Gizi, setiap kali mendengar kata gizi pasti kita terbayang dengan makanan yang sehat dan bermanfaat bagi tubuh kita. Gizi menurut bahasa arab yaitu ghiza yang berarti makanan yang menyehatkan. Gizi merupakan bahan makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bertahan hidup. Gizi berkaitan dengan konsumsi serat pada pangan. Menurut UNICEF, menjelaskan bahwa Indonesia termasuk negara yang masih terancam keberadaannya dengan tingginya kekurangan dan kelebihan gizi. Kelebihan dan kekurangan pada gizi tidak baik untuk tubuh makhluk hidup.
Salah satu keadaan apabila kekurangan gizi yaitu terkena stunting atau bertubuh pendek. Stunting sering kita temui pada bacaan berita atau kita dengar dari lingkungan sekitar kita.Â
Lalu apa si itu stunting? Kenapa stunting dapat mengancam masyarakat Indonesia?. Menurut (Purnaningsih et al., 2023), stunting merupakan suatu permasalahan yang disebabkan karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, infeksi pada tubuh yang terulang-ulang, dan rangsangan psikososial yang tidak dapat memadai 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Indonesia termasuk negara dengan tingkat sanitasi terburuk nomor 2 se dunia. Hal ini mengakibatkan Indonesia menjadi negara dengan tingkat penderita stunting terbanyak se asia tenggara (Herawati et al., 2020). Â
Menurut Kementerian Sekretariat Negara RI Sekretariat Wakil Presiden menjelaskan bahwa stunting bukan tergolong penyakit, stunting ini termasuk keadaan dimana tubuh gagal tumbuh karena asupan makanan yang kurang dan terjadi infeksi yang kronis pada masa periode emas atau sekitar sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun.
Stunting dapat terjadi pada anak-anak terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Kriteria anak balita yang terkena stunting yaitu anak yang pertumbuhannya kerdil saat umurnya mencapai 2 tahun, atau dengan anak jenis kelamin sama. Anak balita yang terkena stunting akan berpengaruh pada tubuh mereka, yaitu kurus, tetepi keadaan tubuh sang anak tetap seimbang.Â
Anak yang terkena stunting akan mengalami tingkat kecerdasan yang menurun, susah berbicara, sulit belajar, kekebalan tubuh rendah dan mudah terinfeksi atau sakit, berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan obesitas saat mereka dewasa. Namun, postur tubuh yang kerdil pada anak tidak semuanya ciri dari stunting.Â
Ciri-ciri lainnya bagi anak penderita stunting yaitu terlihat wajah yang lebih muda dari usianya, pertumbuhan gigi yang cukup lambat, terlambat dalam pubertas, pendiam disaat usia 8-10 tahun. Seorang anak yang mengalami stunting dikemudian harinya ketika menjadi seorang ibu hamil akan mengalami anemia dan bayi dalam tubuh beratnya akan rendah (Fitroh & Oktavianingsih, 2020). Anak yang terkena stunting tinggi tubuhnya berada di angka bawah -2 SD (Standar Deviasi).
Stunting dapat menjangkit anak balita dikarenakan oleh 2 faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung pada penyebab stunting berasal dari dalam diri seperti kekurangan nutrisi pada ibu hamil, prematur, makanan yang tidak optimal, infeksi, dan tidak adanya ASI eksklusif. Menurut WHO, penyebab stunting secara tidak langsung berasal dari layanan kesehatan,, pendidikan, sosial dan budaya, dan kesehatan lingkungan hidup (Ramdhani et al., 2021). Â
Faktor lainnya penyebab stunting pada anak balita yaitu kurangnya asupan dari energi protein, MPASI yang rendah, dan imunisasi yang kurang lengkap. Infeksi dapat mengakibatkan stunting karena infeksi dapat menurunkan intake makanan dan menganggu penyerapan zat gizi, dapat menghilangkan zat gizi, dan kebutuhan metabolic akan meningkat (Noorhasanah et al., 2020).
Bahaya stunting pada anak balita akan berpengaruh pada kesehatan tubuh mereka. Dampak yang dihasilkan dari stunting sangatlah mengerikan. Stunting terjadi karena kekurangan nutrisi, apabila kejadian ini dibiarkan dalam waktu lama akan berpengaruh pada fungsi otak secara permanen, menurunnya potensi pertumbuhan fisik, perkembangan saraf yang menurun, meningkatkan penyakit kronis saat dewasa, menurunkan tingkat IQ pada seseorang yang terjangkit stunting (Sumartini & Keb, 2020). Dampak dari stunting pada anak balita apabila sudah kronis maka akan menimbulkan sesak napas, anak tidak aktif bermain, batuk, demam, sering mengalami lemas, tubuh membiru saat menangis, dan pada bayi saat menyusu kurang baik (dr. Pittara, 2022). Â