Senja lari dengan rasa cemburu.
Sekejap menghilang karena cemburu akan senyummu.
Sungguh elok sesungging senyum itu.
Selalu membuatku merasa rindu, untuk melihatnya selalu.
Anonymous telegram tempat awal kita bertemu.
Saling bertanya akan nama, umur, dan asal kota.
Chatingan semakin lama dan lanjut ke instagram juga.
Merasa nyaman berteman dan kita lanjutkan ke- WA.
Di atas pasir pantai sagara, kita duduk berdua.
Kau menemaniku yang sedang sibuk menulis puisi sembari kubaca.
Kau dengarkan dengan seksama dan memberi beberapa saran juga.
Kurang romantis mungkin ya hingga bisa membuat cemburu senja.
Mungkin bagi mereka hal itu hanyalah biasa.
Mungkin juga tidak ada yang istimewa.
Mungkin juga tak seindah kisah Ayat- ayat cinta.
Mungkin tak sehebat kisah perjuangan Rama akan Shinta.
Bagiku saat itu rasanya sangat bahagia.
Ketika kita bisa berdua, bercerita, dan memahami juga.
Ketika masih bisa menertawakan perjuanganmu denganya.
Yang kala itu kau begitu menderita, kini kau menertawakannya tanda kau sudah berdamai akan segalanya.
Untukmu puisi ini......... dariku yang sedang menulis dalam heningnya malam.
Kendal, 30 Maret 2022.
Afid Alfian A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H