Banyak jalan bagi seseorang untuk memulai bisnis, bisa secara mandiri atau bermitra dengan orang lain. Ada juga yang akhirnya bermitra dengan sahabat terdekat misalnya teman di bangku sekolah karena sudah saling percaya.
Seperti dua wanita ini yang memulai bisnisnya di Cileungsi, Delia Nurulita dan Yossi Octaviani. Mereka mendirikan sebuah usaha dessert box bernama Happy Treats.
Pertemanan keduanya sudah terjalin sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), tepatnya di SMAN 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Setelah lulus, Lita sapaan akrabnya, melanjutkan studi ke Universitas Brawijaya (UB), sementara Yossi di STIE Mahardhika Surabaya.
Awal perjalanan bisnisnya dimulai setelah pengumuman hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2019. Lita dinyatakan lolos dan diterima di UB jurusan sastra Inggris. Sementara hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Yossi, ia dinyatakan tidak lolos dalam seleksi tersebut.
Yossi pun memilih untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Ia ingin menuangkan kesedihannya dengan cara yang positif. Dari sinilah Lita dan Yossi mencari ide bersama, lalu mencoba membuat dessert box, produk yang akan mereka jual di Happy Treats.
"Waktu pengumuman SNMPTN, Yossi tidak lolos. Terus karena Yossi tidak mau sedih berlarut-larut, dia mau menuangkan kesedihannya dalam bentuk yang lebih positif. Di situ deh kita ketemu, langsung brainstorming dan uji coba sepulang UASBN," ungkap wanita bernama lengkap Delia Nurulita Ramadhani Permana ini.
Dari tester hingga terwujud Happy Treats
Dessert box varian choco custard, banoffee pie, lotus biscoff, tiramisu, dan cookies n cream. (Foto: Instagram/@happytreats.id)
Karena bisnis dessert box berhubungan dengan rasa, keduanya memutuskan untuk menyediakan tester terlebih dahulu. Dessert box pertama yang mereka buat adalah choco custard. Tak disangka, saat dibawa ke sekolah, tester tersebut mendapat respon positif dari teman-temannya karena rasanya yang enak.
Melihat hal itu, Lita dan Yossi pun tak ingin kehilangan kesempatan. Hingga akhirnya, 26 Maret 2019, Happy Treats resmi dibuka. Modal yang dibutuhkan saat itu adalah Rp300 ribu, berasal dari uang saku masing-masing sebesar Rp150 ribu. Dari modal tersebut, Happy Treats menjual aneka varian dessert box seperti choco custard, banoffee pie, tiramisu, cookies n cream, hingga lotus biscoff.Â
"Kita utamanya memakai media sosial, sisanya mouth to mouth (mulut ke mulut)," kata Lita.
Lambat laun, cerita tentang kenikmatan dessert box Happy Treats tak lagi hanya tersebar di lingkungan sekolah, melainkan sudah menyebar ke banyak kalangan. Happy Treats pun semakin berkembang.Â
Bahkan kini tak hanya menghadirkan aneka varian dessert box, Happy Treats juga menghadirkan menu baru: bento cake dan whole cake. Untuk best seller-nya sendiri adalah dessert box varian choco custard dan banoffee.
"Semuanya masih saya sendiri yang bikin dibantu mama saya," ucap Lita yang juga membuka usaha kue sendiri bernama Ammurelle.Â
Sebagai sosok yang hobi memasak, dirinya rela kuliah sembari mengelola usaha ini. Karenanya, sulit jika produksi dilakukan setiap hari. Selain itu, Lita ingin produk Happy Treats sampai ke tangan customer dalam keadaan fresh dan masih enak untuk dikonsumsi.
Omzet ratusan juta rupiah
Whole cake diameter 14 cm dibanderol seharga Rp185 ribu, sedangkan diameter 18 cm seharga Rp255.000, sudah termasuk lilin dan pisau plastik. Untuk desain dan aksesoris tertentu, dikenai biaya tambahan Rp5 ribu hingga Rp20 ribu.
Happy Treats menyediakan bento cake dan whole cake dalam dua varian rasa: chocolate dan vanilla, dengan pilihan filling (isian kue) chocolate ganache, salted caramel, lotus biscoff, dan strawberry cheese. Tersedia juga pilihan varian frosting (pelapis kue), mulai dari swiss meringue buttercream, cream cheese frosting, hingga fresh cream.
Dari hasil penjualan tersebut, Happy Treats mampu meraih omzet hingga Rp120 juta. Hebat bukan? Bahkan, omzet ratusan juta rupiah itu sudah diraih sedari awal Happy Treats memulai usahanya.
"Dari awal Happy Treats mulai sampai sekarang, omzetnya sekitar Rp120 juta," ungkap Lita.
Kendala dan tantangan dalam menjalankan Happy TreatsÂ
Omzet besarnya kini, tentu merupakan hasil kerja kerasnya bersama Yossi selama kurang lebih dua tahun. Bukan tanpa hambatan, keduanya sudah jatuh bangun melewati kendala dalam membangun bisnis ini.
Lita berkisah, Happy Treats sempat berhenti di tahun 2020. Hingga akhirnya dibuka kembali pada bulan September. Tentu saja mereka harus memulai semuanya dari nol (lagi).
"Salah satu kendalanya karena saya dan Yossi kuliah di tempat yang jauh, jadi kita sempat berhenti di tahun 2020. Lalu bulan September kita mulai lagi semuanya dari nol," jelasnya.
Sedangkan tantangan dalam bisnis ini, kata Lita, pihaknya harus tetap konsisten dan tidak mengecewakan customer-nya. Terlebih saat ini Happy Treats menghadirkan menu baru (bento cake dan whole cake), dirinya pun masih belajar membuat menu tersebut dengan sebaik mungkin. "Bagaimana caranya untuk bisa terus konsisten dan tidak membuat kecewa customer," tutur Lita.
Meski usahanya bersama Yossi terbilang cukup sukses, Lita tak merasa berpuas diri atas pencapaian usaha yang telah digelutinya sejak kelas tiga SMA. Setidaknya akhir tahun ini, Lita dan Yossi berniat mengembangkan Happy Treats dengan membuka gerai atau toko secara offline.