Mohon tunggu...
Afida Rizma Liana Rafsanjani
Afida Rizma Liana Rafsanjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi, Penulis Lepas

Belajar berkutat dengan tulisan dan penyuka dunia Internasional

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seorang Jenderal yang Tulus Berjuang hingga Akhir Hayat

3 Agustus 2022   10:25 Diperbarui: 3 Agustus 2022   10:33 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ada yang bisa menebak siapa sosok jenderal yang dimaksud dalam judul?

Beliau adalah Jenderal Soedirman. Beliau merupakan panglima TNI pertama di Indonesia. Perjuangan beliau tidak boleh dilupakan oleh generasi muda Indonesia. Dialah beliau Jenderal Soedirman yang lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah. Cita-cita yang menjadi keinginan beliau adalah ingin memerdekakan negerinya Indonesia secara seratus persen. Dalam berjuang, beliau rela memberi segala harta bendanya untuk para prajurit bahkan saat dirinya dirumah sakit pun, beliau masih tetap ingin berjuang dan terus berdiskusi dengan rekan-rekannya.

Pada 12 November 1945 Jenderal Soedirman dipilih pemerintah sebagai Panglima TKR (TNI) setelah PETA dibubarkan oleh pemerintah. Kemudian pada 12-15 Desember 1945 beliau memimpin perang besar untuk pertama kalinya di Ambarawa dan dalam perang ini beliau berhasil memukul mundur sekutu ke Semarang. Pada 18 Desember 1945 beliau dilantik sebagai panglima oleh Presiden Soekarno di Yogyakarta.

Perjuangan dan peran beliau kemudian tidak hanya sampai disitu, pada 19 Desember 1948 terjadi Agresi Militer II Belanda yang dipimpin Jenderal Simon Hendrik Spoor, beliau seketika turut ikut berperang dan memerintah prajurit untuk melakukan perang Gerilya. Dalam memanggil prajurit untuk berperang, beliau berteriak dengan mengatakan “Ibu Pertiwi Memanggil” sebanyak 3 kali. Perjuangan berikutnya adalah pada 1 Maret 1949 Jenderal Soedriman memimpin serangan umum ke Yogyakarta untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia masih ada dan tidak kalah oleh penjajah.

Namun perjuangan Jenderal Soedirman terhenti ketika beliau dilarikan ke Rumah Sakit Panti Rapih pada Agustus hingga Oktober 1949 setelah setahun sebelumnya jika dirawat di rumah sakit yang sama. Penyakit yang dididerita oleh Jenderal Soedirman ialah Tuberkolosis hingga paru-parunya dipotong, penyakit tersebut bisa menyerang beliau karena diduga beliau sangat menggemari rokok. Walau begitu beliau tetap ingin mencurahkan segala perjuangan dan tenaganya untuk bangsa. Jenderal Soedirman sendiri juga telah terikat sumpah bahwa “Haram Menyerah Bagi Tentara”.

Namun tepat pada 29 Januari 1950 Jenderal Soedirman menghembuskan nafas terakhirnya diusia ke 34 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Melalui sekilas cerita tersebut nilai-nilai yang bisa kita ambil dari Jenderal Soedirman adalah beliau sangat tangguh, kuat dan pantang menyerah walau sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Beliau teguh pada sumpahnya yakni lebih mementingkan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun