[caption id="attachment_217235" align="aligncenter" width="465" caption="sumber : berita.plasa.msn.com"][/caption]
Kalau saya perhatikan, mahasiswa sekarang lebih enak bila dibandingkan masa lalu. Fasilitas dan sarana yang tersedia lebih mudah didapatkan. Bagaimana tidak? Orang tua yang memiliki anak setingkat SMA/SMK kelas 3 (sekarang kelas XII) siap-siap menyediakan seperangkat transportasi dan komunikasi. Sepeda motor dan laptop atau sejenis. Itu diluar kebutuhan pokok, seperti bayar kuliah, kos dan uang makan. Berapa juta orangtua harus menggelontorkan uang  demi sang anak untuk duduk di bangku kuliah.
Setelah anak terdaftar menjadi mahasiswa yang ditunjukkan dengan memiliki kartu mahasiswa, dalam pembelajaranpun tak perlu membawa buku dan diktat stensilan. Atau buku tebal atas petunjuk dosen. Hanya dengan membuka gadget teknologi informasi, sang mahasiswa siap menerima titah ilmu dari sang dosen. Beberapa referensi sudah tersedia dalam bentuk e-book atau hasil down load. Apesnya materi kuliah bisa copy paste dari dosen atau kakak tingkat. Jarang sekali menulis meskipun dalam bentuk ringkasan.
Mahasiswa yang cukup kreatif, akan menggunakan gadgetnya untuk berselancar menemukan bahan pembanding pada materi kuliah. Tidak cukup mengandalkan dari satu sumber yaitu ceramah dosen, tapi memburu keilmuan di belantara internet. Mahasiswa setengah kreatif, teman di dunia maya semakin menumpuk. Hard disk penuh dengan film hasil down load. Film yang berjudul maupun tidak memiliki judul. Kalau spacenya habis, membeli hard disk eksternal.
Internet memang memudahkan urusan dalam setiap pembuatan karya ilmiah, karena :
Mudah Diakses
Dimanapun dan kapanpun, akses internet semakin mudah. Mencari bahan kuliah untuk referensi, sama mudahnya seperti mengakses facebook atau twitter. Meskipun dalam kenyataan, waktu yang digunakan lebih banyak bersosialita. Lain halnya kalau harus membuka buku. Serba berat. Berat bobot bukunya, berat bahasannya, berat mikirnya.
Belajar dengan Siapapun
Materi kuliah, bila mengandalkan dari ceramah dosen dan diktat terasa kering. Agar materi kuliah dapat dikuasai sampai ke akar-akarnya, membaca referensi lain menjadi wajib hukumnya. Tapi buku sedikit ribet. Kalau tidak punya buku, mesti ke perpuastakaan. Kalau tidak ada foto copi buku dosen atau temannya. Kalau tidak punya uang berusaha pinjam buku teman meski jauh. Semua memerlukan uang, minimal untuk transportasi.
Dari pada ribet mengeluarkan uang untuk transport, lebih baik berselancar menemukan bahan kuliah dengan bantuan mbah google. Ada banyak sekali bahan yang bisa diraih. Tulisan blog, dari para blogger tidak kalah mutunya dengan isi buku. Secara akademispun, bahan tulisan online sudah mendapat pengakuan, asal menyebut alamat secara komplit dan waktu mengaksesnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H