Mohon tunggu...
Afiah Septia Rahmah
Afiah Septia Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43221010106 - Nama Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.SI.Ak - Nama: Afiah Septia Rahmah - S1 Akuntansi - Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 1 - Sedulur Papat Limo Pancer Kearifan Lokal

26 Oktober 2022   21:44 Diperbarui: 26 Oktober 2022   21:59 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sedulur Papat Limo Pancer (Dokpri)

Kesadaran kosmik atau kesadaran tertinggi manusia dengan saudara penyerta melalui Sedulur Papat Limo Pancer akan memberikan potensi dalam diri manusia. Seseorang yang menggali dan memiliki Sedulur Papat Limo Pancer dinilai akan menjadi orang sukses seutuhnya. Ditinjau dari persepsi moralitas dan spiritualitas, jika seseorang memiliki kesadaran Sedulur Papat Limo Pancer, maka orang tersebut memiliki etika yang tinggi. Etika yang dijelaskan berkaitan dan mencakup semua aspek kehidupan manusia dan berbagai hubungan serta peran dalam masyarakat.

Menurut seorang filsuf Jerman, Gadamer mengemukakan bahwa Sedulur Papat Limo Pancer yang merupakan kajian filsafat roh jawa tidak dapat dipahami atau dimengerti dengan cara yang mudah dan gampang. Hal tersebut dikemukakan dalam beberapa alasan dibawah ini, yaitu:

  • Terjadinya kendala pengetahuan

Menurut Gadamer, adanya masalah prasangka atau penyimpulan yang dilakukan secara tergesa-gesa dalam memahami Sedulur Papat Limo Pancer. Ketika memahami Sedulur Papat Limo Pancer tentu akan melibatkan berbagai macam hal, yaitu emosi diri, kepentingan, dan kekuasaan. Akibat jika tidak ada sesuatu tersebut adalah objektif.

  • Tidak diikuti dengan aplikasi atau praktik

Dalam memahami Sedulur Papat Limo Pancer akan diikuti dengan aplikasi dan praktik. Aplikasi yang dimaksud adalah pembatinan dan melalui aplikasi tersebut akan membentuk menjadi pemahaman. Sedulur Papat Limo Pancer juga dapat diaplikasikan dengan menggabungkan antara pengalaman jiwa dan tubuh. Maka pemahaman yang didapatkan bersifat manunggaling.

  • Merupakan bentuk peleburan fusi horizon

Sedulur Papat Limo Pancer diartikan sebagai suatu bentuk peleburan fusi atau horizon atau cakrawala pemahaman. Horizon yang dimaksud adalah horizon masa lampau yang dipergunakan untuk memahami saat ini atau kekinian. Menurut Gademer hal tersebut dikenal dengan Bildug, yaitu cara yang digunakan untuk memahami Sedulur Papat Limo Pancer. Aku dan engkau menanggungkan pendapat agar kita menemukan sesuatu yang baru. Adapun menurut Plato atau Platon dinamakan sebagai revisi atau pendalaman pada doxa, yaitu pendapat dan opini.

  • Tidak hanya dipahami sebagai mental historis

Dijelaskan bahwa Sedulur Papat Limo Pancer bukan hanya dipahami dengan mental historis tetapi merupakan arah untuk menginterpretasikan kemasa depan, serta membangun kemungkinan untuk masa depan dan membentuk diri untuk bereksistensi pada masa depan. Cara yang dilakukan adalah dengan manghuni atau memahami terlebih dahulu, kemudian berinterpretasi atau mengembangkan pehamanan, dan yang terakhir adalah membangun. Dengan demikian, Sedulur Papat Limo Pancer diartikan dengan menghuni dahulu kemudian membangun.

Menurut ke empat alasan diatas yang telah dijelaskan, maka disimpulkan bahwa Sedulur Papat Limo Pancer tanpa manusia akan dinilai tidak ada. Dalam perjalanan atau pencarian Tuhan Yang Maha Esa, hanya manusia yang dapat memahami dan dikaitkan dengan unsur alam makro kosmos. Unsur tersebut terdiri dari, air, angin, udara, api, bulan, bintang, matahari, dan lainnya. Serta dikaitkan dengan sifat jasmani, rohani, indrawi dan non indrawi. Hingga dibentuk dengan perjumpaan yang diketahui maupun tidak diketahui.

Sedulur Papat Limo Pancer mengemukakan lima keutamaan yang disebut sebagai Sang Hyang Batara Kala atau waktu dengan 4 sedulur, yaitu data indrawi (hidung, mata, telinga, dan mulut). Berikut ini penjelasannya:

  • Hidung (Timur)

Dilambangkan dengan warna putih, yaitu sukma purba dan dihuni oleh Batara Bayu. Dalam teks disebut dengan Sunda Wiwitan Hyang Wening Wisnu.

  • Telinga (Barat)

Dilambangkan dengan warna putih dan dihuni oleh Batara Sambu. Dalam teks disebut dengan Sunda Wiwitan Sang Hyang Brahma.

  • Bibir dan Mulut (Selatan)

Merupakan sukma wasesa dan dilambangkan dengan warna merah yang berarti berantam dan konflik. Dihuni oleh Batara Brahma dan dalam teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal atau Sang Hyang Guru Siwa.

  • Mata (Utara)

Dilambangkan dengan warna hitam, yaitu sukma langgeng. Dihuni oleh Batara Sriten atau dalam teks, yaitu Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal Mandala Agung.

