Mohon tunggu...
Affandi Ismail
Affandi Ismail Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ternyata menulis itu asyik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Saya Kenal Semua Pedagang Kaki Lima di Istanbul!

24 Oktober 2013   12:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:06 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istanbul adalah kota yang selalu menarik untuk dikunjungi. Maklum saja kota yang dulunya bernama Konstantinopel ini terletak di dua benua, Eropa dan Asia, dan hanya dipisahkan oleh Selat Boshporus yang terkenal dengan keindahannya.

Kunjungan saya kali ini adalah lawatan kedua saya setelah pertamakali kesana di penghujung abad ke 20 .Tentu saja banyak perubahan dan kemajuan yang terlihat nyata dengan banyaknya gedung tinggi di kawasan kota baru. Namun kawasan kota lama Istanbul terutama di sekitar Sultan Ahmet dengan ikon kota seperti Aya Sofia dan juga Masjid Biru tetap tidak berubah.

Barangkali yang berubah hanyalah mata uang Turki. Yang walaupun tetap dengan nama Lira tetapi nilainya berubah jauh.Pada tahun 2000, saat itu kita akan menjadi jutawan setiap berkunjung ke Turki karena 1 USD bernilai lebih dari 500 ribu Lira.Nilai ini bahkan terus turun sehingga pernah mencapai nilai tukar sekitar 1 juta Lira per US Dollar.

Namun, ketika saya berkunjung kali ini, nilai 1 USD hanya sekitar 1.95 Lira.Wah artinya nilai Lira telah mengalamai kenaikan yang sangat signifikan.Ternyata beberapa tahun yang lalu pernah terjadi redenominasi Lira dengan membuang enam angka nol alias satu juta Lira menjadi hanya satu Lira.

1382590784351153827
1382590784351153827

Berjalan-jalan di kawasan penuh wisatan baik di sekitar Sulan Ahmed mapun Eminonu dimana terdapat banyak kapal layar dan ferry yang hilir mudik menyebrangi Selat Bosphorus memang mengasyikan.Pemandangan yang umum adalah banyaknya gerobak yang menjual berbagai jenis dagangan termasuk makanan sepertiroti, jagung rebus dan bakar dengan harga 1 Lira dan air meneral seharga 50 kurus atau setengah Lira saja.

1382590978989108389
1382590978989108389

“Sagliginiz icin tas firin simiti citir citir bulunur”,kata-kata dalam bahasa Turki ini tertempel di kaca sebuah gerobak tukang roti.Bermacam-macam roti termasuk yang berbentuk donat atau bagel dipajang di gerobak.Saya tanyakan arti tulisan itu kepada ayah dan artinya kira-kira “Untuk kesehatan anda, asli, terkenal, bagel yang dibakar di oven batu, renyah sekali”!

13825909451781043990
13825909451781043990

Akhirnyaroti itupun dibeli dengan harganya cukup murah yaitu 1 Lira sepotong dengan berbagai bentuk dan rasa. Namanya pun bermacam-macam, ada cimit atau bagel, kek, atau kueh, dan juga acma dan catal.Kebanyakan penjualnya lelaki berusia 40 atau lima puluh tahun ke atas. Jarang sekalu anak muda yang berprofesi menjadi edagang kaki lima.

Di bagian kaca yang lain juga ditempelsebuah kertas putih berisi daftar nama roti dengan berat dan harganya.Dan daftar harga ini ternyata harus disahkan oleh “Turkiye Esnaf ve Sanatkarlari Konfederasyonu” alias Paguyuban pedagang dan pengrajin Turki.”

13825908741584786804
13825908741584786804

“Tesekkur ederimSuleyman.”,kata ayah saya sambil mengucapkan terimakasih dan menyebut nama sang penjual roti.Saya terkaget-kaget karena menganggap ayah sudah kenal dengan pedagang tadi.

Sambil menikmati roti bagelTurki yang lezat , dengan rasa penasaran saya bertanya kepada ayah kapan beliau mengenal paman tukang roti tadi.Sambil tersenyum simpul ayah menjawab bahwa sesungguhnya ayah tdak mengenal sang penjual. Tetapi kalau diperhatikan di setiap gerobak terdapat papan nama yang bertulisakan nama sang penjual termasuk no ijin untuk berjualan.

13825908971685279971
13825908971685279971

Setelah itu, setiap kali membeli makanan dari geroba kaki lima di Istanbul, saya baca dulu papan pengenal yang ditempel di gerobak.Dan biasanya tertulis “Istanbul Buyuk Sehir Belediyesi” atau bisa diartikan sebagai “Pemerintah Kota Besar Istanbul”.Lalu di bawahnya tertulis nomer ijn, nama penjual dan juga nama jalan tempat gerobak ini diijinkan untuk berjualan.

Pantas saja ayah kenal semua pedagang kaki lima di Istabul.!

IstanbulAgustus 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun