Kecamatan Yosowilangun, Lumajang — Di era digital seperti saat ini, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi inovasi penting dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah pedesaan, sebuah proyek pengabdian masyarakat yang dipimpin oleh Afib Rulyansah, M.Pd. dari PGSD Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya telah dilakukan di Kecamatan Yosowilangun, Lumajang. Proyek ini bertujuan untuk memberdayakan 20 guru sekolah dasar (SD) dalam penggunaan teknologi AI untuk mendukung pembelajaran yang lebih efektif.
Proyek ini tidak hanya melibatkan para guru, tetapi juga menginspirasi masyarakat dan siswa. Dengan memanfaatkan teknologi AI, para guru dibekali pengetahuan dan keterampilan praktis yang dapat langsung diaplikasikan di ruang kelas. Salah satu komponen utama proyek ini adalah serangkaian pelatihan intensif yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman guru tentang AI, termasuk penggunaannya dalam mendukung proses pembelajaran.
Mengapa AI?
AI menjadi tren dalam dunia pendidikan karena potensinya untuk mendukung pembelajaran yang lebih personal. Dengan AI, guru dapat merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa, mempercepat proses penilaian, dan memberikan umpan balik secara real-time. Sayangnya, di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan seperti Yosowilangun, akses terhadap teknologi masih terbatas.
Di Kecamatan Yosowilangun, yang dikenal sebagai daerah pertanian, penggunaan teknologi masih tergolong minim. Oleh karena itu, proyek ini menjadi sangat relevan untuk mengatasi kesenjangan digital yang ada. Proyek yang dipimpin oleh Afib Rulyansah, M.Pd. ini berfokus pada pemberdayaan para guru agar dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah dasar.
Pelatihan untuk Guru
Sebagai bagian dari proyek ini, sebanyak 20 guru dari berbagai sekolah dasar di Yosowilangun mengikuti pelatihan intensif. Salah satu tujuan utama dari pelatihan ini adalah memberikan pemahaman dasar tentang AI serta bagaimana mengintegrasikannya dalam pembelajaran sehari-hari. Alat-alat seperti Google AI dan Scratch menjadi fokus utama dalam pelatihan ini. Pelatihan dirancang secara praktis agar guru dapat langsung menerapkan pengetahuan baru mereka di kelas.
Sebelum pelatihan, sebagian besar guru merasa kurang percaya diri dalam menggunakan teknologi di kelas. Namun, setelah mengikuti pelatihan selama enam bulan, hasilnya sangat positif. Salah satu peserta, Arief Dwi Desmawan, S.Pd., seorang guru matematika, mengungkapkan bahwa pendekatan ini sangat membantu dalam meningkatkan keterlibatan siswa dalam pelajaran matematika. "Dengan Scratch, siswa lebih mudah memahami konsep-konsep matematika yang sulit melalui visualisasi yang menarik," ujarnya.
Hasil survei menunjukkan peningkatan signifikan pada tingkat kepercayaan diri para guru. Sebelum pelatihan, nilai kepercayaan diri rata-rata hanya 2,1 dari skala 5, namun setelah pelatihan, angka ini meningkat menjadi 4,3. Selain itu, para guru juga melaporkan peningkatan keterampilan digital mereka, yang memungkinkan mereka untuk lebih leluasa menggunakan teknologi di dalam kelas.
Dampak Positif pada Siswa
Selain memberikan dampak langsung pada para guru, penggunaan AI di kelas juga membawa dampak signifikan pada siswa. Observasi yang dilakukan selama proyek menunjukkan bahwa siswa lebih termotivasi untuk belajar ketika menggunakan alat berbasis AI. Terutama di mata pelajaran seperti matematika dan sains, AI membantu guru untuk menyederhanakan konsep yang sulit menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.
Arief Dwi Desmawan, S.Pd., menyebutkan bahwa penggunaan AI di kelas matematika telah meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Nilai ujian siswa meningkat hingga 20% setelah penerapan AI dalam pembelajaran. "Siswa sekarang lebih antusias belajar matematika. Dengan bantuan visualisasi yang interaktif, mereka dapat memahami konsep yang sebelumnya sulit bagi mereka," tambahnya.
Penggunaan AI tidak hanya terbatas pada proses pengajaran, tetapi juga membantu guru dalam hal administratif. Dengan alat AI, tugas-tugas seperti penilaian menjadi lebih efisien, sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada interaksi langsung dengan siswa. Hal ini dirasakan langsung oleh para guru, yang merasa beban administratif mereka berkurang berkat teknologi AI.
Tantangan dan Hambatan
Walaupun proyek ini berhasil memberikan banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi selama pelaksanaan. Tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan infrastruktur teknologi di wilayah pedesaan. Beberapa sekolah masih mengalami keterbatasan akses internet yang memadai, yang menjadi hambatan bagi guru dalam menggunakan teknologi AI secara optimal.
Selain itu, terdapat juga beberapa guru yang awalnya merasa ragu dan skeptis terhadap penggunaan AI dalam pengajaran. Mereka khawatir bahwa AI akan menggantikan peran mereka sebagai pendidik. Namun, melalui pendampingan berkelanjutan dan kelompok diskusi yang difasilitasi oleh tim pengabdian, keraguan ini perlahan dapat diatasi.
Dukungan teknis juga menjadi tantangan tersendiri. Di beberapa sekolah, perangkat keras seperti komputer dan tablet masih terbatas, sehingga beberapa guru terpaksa berbagi alat dengan rekan mereka. Untuk mengatasi hal ini, proyek ini juga mencakup sesi bimbingan teknis yang membantu para guru memaksimalkan sumber daya yang ada.
Harapan dan Keberlanjutan Proyek
Keberhasilan proyek ini menunjukkan bahwa AI memiliki potensi besar untuk diintegrasikan dalam dunia pendidikan, terutama di wilayah-wilayah yang sebelumnya kurang terjangkau teknologi. Namun, untuk memastikan keberlanjutan program ini, diperlukan dukungan lebih lanjut dari pemerintah dan para pemangku kepentingan, baik dalam bentuk investasi infrastruktur maupun pelatihan lanjutan untuk para guru.
Afib Rulyansah, M.Pd. menyatakan harapannya agar proyek ini dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain yang juga memiliki tantangan serupa. "Dengan kemitraan yang baik antara sekolah, pemerintah, dan universitas, kami yakin proyek seperti ini bisa diterapkan di daerah-daerah lain yang membutuhkan. Ini adalah langkah awal untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia," ungkapnya.
Melihat hasil positif yang telah dicapai, pelatihan serupa direncanakan untuk diperluas ke wilayah lain. Proyek ini juga membuka peluang bagi inovasi-inovasi lainnya dalam dunia pendidikan, di mana teknologi dapat menjadi alat yang mendukung pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.
Kesimpulan
Proyek pengabdian masyarakat yang dipimpin oleh Afib Rulyansah, M.Pd. dari PGSD Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya ini telah membuktikan bahwa teknologi AI dapat memberikan dampak yang signifikan dalam dunia pendidikan, terutama di wilayah pedesaan. Dengan memberdayakan guru melalui pelatihan yang intensif, proyek ini berhasil meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa di Kecamatan Yosowilangun, Lumajang.
Meskipun masih ada beberapa tantangan, seperti infrastruktur yang terbatas dan resistensi terhadap perubahan, komitmen para guru dan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan terus memperluas jangkauan proyek serupa, Indonesia diharapkan dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih merata dan berdaya saing di era digital ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H