  • Kelenjar Pineal

Sedulur Papat Limo Pancer merupakan kerangka anasair kuna, yaitu bumi, air, udara, dan api. Akan tetapi jika diartikan ke dalam nama dan bentuk lain adalah ketuban, pusar, darah, dan ari- ari. Sedulur Papat Limo Pancer atau Sajen Sedulur Papat merupakan bentuk sesaji atau sesajen terdiri dari berbagai macam jenis nasi atau yang disebut juga dengan sega. Hal itu dimaksudkan untuk menghormati dan menghargai ke empat sudara kembar yang terletak di empat penjuru titik  mata angin. Penjelasan mengenai hal tersebut, yaitu sebagai berikut:

  • Sega Putih atau Nasi Putih

Disamakan dengan arah timur dan merupakan simbol bagi kakang sawah.

  • Sega Cemeng atau Nasi Hitam

Hal ini ditujukan untuk utara atau yang disebut Wardi Jaya. Sega Cemeng adalah simbol tali pusar.

  • Sega Abang atau Nasi Merah

Ditujukan untuk selatan atau yang dinamakan dengan Purbangkara. Sega abang adalah simbol darah.

  • Sega Kuning atau Nasi Kuning

Ditujukan untuk barat atau yang dinamakan dengan Sinotobrata. Sega kuning digambarkan dengan simbol adik ari-ari.

Sedulur Papat Limo Pancer juga diartikan sebagai bunyi atau suara dalam Musik Aesthetics Gamelan, yaitu “ Nang, Ning, Nung, Neng, Gong”. Hal tersebut dimaksud sebagai penyempurna dalam rasa atau roso pada setiap ritual kehidupan manusia Jawa Kuna. Kata “Nang” diartikan sebagai tirakat, raga, jiwa, dan akal budi. Kata “Ning” diartikan dengan wening atau hening. Kata “Nung” diartikan dengan kesinungan. Kata “Neng” diartikan dengan heneng atau yang dimaksud dengan kemampuan totalitas jiwa untuk berserah diri. Sedangkan kata “Gung atau Gong” diartikan dengan keagungan atau kemuliaan Tuhan.

Dijelaskan bahwa Musik Aesthetics Gamelan akan mengutamakan keseimbangan dalam bunyi kenong, saron, kendang, gambang, dan suara gong untuk penutup irama dalam mempresentasikan jiwa atau pemujaan pada Sang Ilahi, hingga hal ini bersifat sakral atau agung. Diketahui bahwa perjalanan batin dan jiwa manusia Jawa untuk mengerti Tuhan akan selalu inget atau sadar dimanapun dan kapanpun, karena hal tersebut bersifat eling.

Disimpulkan bahwa “Nang, Ning, Nung, Neng, Gong” menjelaskan bahwa kehidupan manusia berada dalam sebuah siklus atau reinkarnasi menuju hal yang sama secara abadi. Jika memahami sebuah seni tanpa adanya ilmu kebijaksanaan, maka hal tersebut dinilai nihil.

Menurut kajian filsafat roh Jawa, Sedulur Papat Limo Pancer dapat dijelaskan dengan beberapa hal berikut ini:

  • Sedulur Papat Limo Pancer diartikan sebagai pengungkapan batin dan interprestasi psikologis mental dunia yang diakibatkan dari pergerakan empat anasir alam hingga kemudian di ubah ke dalam proses Nacherleben, yaitu sebuah pemikiran Schleiermacher. Diartikan juga dengn megambil alih tatanan alam ke dalam diri manusia dan kemudian menlahirkan kesadaran mental berbentuk sastra serta interpretasi gramatis.
  • Merupakan bentuk seni yang perarnnya denga mempertemukan antara jiwa, Tuhan, dan realitas. Termasuk juga untuk tafsir simbol yang dilalui dengan cara meniru alam atau seni ke ilmu Jiwa.
  • Merupakan bagian dari bentuk umum kesemasan ekistensial, dimana manusia bertanya mengenai ketidak pahaman dari arah mana menuju kemana, hingga kemudian manusia mencari cara bagaimana untuk mendunia atau memahami dengan ekspresi roh atau mental.
  • Sedulur Papat Limo Pancer adalah satu sisi yang megalami paradox, yaitu ada, sama, berbeda, diam, dan bergerak.
  • Merupakan suatu bagian dari peleburan fusi horizon, yaitu horizon waktu, dan cara pemahaman atau cara pandang.
  • Sedulur Papat Limo Pancer mengartikan bahwa percaya dalam mencari sebuah pemahaman yang sesuai dan terarah. Sedulur Papat Limo Pancer menghubungkan antara obyektifitas dan subyektifitas, saints dengan filosfis, ilmu dan seni, otentik dan artikulatif, dan lainnya.
  • Sedulur Papat Limo Pancer disebut sebagai labirin dan ungkapan metafisik, yaitu sebuah gestur, mikir, gerak yang berada diluar kemampuan.
  • Merupakan representasi dari waktu dan ruang. Bagian utama adalah kliwon, dan ruang waktu adalah wage, pahing, pon, dan legi.

Dapat disimpulkan bahwa dalam memahami dan memaknai Sedulur Papat Limo Pancer merupkan sebuah integrasi dalam proses pembelajaran untuk membentuk menjadi seseorang yang terpelajar atau terdidik, usia dewasa, mental baik, dan ingin belajar untuk mengetahui banyak hal, menerima adanya perbedaan, dan lainnya.

CITASI:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun