Mohon tunggu...
Affan Nurafqi
Affan Nurafqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Musisi, Finansial

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menunda Kesenangan untuk Mencapai Kebebasan Finansial

17 Agustus 2024   21:09 Diperbarui: 21 Agustus 2024   09:24 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mengelola keuangan. (Dok via kompas.com)

Ada peribahasa: 'Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian' yang artinya: 'Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'. 

Dari peribahasa itu tersirat bahwa sebaiknya menunda keinginan/ kesenangan yang tidak perlu guna mencapai kenikmatan atau tujuan di masa yang akan datang. B

erhemat bukan berarti pelit, melainkan berhemat dalam penggunaan sumber daya keuangan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak saja dan menekan sebanyak mungkin keinginan yang bersifat konsumtif/ tidak perlu.

Kalangan muda saat ini banyak yang bergaya hidup hedon, ingin dipandang 'wah' oleh orang lain alias butuh validasi eksternal. Sehingga kebanyakan dari kalangan muda.

Walaupun mempunyai penghasilan diatas rata-rata, hanya sedikit yang memiliki aset baik berupa dana darurat, investasi, tabungan dan lainnya. Sebagian besar penghasilannya habis untuk memenuhi gaya hidup hedonnya. 

Apa yang dimaksud dengan kebebasan finansial?

Dikutip dari Wikipedia, kebebasan finansial adalah suatu keadaan dimana seorang individu atau rumah tangga yang telah mengumpulkan sumber daya keuangan yang cukup untuk memenuhi biaya hidupnya tanpa harus bergantung pada pekerjaan aktif untuk mendapatkan uang untuk mempertahankan gaya hidupnya. 

Sumber daya keuangan yang dimaksud atau aset bisa berbentuk investasi, passive income, warisan harta dan benda, dana pensiun dan lain sebagainya. Aset-aset inilah yang akan membuat seseorang mencapai kebebasan finansial.

Mengapa kebebasan finansial itu penting?

Kebebasan finansial menjadi penting karena hal ini merupakan keahlian/ skill yang harus dilatih sejak dini. Khususnya kalangan muda harus diberikan pemahaman bahwa merencanakan masa depan adalah sangat penting sehingga tidak merepotkan keluarga maupun orang lain.

Jika seseorang sudah mencapai tahap kebebasan finansial, maka aset yang bekerja untuknya. Orang tersebut dapat memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang lebih bernilai baginya, seperti mempererat hubungan antar anggota keluarga, mengejar cita-cita, menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain dan dalam skala yang lebih besar, bisa ikut menggerakkan perekonomian bangsa.

Siapa saja yang bisa mendapatkan kebebasan finansial?

Sebetulnya, siapapun dapat mencapai kebebasan finansial. Entah seseorang yang berpendapatan rendah maupun tinggi.

Jika uang yang mereka miliki dikelola dengan baik, asalkan disiplin untuk menunda kesenangan, tidak konsumtif, tidak bergaya hidup hedon serta mengupayakan sumber daya keuangannya agar dapat bertumbuh dari tahun ke tahun.

Kapan waktu yang tepat untuk mulai meraih kebebasan finansial?

Upaya meraih kebebasan finansial sebaiknya dimulai sedini mungkin. Jika pendapatan kita masih bergantung kepada orangtua, semisal masih menduduki bangku sekolah atau kuliah, setidaknya sangat disarankan untuk mempelajari dan mengimplementasikan sistem Personal Financial Management. 

Sistem pengelolaan uang ini sudah pasti digunakan oleh banyak orang untuk mengatur dan mengalokasikan semua uang yang ia miliki untuk tujuan tertentu. 

Sistem ini merupakan pondasi yang mendasari tercapainya kebebasan finansial di kemudian hari. Namun, jika kita sudah mempunyai pendapatan kita sendiri, maka sangat disarankan untuk memulai investasi secepat mungkin.

Bagaimana cara yang tepat untuk mencapai kebebasan finansial?

Memahami dan mengimplementasikan sistem Personal Financial Management atau manajemen finansial pribadi merupakan start yang bagus untuk mencapai kebebasan finansial. 

Berikut adalah ringkasan dari salah satu metode (metode 50/30/20) dari manajemen finansial pribadi dan langkah-langkah yang bisa dilakukan:

1. Hitung pendapatan bersih per bulan, termasuk juga pendapatan tambahan, passive income, dan pendapatan lain.

2. Alokasikan/budgeting total pendapatan tersebut ke tiga kategori, yaitu:

  • kebutuhan (50%), 
  • keinginan (30%), dan 
  • tabungan (20%). 

Contoh: Total pendapatan Affan per bulan sebesar Rp10.000.000, maka sebesar Rp5.000.000 (50%) akan dialokasikan ke kategori kebutuhan. Selanjutnya sebesar Rp3.000.000 (30%) akan dialokasikan ke kategori keinginan, dan sisa Rp2.000.000 (20%) akan dialokasikan ke kategori tabungan.

3. Jabarkan lagi dari ketiga kategori tersebut ke akun-akun dengan skala yang lebih kecil.

Kategori kebutuhan mencakup akun-akun pengeluaran yang wajib seperti tagihan sewa, tagihan utilitas (air, listrik), belanja bulanan, asuransi kesehatan, dan makanan sehari-hari.

Kategori keinginan mencakup akun-akun pengeluaran yang opsional seperti belanja pakaian, berbagai jenis hiburan, makanan mewah, dan lain-lain.

Kategori tabungan mencakup akun-akun yang dapat memberikan dampak yang besar seperti tabungan untuk pembelian yang besar (seperti mobil, motor, barang mewah), tabungan untuk keadaan darurat, cicilan kredit, dan juga bisa untuk investasi jangka panjang.

4. Setelah semua akun/item sudah dijabarkan, tetapkan budget per bulan untuk semua akun/item.

5. Gunakan aplikasi keuangan pribadi untuk mencatat dan memantau tiap pengeluaran, sehingga bisa diketahui pos-pos pengeluaran mana saja yang berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun