Marah, api membara di dada,
Membara, membakar, menghancurkan.
Kata-kata tajam, menusuk, melukai,
Bergema, bergema, di ruang hampa.
Energi terbuang, sia-sia,
Menghilangkan ketenangan, menghancurkan jiwa.
"Oalah," bisik hati, pelan dan lembut,
Menarik napas dalam, melepaskan amarah.
"Oalah," sebuah mantra, sebuah jampi,
Menghentikan badai, meredakan api.
Menyadarkan diri, bahwa marah tak berbuah,
Hanya luka, hanya derita, yang tertinggal.
"Oalah," sebuah kata, sederhana, namun sakti,
Membuka mata, melihat kenyataan.
Bahwa hidup terlalu singkat, untuk dipenuhi amarah,
Terlalu indah, untuk disia-siakan dengan perih.
"Oalah," sebuah pilihan, sebuah jalan,
Memilih ketenangan, memilih damai.
Memilih untuk melepaskan, memilih untuk memaafkan,
Memilih untuk melanjutkan hidup, dengan hati yang lapang.
"Oalah," sebuah bisikan, sebuah doa,
Memohon kekuatan, untuk melepaskan beban.
Memohon ketenangan, untuk menemukan kedamaian,
Memohon kebijaksanaan, untuk menjalani hidup dengan tenang.
"Oalah," sebuah kata ajaib,
Menghilangkan amarah, menuntun ke bahagia.
Mengajarkan kita, untuk memilih damai,
Mengajarkan kita, untuk hidup dengan tenang.
Afid Alfian A
Kendal, 29/07/2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H