Pola asuh merupakan komponen penting dalam hubungan antara orang tua dan anak. Perkembangan anak usia dini ditentukan oleh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya. Tujuan pola asuh adalah untuk membantu anak mengembangkan kemampuan untuk mendukung tahapan perkembangan mereka dan meningkatkan kemampuan mereka. Ada beberapa pola asuh anak seperti, pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh neglectful atau mengabaikan. Pola asuh otoriter akan menjadi topik utama dalam artikel ini.
Pola asuh otoriter berbeda dari pola asuh demokratis karena cenderung menetapkan standar yang harus diikuti, biasanya disertai dengan ancaman. Orangtua dengan gaya ini cenderung memiliki cara komunikasi satu arah, di mana orangtua menetapkan aturan ketat yang harus dipatuhi anak. Bentuk pola asuh ini menekankan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan. Gaya pengasuhan otoriter yang diberikan oleh orang tua cenderung keras. Anak ditekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan aturan-aturan yang harus dipatuhi dan membuat anak sulit untuk menghindarinya. Orang tua menuntut anak untuk patuh dan menerapkan hukuman ketika anak melanggar aturan.
Orang tua memainkan peran penting dalam pendidikan anak, dan mereka adalah orang pertama yang dikenal dan diakui oleh anak-anaknya. Ini terjadi karena interaksi pertama anak dengan orang tua mereka. Orang tua dalam pola asuh otoriter bertindak tegas, suka menghukum, kurang adanya komunikasi yang baik terhadap anak, bersifat kaku, memaksa anak untuk mematuhi peraturan, dan cenderung mengekang keinginan anak. Pola asuh otoriter memberikan sebuah dampak bagi anak, seperti:
- Anak kurang insiatifÂ
- Menjadi tidak disiplin
- Cenderung ragu
- Mudah gugup
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H