Mohon tunggu...
Afida NurulSabilla
Afida NurulSabilla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi Pendidikan Ipa, Universitas Pancasakti Tegal

Mahasiswa Ipa UPS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Teori Tes Lama, Baru, dan Respon Butir

18 Maret 2023   17:40 Diperbarui: 18 Maret 2023   17:49 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Rumus Perbandingan Model IRT Logistik

          Tahukah kalian mengenai teori tes klasik, modern, dan respon butir? Dalam dunia pendidikan sering kita mendengar istilah teori tes klasik, modern, dan respon butir terutama untuk instrumen. Pendidikan merupakan cara merubah tingkah laku seseorang untuk menjadi dewasa dalam pendidikan kita sering mendengar istilah instrumen. Instrumen merupakan sarana dalam mengumpulkan sesuatu yang dicari.

          Berubahnya suatu tatanan pemerintah, maka berubah juga pola suatu tatanan kurikulum pendidikan yang dijalankan. Berubahnya kurikulum juga berubah pola teori tes yang berlaku. Teori tes itu seperti teori tes klasik, modern, dan respon butir tes. Dalam bentuk teori tes pasti memerlukan sebuah alur pengembangan pengukuran untuk skor nantinya. 

Alur pengembangan alat ukur sebagai berikut :

Penjelasan :

  • Construct ke test (Bagian dari operasionalisasi construct)
  • Test ke Answer (Belajar mengenai konstruksi alat ukur)
  • Answer ke Score (Belajar mengenai metode penyekoran)
  • Score ke construct (Perlu proses inferensial yang berkaitan dengan penyekoran)

Teori pengukuran dibagi menjadi 2, yaitu teori skor murni klasik (CTT (Classical Test Theory)) dan teori tes modern (IRT (Item Response Theory)).

Teori skor murni klasik (CTT)

           Teori skor murni klasik sering dikenal dengan sebutan CTT (Classical Test Theory). Tes ini dapat dicontohkan pada skor yang dihasilkan dari pengadministrasian tes. Tes klasik terdapat pada skor dari bagian tes dan skor totalnya, atau sering dinamakan dengan skor tampak. Rumus dari skor tampak sebagai berikut : 

X = T + E 

Dengan : 

X = Skor Tampak, 

T = Skor Murni, dan 

E = Error Pengukuran

Bentuk skor tampak seperti skor mentah, skor terstandar, skor tes, skor subtes, dan skor persentil.

          Skor murni merupakan skor yang menunjukkan ukur yang memiliki ketepatan dan keakuratan yang sempurna. Harga dari skor murni tidak dapat diketahui pasti. Hal ini dikarenakan skor murni pasti memiliki atau menghasilkan angka eror.  Error dan Incorrect itu berbeda. Perbedaannya yaitu kalau error itu kesalahan yang menyesatkan kebenarannya, contohnya kapal ke kapan. Incorretct merupakan kesalahan karena tidak sesuainya pengambilan keputusan. Contohnya menjawab A, tetapi di kunci jawaban B. Pada rumus skor tampak terdapat eksensifikasi persamaan.

          Persamaan itu ada pada simbol yang ada di rumus. Semisal simbol Xi = Ti + Ei simbol i menunjukkan sampel individu. Dan pada  Xj = Tj + Ej simbol j menunjukkan ketika pengukuran individu dilakukan secara berkali-kali pengukuran, sehingga simbol j menunjukkan waktu pengukuran.

          Untuk mengerjakkan soal skor tampak, kita perlu pengansumsian. Skor tampak merupakan nilai harapan dari pengukuran. Sehingga simbol dari skor X adalah e(X) = T. Nilai harapan dapat diambil dari rata-rata skor tampak. Rerata skor tampak akan setara dengan skor murni. Namun skor tampak biasanya naik atau turun. 

          Asumsi lainnya yaitu menggunakan rumus ET = 0 atau tidak ada hubungan antara error dan T. Dapat menggunakan asumsi E1E2 = 0 atau besarnya E1 pada tes tidak berhubungan dengan error tes lainnya. Asumsi ke 5 yaitu menggunakan rumus E1T2 = 0 atau besarnya error 1 pada suatu tes tidak ada hubungannya dengan skor murni pada tes di waktu yang lain. Implikasi secara praktis teori skor murni klasik yaitu melakukan pengukuran secara berulang dan melakukan pengukuran dengan tes yang panjang (banyak butir) hingga skor tampak mendekati skor murni.

