Di saat senja memudar, kesepian menyelinap perlahan,
Suara yang terdengar hampa, hanya menggema di kehampaan.
Takdir mempertemukan kita dalam sunyi yang menggelayut,
Hanya ada kekosongan, dalam alunan waktu yang berkecamuk.
Dia yang menghubungiku, namun dalam kekosongan yang tak berarti,
Mengisi waktu luang dengan kehampaan yang terasa terlalu berat.
Percakapan yang hampa, tanpa makna atau warna yang menggoda,
Hanya tinggal kenangan yang pahit, dalam kehampaan yang membeku.
Kata-kata yang terucap, bagai angin sepoi yang tak berbekas,
Membawa kesedihan dalam riuh kesunyian dunia yang hampa.
Setiap detik terasa berat, setiap cerita terasa hambar,
Mengalir dalam kesendirian yang tak terhingga.
Di balik layar, di ujung jari yang terasa dingin,
Terjalin hubungan yang rapuh oleh kekosongan yang tak terucap.
Momen-momen itu, seperti bayangan di kanvas kehidupan,
Mengabadikan kesedihan, mengukir luka yang tak terobati.
Dalam diam, dalam kata-kata yang terabaikan,
Tersemat rasa hampa dalam hati yang terpaut.
Dia yang menghubungiku saat waktu luangnya,
Hanya meninggalkan jejak kesepian dalam kehampaan yang tak terucap.
Afid Alfian A
Kendal, 06/08/2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H