Mohon tunggu...
Afiandari Nur Ardiati
Afiandari Nur Ardiati Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik

Hello~

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Mengenal Sigit Budiarto, Sang Pencetak Prestasi dan Atlet Top Dunia

31 Januari 2022   14:12 Diperbarui: 31 Januari 2022   15:08 4405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sigit Budiarto bersama Candra Wijaya menyabet gelar juara All England 2003. Foto: bbc.co.uk

“Setiap Thomas Cup sebenarnya ada cerita-ceritanya, tetapi tahun 1998 itu sangat menarik. Di mana kami berangkat pamitannya dengan Soeharto, pulangnya sudah ganti presiden,” cerita Sigit kepada kumparan.

Sejatinya kala itu Piala Thomas berlangsung selama seminggu.

Adapun momen perayaan gelar juara Piala Thomas di tahun tersebut juga menyimpan kisah tersendiri bagi Sigit. Lantaran konvoi juara Thomas Cup 1998, disangka kerusuhan.

“Sampai di Indonesia disambut. Kemudian sempat diarak juga meskipun pertama kali masyarakat pada takut, dipikirnya kan kerusuhan lagi,” ungkap Sigit sambil tertawa saat mengenang kesalahsangkaan itu.

Terkena vonis doping    

Di tengah kebahagiannya, Sigit Budiarto harus menghadapi cobaan berat. Pada 1998 ini pula ia dinyatakan gagal tes doping.

Dengan mendongakkan kepala sembari mengusap-usap dagu menggunakan jari telunjuknya, Sigit mengaku bingung mengapa ia divonis melakukan doping.

“Sampai saat ini pun saya masih kurang mengerti. Kalau soal jamu memang sempat dikasih. Tetapi sempat juga ngetes ke lab, katanya ngga ada kandungannya. Ngga ngerti juga yang bener yang mana,” katanya.

Menurut Sigit, awalnya ia diberi sanksi dua tahun, namun ternyata diringankan menjadi 13 bulan. Tetapi bagi Sigit, efektifnya hampir setengah tahun dirinya tidak berpartisipasi dalam turnamen bulu tangkis. Ia divonis tidak bisa mengikuti semua pertandingan, baik internasional maupun tingkat nasional.

Meski begitu, Sigit menegaskan bahwa ia tidak pernah takut dites doping, karena memang tidak pernah dengan sengaja menggunakannya.

Sementara mengenai perasaannya saat itu, Sigit mengungkapkan bahwa vonis doping adalah sesuatu yang berat dan hampir meruntuhkan puncak kariernya. Lantaran terjadi pada masa di mana ia dan Candra sedang berada di posisi peringkat satu dunia, ditambah lagi sedang melakukan persiapan jelang Olimpiade Sydney 2000.

“Berat ya, mau ketemu orang malu, ngobrol sama orang lain juga malu. Kemudian di PB juga ngga banyak orang yang bisa membantu, dalam artian secara psikologis ya,” keluh Sigit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun