Senyummu, seperti mentari pagi,
Menyilaukan mata, walau hati berkabut.
Kau kuat, bagai gunung menjulang tinggi,
Menahan beban, yang tak pernah kau sebut.
Di balik senyum, tersembunyi luka,
Yang kau sembunyikan, tak ingin terlihat.
Kau tak ingin berbagi, takut menambah duka,
Menanggung beban, dengan hati yang terpilin.
Bahu tegapmu, menopang langit biru,
Sembunyikan rapuh, di balik baju yang kau kenakan.
Kau tak ingin terlihat lemah, tak ingin terpuruk,
Menjadi benteng, bagi mereka yang kau cintai.
Namun, tahu kah kau, kau tak sendiri,
Ada hati yang ingin menyapa,
Menawarkan bahu, tempatmu bersandar,
Menjadi pelabuhan, kala kau terpuruk.
Di balik gunung, tersembunyi lembah,
Yang menyimpan air mata, yang tak pernah kau tumpahkan.
Di balik senyum, tersembunyi rasa,
Yang tak pernah kau ungkapkan, tak pernah kau ceritakan.
Janganlah takut, untuk membuka hati,
Berbagi beban, agar tak terbebani.
Kau tak sendirian, ada yang peduli,
Siap menopang, dan berbagi cerita.
Biarkan kami, menjadi angin sepoi-sepoi,
Yang menerbangkan beban, yang kau pikul selama ini.
Biarkan kami, menjadi air yang menenangkan,
Yang meredakan gelisah, yang menggerogoti hatimu.
Kau tak perlu menjadi gunung,
Yang berdiri tegak, tanpa pernah goyah.
Kau boleh menangis, kau boleh rapuh,
Karena di sini, ada yang menjagamu.
Senyummu, seperti mentari pagi,
Menyilaukan mata, walau hati berkabut.
Kau kuat, bagai gunung menjulang tinggi,
Tapi kau tak perlu sendirian, di balik gunungmu.
Kendal, 19/09/2024
Afid Alfian A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H