Jika ditinjau dari sudut pandang bahasa, Sedulur Papat Limo Pancer berarti empat bersaudara dan lima di tengah sebagai pusat. Akan tetapi, berdasarkan konsep Jawa diartikan sebagai kesatuan wujud manusia saat lahir ke bumi. Lebih singkatnya lagi, dalam konsep Jawa dimaknai dengan penggambaran saat manusia lahir ke bumi, maka akan lahir juga empat saudara manusia tersebut. Dalam kitab primbon Jawa, Sedulur Papat Limo Pancer dimaknai sebagai teman ghaib yang mendampingi manusia sejak dalam kandungan hingga lahir dan meninggal.
Sedulur Papat Limo Pancer merupakan bagian dari warisan budaya yang diyakini oleh pengikut Kejawen dan merupakan karya Sunan Kalijaga abad ke 15 - 16. Istilah ini pertama kali ditemukan atau dikenal dalam Suluk Kidung Kawedar, Kidung Sarira Ayu, pada bait 41- 42. Diketahui bahwa Suluk Kidung Kawedar terdiri dari 56 pupuh atau yang disebut dengan bait, yang berisi rangkuman pengalaman batin (spiritual) Sunan Kali Jaga. Dipercayai sebagai kesatuan yang dapat mempengaruhi diri manusia, Sedulur Papat Limo Pancer terdiri dari empat dan lima hal sebagai berikut:
- Kakang Sawah
Merupakan sebutan untuk air ketuban yang melindungi bayi dalam janin. Pada awal proses kelahiran, cairan ketuban keluar pertama kali dan orang Jawa mengartikannya sebagai kakak.
- Adi ari-ari
Diartikan atau ditujukan untuk plasenta. Adi adalah bahasa Indonesia berarti adik, yaitu ari-ari yang keluar setelah bayi dilahirkan
- Getih
Getih berarti darah dan merupakan peran utama yang menghidupi ibu dan bayi, serta melindungi bayi selama berada di dalam kandungan.
- Puser
Puser atau tali plasenta adalah penghubung antara ibu dan bayi, serta menjaga kelangsungan hidup bayi selama dalam kandungan dengan menyalurkan nutrisi makanan.
- Pancer
Disebut badan atau wadah, artinya berpusat pada diri sendiri. Inilah pusat kehidupan ketika manusia dilahirkan di bumi.
Sedulur Papat Limo Pancer dijadikan sebagai salah satu landasan dalam filosofi jawa yang setelahnya berkembang dengan berbagai pakem atau aturan dalam kehidupan. Filosofi ini juga berhubungan dengan papat kiblat lima pancer, yang berarti dalam bahasa Indonesia adalah empat arah mata angin. Empat arah mata angin yang dimaksud adalah Timur, Selatan, Barat, dan Utara. Sedangkan yang terakhir sebagai pusat atau pancer, yaitu tengah. Hal tersebut dijadikan sebagai konsep atau pakem dalam hari Jawa, yaitu sebagai berikut:
- Timur
Legi atau arah timur, maka terdapat hari pasar “Legi.“
- Selatan
Pahing atau arah selatan, maka terdapat hari pasar “Pahing.“
- Barat
Pon atau arah barat, maka terdapat hari pasar “Pon.“
- Utara
Wage atau arah utara, maka terdapat hari pasar “Wage.“
- Tengah atau Pusat
Merupakan weton utama, yaitu kliwon.
Berikut ini cara merawat atau menjaga Seulur Papat Limo Pancer dalam primbon Jawa:
- Puasa Weton
Melakukan puasa pada hari kelahiran. Contohnya jika seseorang lahir pada hari Rabu Wage, maka pada hari itu harus melaksankan puasa weton.
- Wiridan atau Meditasi
Hal ini mengajak insan manusia agar mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Contohnya dengan melakukan sholat tahajud dan setelahnya wirid dengan memohon keselamatan dunia dan akhirat.
- Jenang Sengkolo atau Bubur Merah Putih
Memberi sedekah guna memohon keselamatan dan rezeki pada Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun menurut ajaran agama Islam, terdapat empat unsur mengenai Sedulur Papat Limo Pancer yang ada didalam diri manusia, yaitu sebagai berikut:
- Lauamah
Menyatakan bahwa manusia memiliki jiwa yang paling lemah, serta dapat memiliki sifat kejam dan berani membunuh. Sifat ini ditandai dengan warna hitam.
- Supiah
Diartikan sebagai sahabat hidup yang memberikan ingatan kepada manusia terhadap harta benda dan kemewahan dunia. Sifat ini dilambangkan dengan warna kuning.
- Amarah
Diartikan sebagai sifat yang menginginkan manusia untuk hal politik dan kecerdasan yang mendorong manusia untuk sombong. Sifat ini dilambangkan dengan warna merah.
- Mutmainah
Merupakan sifat yang mengajak manusia untuk selalu bertakwa atau mengajak manusia dalam nafsu ke Tuhanan. Sifat ini dilambangkan dengan warna putih.
- Limo Pencer
Bertitik pada diri manusia itu sendiri.
Sedulur Papat juga menjelaskan unsur-unsur dasar yang terdapat dalam diri manusia, yaitu cipta, rasa, karsa, dan karya. Cipta berarti pikiran atau sumber dari semua ide logis, imajinasi, kreativitas dan ambisi. Rasa berarti perasaan mengenai peristiwa atau kejadian dan pengalaman hidup. Karsa berarti perasaan tentang peristiwa dan pengalaman hidup. Karya berarti berupa motivasi pribadi untuk melaksanakan keputusan dan rencana pribadi menghasilkan suatu bentuk. Diantara unsur- unsur tersebut, yaitu cipta, rasa, karsa, dan karya yang ada dalam diri manusia dinilai menjadi efektif jika manusia dikontrol oleh pancer atau kunci. Pancer atau kunci yang dimaksud adalah kesadaran atau yang disebut dengan eling. Ketika kesadaran telah dibuka oleh manusia, empat elemen ini akan menjadi luar biasa dan menjadikan manusia menjadi insan seutuhnya.