Teori tes modern (IRT)

          Teori tes modern (IRT) sering dikenal dengan nama Item Response Theory.  Teori ini memiliki ciri laten atau lengkungan karakteristik butir dan fungsi karakteristik butir. Teori IRT membangun model yang menghubungkan ciri butir dengan ciri peserta didik dengan syarat tertentu, model yang dibuat bebas yang memenuhi syarat. Syarat dan hakikat pada IRT sebagai berikut : 

  • Mengukur satu dimensi

Persyaratan ini diperlukan cara untuk menentukan apakah suatu butir unidimensi atau tidak. Caranya yaitu dengan analisi faktor dan dapat menunjukkan dimana letak butir tes tersebut. Dimensi yang dominan merupakan dimensi yang mejadi tunggal atau unidimensi pada respon atau karakteristik butir.

  • Independensi Lokal

Persyaratan independensi lokal dimaksudkan sebagai letak pada suatu titik di kontinum ciri peserta. Sehingga skor dari satu butir tes tidak boleh ditentukan atau bergantung pada skor butir tes lainnya.

  • Invariasi Parameter

Persyaratan yang ketiga ini menemukan bahwa fungsi atau lengkukan responsi atau karakteristik butir adalah tetap dan tidak berubah sekalipun peserta didik menjawab berbeda pada butir yang sama.

 Teori Tes Respon Butir

          Teori respon butir merupakan upaya dalam memadukan subjek dan butir yang ada dalam satu skala. Hal ini dapat terjadi karena CTT butir dan subjek tidak ada dalam satu skala. CTT butir dan subjek tidak ada dalam satu skala dikarenakan tingkat kesulitan butir, daya diskriminasi, dan reabilitas. Sedangkan hasil pemaduan antara subjek dan butir berada pada parameter butir dan parameter abilitas. Parameter butir bersifat invarian pada kelompok 2 dalam populasi, dan parameter abilitas bersifat invarian pada setiap butir dalam tes.

Analisis Regresi Linear 

Persamaan : Y = Bo + B1X + E

Dengan : 

Bo merupakan nilai unit ketika B1 = 0 (intersep), dan

B1 (slope/kemiringan) dengan menunjukkan peranan X terhadap Y, semakin besar peranan maka semakin tinggi kemiringan, dan dapat mempresentasikan kolerasi butir total. Kemiringan menunjukkan peranan, jika kemiringan garis terbalik maka butir tersebut mengukur keterbalikan dari yang diukur

KONSEP MENGENAL MODEL

          Model merupakan suatu konsep yang dianggap sebagai suatu yang ideal dan sederhana untuk menilai fenomena empiris berbentuk butir.Terdapat 2 model, yaitu linear dan non linear. Model linear termasuk model yang sederhana dan dapat dilihat dengan mata linear dan ditetapkan pada satu model yang paling tepat dengan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan model non linear merupakan model yang akan melihat cara pandang yang sesuatu linear.

Jenis-Jenis Model 

  • Model Kaku (Model kaku merupakan model yang terlalu banyak untuk dipenuhi dan tidak boleh ada lekukan (harus garis lurus).)
  • Model luwes (Model luwes merupakan model yang rileks dan tidak perlu banyak dipenuhi, gambar kemiringan grafiknya boleh lekukan.)

          Model yang digunakan pada teori tes butir yaitu model yang logistik ogive dan model kurva normal ogive. Keduanya mempunyai bentuk grafik seperti huruf "S". Sehingga mudah dilihat kesimpulannya. Contohnya yaitu orang yang mempunyai kemampuan tinggi, peluang dalam menjawab butir tes sangat besar, begitu pula sebaliknya.

