Sungguh maafkan aku.
Jika sudah mengecewakanmu.
Jika tak bisa memenuhi inginmu.
Jika tak sesuai akan kehendak dirimu.
Aku sudah yakin akan pilihanku.
Kumohon dukunglah jalan hidupku.
Kumohon jangan marahi aku.
Kumohon aku sudah tak mampu mendengar amukanmu.
Ayah aku tak ingin membecimu.
Aku tak ingin marah akan dirimu.
Aku tak ingin kau mendiamkanku.
Hatiku menolak semua hal itu.
Ayah kenapa kau selalu murka.
Kenapa masalah sepele saja kau tak suka.
Membentak dengan sekuat tenaga.
Kenapa kau tak bicara baik- baik saja.
Anakmu tak sebodoh yang kau kira.
Semua anakmu bahkan selalu juara.
Ayolah saling bicara, hilangkan kesalah- pahaman yang ada.
Sudahi suasana diam diantara kita.
Aku memanglah anak bungsu.
Aku mungkin selalu kecil dimatamu.
Hingga tak berhak menentukan arah yang ingin kutuju.
Aku sangat kesal jika kau memang berpikir begitu.
Sungguh diriku selalu ingin mengungkapkan hal ini, tapi kenapa ku selalu menangis bahkan sekarang saat ku menulis puisi ini. Semoga kau membaca tulisanku. . Terima kasih untukmu ayah, maafkan aku.
Kendal, 25 Maret 2022.
Afid Alfian A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H