Mengunjungi tempat-tempat bersejarah tak melulu harus ke museum, beberapa tempat seperti kampung di sekitar kita juga memiliki sejarah, asalkan kita mau mencari tahu lebih dalam. Kali ini saya akan membagikan pengalaman saya berkunjung ke Kampung Wisata Ketandan pada 2 November 2022, yang lokasinya berada di RW 4, Kelurahan Genteng, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Posisi Kampung Ketandan ini bisa dibilang strategis, karena terletak di tengah-tengah kota yang diapit Jalan Blauran di sisi Barat, Jalan Praban di sisi Utara, Jalan Tunjungan di sisi Timur, dan Jalan Embong Malang di sisi Selatan.
Kali pertama memasuki kawasan Kampung Ketandan, saya melihat ada papan nama yang bertuliskan "Kampung Wisata Ketandan Surabaya". Kemudian memasuki kampung dengan melalui gang kecil, uniknya sepanjang jalan dari gang kecil tersebut ada kesenian mural yang menghiasi dinding kampung. Kesenian mural tersebut bergambarkan manusia dan berbagai profesinya. Mulai dari abang tukang sate, ibu-ibu penjual di warung, dan sebagainya. Â Menurut pandangan saya, gambar manusia dengan profesinya itu menggambarkan warga Ketandan yang diberdayakan dengan UMKM disana.
Saat telah memasuki kampung, suasana terasa sangat asri dan terkesan klasik (jadul) walaupun berada di tengah kota dengan segala kemegahannya. Kampung ini secara umum terasa tampak berwarna karena dalam beberapa bagian jalan di cat berwarna-warni dan di gambar angka-angka. Beberapa bangunan di kampung ini yang menunjukkan sisi kesenian Islam ialah bangunan Masjid An-Nur dan Makam Mbah Buyut Tondo. Kedua bangunan ini menjadi saksi bersejarah dalam perkembangan kampung Ketandan ini, karena keberadaannya yang telah lama ada. Bangunan unik lainnya yang ada di kampung Ketandan ini adalah masih terdapat rumah-rumah warga yang bergaya kuno Jawa masa Belanda abad ke-19 hingga 20. Sekilas juga mirip rumah gaya Betawi.
Selain itu, bangunan unik yang ada di kampung Ketandan ini adalah pendopo atau biasa disebut Balai Budaya Cak Markeso. Bangunan ini unik karena terkesan sangat kuno dan menggunakan joglo untuk atas atapnya. Bangunan ini berada di depan makam Mbah Buyut Tondo atau ke arah barat jika berjalan dari masjid An-Nur.
Kampung Ketandan sendiri sebenarnya memiliki sejarah yang bisa dibilang sulit ditelusuri, segala informasi yang ada kebanyakan hanya penuturan dari mulut ke mulut warga sekitar. Dilansir dari laman kumparan.com bahwa nama Ketandan diambil dari kata 'Ketandang' yang artinya Perang Tandang. Menurut wawancara dengan salah satu warga bernama Pak Eka, beliau berkata bahwa "Dulu disini itu tempat penginapan untuk perang, jadi waktu perang-perang zaman dulu itu nginepnya ya disini". Â Informasi tambahan juga saya dapatkan ketika berada disana kebetulan saya bertemu dengan Cak dan Ning Surabaya, mereka menjelaskan bahwa sejarah Kampung Ketandan bahwa orang-orang dari Ketandan ini dulunya ikut dalam perobekan bendera yang ada di Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H