Mobil omprengan yang membawa saya dari Tbilisi berhenti tepat di sebuah gedung kecil di sebrang Stalin Museum di pusat kota Gori, Georgia.Gedung ini adalah tempat pencatatan perkawinan alias catatan sipi atau mungkin juga KUA versi Georgia. Kami harus menyebrang jalan yang sepi dan kemudian memutari gedung museum untuk sampai ke halamannya yang luas dan sepi.
Sekilas , atmosfer di gedung museum dengan model arsitektur Gothic gaya Stalin ini tampak sangat dingin dan kurang bersahabat.Di halaman depan terdapat sebuah patung Stalin berukuran tidak terlalu besar.Patung Stalin yang besar yang dulunya ada di Stalin Square sendiri sudah dirubuhkan pada 2010 lalu dan merupakan patung Stalin yang terakhir dirobohkan seluruh republik eks Uni Sovyet. Maklum Stalin adalah putra Georgia kelahiran Gori yang menjadi kebanggaan sekaligus “aib” bagi negri ini. Ia terkenal sebagai pahlawan sekaligus seorang diktator yang mengirim jutaan orang ke kamp gulag di Siberia.!
Di bagian kanan halaman, terdapat sebuah gerbong kereta berwarna hjau yang menurut sejarah merupakan gerbong kereta api Stalin yang selalu dipakai kemana-mana, termasuk menuju Tehran Conference pada akhir 1943 dan konperensi Yalta pada Februari 1945 yang menentukan nasib Eropa di akhir Perang Dunia II. Kedua konperensi itu diadakan oleh “The Big Three” pada saat itu yaitu Amerika, Inggris, dan Uni Sovyet.
Fitur menarik dari museum ini adalah menara jam dan deretan tiang yang menghiasi beranda.Warna kuning kepucatan dan marmer yang dingin menyambut saya di gedung ini. Beranda dalam terasa sangat mewah dengan lantai marmer, bentangan karpet merah dan lampu kristal. Sebuah loket kecil menjual tiket seharga 10 Lari per orang. Kasir sempat menawarkan tiket tambahan seharga 5 Lari untuk melihat interior gerbong kereta. Di dekat loket juga terdapat toko souvenir yang menjual pernak-pernik tentang Stalin.
Saya menaiki tangga marmer menuju lantai dua dan disambut kembali oleh sebauh patung Stalin yang berada tepat di depan jendela dari kaca paterimemberi kesan bangunan ini lebih sebagai sebuah gereja dibandingkan sebuah museum yang dibangun pada jaman kejayaan komunis.
Di lantai dua, sebuah ruangan besar pertama yang saya masuki berisi koleksi barang-barang pribadi Stalin. Bahkan ada sebuah baju jas panjang berwarna hijau dan sepatu boot tinggi yang disimpan di dalam lemari kaca.Koleksi foto, kursi dan meja serta telpon jaman baheulajuga melengkapi koleksi di ruangan ini.
Kemudian saya sampai di beranda lantai dua dimana terdapat penjaga tiket yang juga berwajah dingin tanpa senyum. Penjaga ini bagaikan diimpor dari masa lampau ketika Uni Sovyet masih berkuasa di Georgia. Tugasnya hanya satu, menyobek tiket pengunjung museum!
Ruang pameran pertama berisi kisah mengenai masa kecil Stalin yang memilili nama asli Iosef Djugasviliich. Di tempat ini disimpan beberapa naskah asli dalam aksara Georgia mengenai tempat sekolah Stalin kecil.Sama sekali tdak ada pengunjung lain atau guide di dalam ruangan ini yang membuat saya merasa terlempar melewati lorong waktu lembali ke jaman kejayaan Sovyet.
Di ruang pameran kedua dimana dipajang kisah Stalin menapaki tangga kekuasaan di Moskwa. Dimulai dari peran aktifnya di partai komunis sampai kemudian menjadi orang nomer satu yang paling ditakuti di negri komunis itu.Yang menarik di ruangan ini adalah sebuah lukisan karpet menggambarkan Lenin dan Stalin di Gorki.“Ленин и Сталин в Горках”, demikian tulisan yang berada di bawah lukisan itu.
Di ruangan ketiga dimana dipamerkan periode ketika Stalin memimpin tentara merah pada Perang Dunia kedua, akhirnya saya berjumpa dengan guide yang bekerja di museum ini.Sang guide museum tampak sedang dikeliling oleh rombongan turis dari Cina. Sang guide asyik bercerita dalam Bahasa Rusia yang kemudian diterjemahkan oleh pimpinan rombongan ke dalam Bahasa Cina.Sementara saya termangu-mangu mencoba mengerti kedua bahasa itu? Di sini juga banyak foto slogan dan propaganda diantaranya bertuliskan rodina-mat sovyet yang artinya ibu pertiwi Sovyet.
Dalam kesunyian saya kemudian melangkah menuju ke ruang berikutnya dimana dipamerkan saat kemenangan Soviet dari Jerman pada Perang Dunia II.Deretan foto menggambarkan suasana kemenangan tentara merah dari Nazi. Stalin digambarkan sebagai pahlawan besar yang menyelamatkan ibu pertiwi dari serangan Hitler.
Sebuah pintu kecil kemunuju keruangan berikut dimana terdapat “Topeng kematian Stalin”. Stalin yang meninggal pada Maret 1953 dengan kontroversi dan misteri mengenai penyebab kematiannya hingga saat ini. Topeng kematian yang terbuat dari perunggu itu dikeliling oleh deretan tiang dalam ruangan yang diterangi lampu yang suram. Suasana nya sangat menyeramkan, mirip dengan gerbang maut dan saat-saat mencekam ketika Stalin menjumpai ajalnya.
Ruangan taerakhir yang ada di museum ini adalah koleksi barang-barang hadiah yang diberikan kepada Stalin dari negara-neagra sahabat ataupun parta komunis dari seluruh dunia. Selain itu juga ada beberapa lukisan karpet dari republik Sovyet di Asia Tengah seperti Uzbekistam dan Turkmenistan. Salah satunya menggambarkan Stalin dan ibunya yang dilukiskan sebagai wanita Georgia yang memakai kerudung berwarna hitam menunjukan nya sebagai penganut kristen ortodox.
Di ruangan ini juga ada sebuah lukisan karpet yang menggambarkan Stalin bersama dengan Ketua Mao.Singkatnya gambar dan benda benda yang semuanya berbau komunis ada di tempat ini.Kesimpulannya , enampuluh tahun setelah kematian Stalin, gedung ini dan isi seluruh museum , termasuk pegawai dan juga guidenya masih sama dan tidak berubah seperti di jaman Uni Sovyet dulu.
Perjalanan kemuseum di Gori ini bagaikan napak tilas kembali ke ke jaman Sovyet!
Gori , Agustus 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H