MODEL-MODEL TEORI RESPON BUTIR

          Persamaan yang digunakan dalam IRT terdiri dari 2 komponen seperti orang (X) dan butir (Y). Semakin ke atas suatu kemiringan, maka semakin besar pula menjawab butir tes. Rumus model dasar teori respon butir sebagai berikut :

Gambar 2. Rumus Model Dasar Teori Respon Butir
Gambar 2. Rumus Model Dasar Teori Respon Butir

Dengan : 

P  : Probabilitas menjawab benar pada sebuah butir

θ : kemampuan orang

b : butir soal

Perbandingan model IRT logistik melibatkan parameter tebakan semu dan model persamaan regresi linear. Ditunjukkan pada rumus :

Gambar 3. Rumus Perbandingan Model IRT Logistik
Gambar 3. Rumus Perbandingan Model IRT Logistik

PERSAMAAN IRT ISLAND

Y = BO + B1X

Semakin besar B1 maka semakin curam garis regresi, dan jika B1 = 0 maka tidak ada daya diskriminasi. 

Model Logistik 1 Parameter (Tingkat Kesulitan)

Gambar 4. Rumus Model Logistik 1 Parameter
Gambar 4. Rumus Model Logistik 1 Parameter

Daya beda butir bervariasi yang terlihat dari kemiringan yang sama dan baseline mendekati 0

Model logistik 2 parameter 

Gambar 5. Rumus Model Logistik 2 Parameter
Gambar 5. Rumus Model Logistik 2 Parameter

Daya beda butir bervariasi yang terlihat dari kemiringan yang berbeda-beda, baseline mendekati 0

PERBEDAAN MODEL 

  • Model IRT 1PL sederhana dan membutuhkan ukuran sampel yang tidak sebesar model 2PL atau 3PL, namun kurang dapat menunjukkan adanya butir yang problematik karena memiliki daya diskriminasi negatif.
  • Model IRT 3PL memberikan informasi yang lebih lengkap dibandingkan dengan model yang lain akan tetapi membutuhkan ukuran sampel yang besar dan proses analisisnya lama.
  • Model IRT 2PL menjadi kompromi dari kelemahan dan kelebihan model IRT 1PL dan IRT 3PL.

Perbedaan Teori Tes Klasik Vs Modern 

Antara teori tes klasik (CTT) dan modern (IRT) mempunyai perbedaan satu sama lain. Berikut perbedaan antara CTT dan IRT :

CTT (Prinsip Lama)

  • Kesalahan standar pengukuran berlaku untuk semua skor dalam populasi tertentu.
  • Tes yang panjang akan menghasilkan skor yang reliable dibandingkan dengan tes yang pendek.
  • Perbandingan skor antar tes akan optimal jika tes yang dibandingkan itu paralel.
  • Kualitas hasil pengukuran bergantung dari sampel.
  • Makna terhadap skor kemampuan individu didapatkan dari perbandingan dengan orang di dalam norma.
  • Data interval dapat dicapai dengan mendapatkan skor yang terdistribusi normal.
  • Butir dengan format yang berbeda memberikan dampak yang berbeda.
  • Skor karena suatu perubahan tidak bisa dibandingkan dengan skor awal ketika skor inisial berbeda.
  • Analisis faktor pada butir yang bersifat linear (0;1) akan memberikan kumpulan butir dari artefak.
  • Fitur simulasi pada butir termasuk aspek yang tidak penting jika dikaitkan dengan properti psikometris. 

IRT (Prinsip Baru)

  • Kesalahan standar pengukuran berbeda di semua skor tetapi digeneralisasikan di seluruh populasi.
  • Tes yang pendek bisa menghasilkan skor yang lebih reliable dibandingkan dengan tes yang panjang.
  • Perbandingan skor antar tes akan optimal jika tes yang dibandingkan itu tingkat kesulitannya bervariasi
  • Kualitas pengukuran tidak bergantung pada sampel.
  • Makna terhadap skor kemampuan individu didapatkan dari selisihnya dari tingkat kesulitan butir.
  • Data interval dapat dicapai dengan mangaplikasikan model pengukuran yang terjustifikasi.
  • Butir dengan format bervariasi akan mampu menghasilkan tes yang optimal.
  • Skor akibat dari suatu perubahan dapat dibandingkan meskipun skor inisialnya berubah.
  • Analisis faktor pada semua jenis data mentah menghasilkan informasi faktor yang komprehensif.
  • Fitur stimulus sebuah butir berkaitan dengan properti psikometris.

Antara teori tes klasik dan modern dapat kita lihat pada nama istilahnya saja. Istilah klasik berarti lama, dan modern berarti baru. Sehingga antara tes teori klasik dan modern memiliki perbedaan satu sama lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun