meskipun kritik sendiri adalah kebutuhan yang perlu disampaikan orang yang paham akan masalahnya. Yang kadang lucunya ada orang yang ikut-ikutan mengkritik supaya terlihat keren. Padahal pahami etika mengritik terlebih dahulu sebelum mengkritik orang lain terutama mengkritik terhadap anak kita harus lebih berhati-hati.

Kekuatan anak tidak harus muncul dari bakat mereka baik dari segi fisik maupun mental. Ketika anak banyak memperoleh kritikan pada usia remaja mereka akan mudah terpengaruh oleh komentar dan kritikan orang lain karena merupakan tahap pembentukan identitas mereka. Anak yang sensitif terhadap komentar orang lain rasa percaya dirinya akan pudar. Biasanya kritik akan menimbulkan rasa permusuhan, apalagi mengkritik anak kecil biasanya bisa menimbulkan rasa minder.

Pujian terhadap anak memang diperlukan tapi hendaknya kita tahu kapan kita harus memuji dan tepat untuk menyampaikan pujian. Pujian juga kita sajikan dalam porsi yang tepat juga. Pujian juga memberikan efek psikologis dimana anak merasa dirinya oke dan diterima oleh orang tuanya. Pujian memberi dampak positif mendekatkan hubungan anak dan orang tuanya. 

Akan tetapi jika memberi pujian yang brlebihan akan membawa dampak yang kurang baik dalam relasi anak dan teman-temannya. Ini akan memperburuk relasi sosialnya dan membuat anak membenci dirinya sendiri. Sikap sombong akan muncul dan anak tidak akan mau memperoleh masukan dari orang-orang disekitarnya.

Orang tua yang menginginkan kelebihan dari anaknya pasti akan berusaha meninggalkan kelemahan mereka. Dengan tidak sadar orang tua akan selalu terfokus pada kekurangan apa yang telah dimiliki oleh anak tersebut. Untuk menemukan kelebihan dari seorang anak kita hanya melihat dari tiga cara: Apakah anak baik dalam melakukan kegiatan itu, apakah anak bersemangat melakukannya, dan kenapa anak sering melakukannya. Orang tua banyak yang fasih sekali menyebut kekurangan anaknya masing-masing dan begitu menyebut kelebihan dari anaknya banyak yang terbata-bata dan berpikir terlebih dulu.

Yang perlu diperhatikan seyogyanya kita mengarahkan pujian kita pada sifat yang baik yang anak tampilkan. Kasih, murah hati, tekun dan jujur. Kita perlu menghindarkan memuji anak terlalu banyak dari segi fisiknya atau segi-segi yang dimilikinya. Lgipula fokus kita akan sifat baik itu lebih membuat anak merasa mampu mencapainya dan mempertahankan apa yang telah dicapainya. 

Mengkritik anak juga tidak perlu berlebihan. Ketika kita mencela, mengkritik, mengomel dan mengkoreksi anak fokus perhatian kita adalah pada kesalahan atau kekurangan anak. Tetapi ketika kita memuji apa yang kita temukan adalah kelebihan atau hal positif yang anak miliki. Dengan demikian, pada saat kita memuji anak, perilaku yang baik itu diperkuat. 

Anakpun akan lebih suka mengulang perbuatan baiknya itu, dan dengan mudah akan membentuk kebiasaan yang baik. Karena pada dasarnya setipa manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Setiap orang ingin dipuji dan diakui kelebihannnya bukan kelemahannya.

"Jangan memandang rendah diri untuk mendapatkan sesuatu, tapi menurunkan hati untuk mendapatkan sesuatu juga"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun