Mohon tunggu...
Affan Hakim
Affan Hakim Mohon Tunggu... -

www.affanhakim.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Malang" Itu "Beautiful", Apa Betul?

17 September 2015   15:03 Diperbarui: 18 September 2015   03:35 6722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam. Nama saya Affan Hakim, saya seorang Desainer Grafis kelahiran Malang dan bekerja di kota tempat saya dibesarkan ini pula.

Ini adalah case review tentang logo city branding kota Malang terbaru, yakni “Beautiful Malang”. Alasan mengapa review ini ada adalah karena logo ini mencoba untuk mewakili segala aspek mengenai kota Malang dalam sebuah bentukan visual. Namun jujur sebagai warga Malang saya sendiri tidak terasa terwakili dalam bentukan logo ini, ada banyak pengabaian dan kelalaian yang essensial dalam logo tersebut.

Review ini selain berupa pandangan teori dan teknis dari sisi desain, namun juga dapat sebagai kritik membangun. Diharapkan dengan kritik ini semua elemen masyarakat kota Malang dapat bersama membangun kota ini dengan lebih baik dan elok.

Symbolism

Logo Beatiful Malang ini disimbolkan dalam 2 wujud, yakni berupa logogram dan logotype. Mari kita bahas satu persatu

Logogram

Logogram diatas ini jika kita cari padanan bentuknya maka akan mengkerucut menjadi 2 kemungkinan:

  1. Bunga
  2. Baling-baling kertas

 

Bunga

Bentuk bunga didapatkan karena ujung setiap kelopaknya yang lengkung dan tajam. Beberapa hasil pencarian dengan keyword tersebut di mesin pencari pun juga menunjukkan tampilan yang hampir sama.

Bentukan bunga pun bisa jadi merupakan representasi dari jargon lama Malang yakni “Malang Kota Bunga”. Julukan ini muncul karena sebutan Parijs Van Oost-Java atau juga Zwitserland Van Java yang diberikan pemerintah Hindia-Belanda. Diberikan karena keindahan lansekap kotanya. Jalan Ijen yang menjadi landmark kota Malang menjadi salah satu buktinya. Keindahan kawasan boulevard ini terletak pada luasnya jalur hijau di kiri kanan jalan. Namun sekali lagi bukti ini agaknya menjadi satu-satunya keindahan tata kota dan bangunan kota Malang yang sedikit tersisa. Kita juga harus sadar betul bahwa Malang tidak hanya diwakili oleh Jalan Ijen. Perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun dengan menyempitnya area hijau dan alih fungsi lahan, menjadikan Malang pun tak mirip lagi dengan Paris maupun Swiss. Jargon inipun menjadi sangat usang, karena kota Malang secara literal bukanlah kota penghasil bunga maupun memiliki varietas bunga yang endemik. Atau mungkin bunga menjadi makna kiasan bagi warga kotanya yang berwarna-warni, disatu sisi lain pilihan bunga apakah yang mewakili kota Malang? Namun entahlah rasanya memang sudah kurang pas jika Malang mewakili dirinya dengan bunga. Selain karena terlalu berkutat pada sebutan masa lalu (yang tidak lagi relevan) Malang harusnya lebih berani dalam “menjual” potensinya ke depan. Karena begitulah sejatinya kita membranding kota. Menempatkan kota menjadi merk jual yang menawarkan value sehingga “terbeli” oleh konsumen.

 

Baling baling kertas

Padanan ini memungkinkan karena adanya persepsi visual Gestalt berupa lingkaran yang tercipta dibawah kelopak warna-warna tersebut. Jika kita menemukan di mesin pencari baling-baling kertas selalu digambarkan dengan adanya lingkaran di tengah. Itu mengapa bentuk visual ini juga memungkinkan. Disatu sisi yang lain lingkaran ini tercipta untuk mengikuti bowl dan swash huruf “B” yang melengkung ke belakang.Namun tidak ada penggambaran makna tepat yang dapat mewakilkan Malang menjadi sebuah baling-baling.

 

Dua persepsi visual ini menunjukkan lemahnya bentukan akhir yang didapat. Bunga maupun Baling-baling tidak menjadi kesimpulan yang tepat apa sebenarnya maksud dari komposisi ini.

 

Jika akhirnya bunga maupun baling-baling dimaksudkan sebagai symbol “Beautiful” (Be /ˈbjuːtɪfl/ˈbjuːtɪfl/ 
: having beauty; pleasing to the senses or to the mind) maka hal ini sah-sah saja. Namun perlu diresapi juga makna “Beautiful” menurut Oxford Dictionaries diatas, bahwa ada rangsang menyenangkan yang didapatkan oleh responden. Sayangnya dengan komposisi seperti ini saya secara pribadi tidak memahami rangsang keindahan yang menyenangkan seperti apa yang coba ditawarkan oleh logo ini.

Salah satu cara untuk membuktikan keindahan komposisi adalah dengan menggunakan pembuktian grid. Grid system disini akan menunjukkan sebuah logo mengalami proses rancang yang baik atau tidak.

Kita membuktikan dengan membuat grid sederhana. Kesalahan mendasar sudah ditemukan pada saat saya kesulitan untuk menemukan titik start dan akhir grid. Akhirnya saya putuskan untuk memulainya dengan bentukan paling luar (lingkaran merah) yakni ujung kelopak biru di atas, kelopak merah dikiri dan ujung huruf M dibawah. Itupun swash lengkung milik huruf L disamping harus cross keluar grid (panah 1). Sebuah tanda dimana logo ini tidak memperhatikan kaedah mendesain.

Kemudian perhatikan lingkaran no.2 dimana saya menyoroti baseline yang tidak seimbang di bawah logo. Begitupun juga dengan x height yang tidak pada tempatnya (panah 3) di typeface beautiful jika kita menggunakan grid. Dan tentu saja baseline yang juga bermasalah di panah 4. Ketidaksesuaian komposisi juga terjadi di kelopak-kelopaknya (panah 5), yang terjadi setiap kelopak selalu tidak ditempatkan pada simulasi grid yang konsisten.

Kemudian saya menyederhanakan grid dengan hanya membuat garis horizontal saja. Saya memulainya dengan menentukan satuan awal. Saya memutuskan untuk memulainya dari “Beautiful” karena kata tersebut cukup lengkap memiliki case besar dan kecil. Baseline saya tandai dengan X, ascender saya tandai dengan X’ dan descender saya tandai dengan X’’. Saya sudah menemukan masalah pada waktu grid tersebut saya copy keatas, maka kelopak warna biru bisa telihat sudah melewati garis.  Dan pada waktu saya gandakan kebawah terlihat sekali ada negative space yang tak perlu sedemikian besar dibawah huruf Malang.

Analisa selanjutnya pada logogram ternyata bunga atau baling-baling itu tak pernah nyata. Dibuktikan dengan menambah kelopak dan diputar sesuai derajat yang sama maka bisa terlihat bahwa kelopak-kelopak tersebut tak pernah tersambung. Jika diteruskan maka akan membuat sirkular kedalam dan selalu akan bertumpuk

Logotype

Saya tidak bisa melacak apa nama font yang digunakan dalam Beautiful Malang ini, namun tidak menjadi masalah karena masih bisa kita bedah dari karakter font yang digunakan.

Beautiful

Font yang digunakan mempunyai basic style Script. Karena swash dan tail yang diciptakan lebih menjuntai bahkan hingga melewati upperline dan baseline. Font ini berbasis stroke yang luwes, sehingga bisa dibuat style tipografi dengan kerning yang rapat.  Untuk kemudian membentuk satu komposisi typeface yang utuh. Font dengan nuansa calligraphic ini lebih sering digunakan untuk menggambarkan Kedinamisan; Keciri-khasan, karena mirip dengan tulisan tangan maupun signature; Classy looks, dan segala sesuatu yang menggambarkan keeleganan dan keluwesan.

Ada bermacam script style font di luar sana. Masing-masing pun mencerminakan karakternya tersendiri. Menilik gaya tipografi yang digunakan di logogram “Beautiful”, sang creator logo berusaha untuk merepresentasikan makna kata “Beautiful” tersebut dalam padanan tulisan. Hanya saja alih-alih tampak cantik ada beberapa kesalahan mendasar dalam rancangan typefacenya:

Pertama, Ununite Composition ; seperti kita lihat dalam komposisinya huruf B terpisah dari EAUTIF dan UL. Dalam desain sebenarnya sah-sah saja memanfaatkan kerning yang berbeda untuk mencapai sebuah tujuan bentuk, selama komposisi akhirnya membentuk sebuah kesatuan. Seperti yang kita lihat meskipun terpisah “EAUTIF” masih bisa terlihat menyatu dengan “UL” itu karena ear dan tail milik “F” berada di ascender “I”.

Sedangkan “B” menjadi elemen desain yang terpisah. Jika dimaknai lebih dalam keterbacaannya bisa saja menjadi “B..EAUTIFUL” (:bi iutiful) Sehingga jika memperhatikan telaah maknanya apakah ini menjadi sebuah kecantikan yang tak sempurna? atau keindahan yang cacat?

Kelalaian ini didapat karena kurang hati-hatinya creator dalam merancang typeface.

Kedua, Unconsistency Stroke ; seperti kita lihat ada 3 bentuk end stroke yang berbeda. Jika kemudian ini disengaja, apalah kemudian maknanya? Kecantikan/keindahan yang tidak konsisten?

Ketiga, Path lengkung yang tidak sempurna berada di bagian L. Bisa jadi sang creator kurang hati-hati dalam memperhatikan detail.

 

Malang

Typeface yang kedua ini menggunakan style handwriting yang mirip sekali dengan penggunaan font dalam word bubble di komik. Gaya open stroke seperti ini lazim sekali digunakan untuk menggambarkan karakter yang menyenangkan, ceria, sedikit childish, bermain-main. Jika kita padu padankan karakter ini untuk mewakili kota Malang agaknya sangat tidak cocok. Tentu saja kita semua tak setuju karakter kekanak-kanakan tersemat dalam branding kota kita ini.

 

Penulisan kata Malang dalam typeface ini menggunakan format capital. Seperti yang saya jelaskan diatas bahwa gaya font ini banyak digunakan dalam penulisan komik. Dalam penulisan dialog komik, komikus biasa menggunakan format capital untuk menggambarkan dialog yang tegas, berteriak, tegap. Entah sengaja atau tidak format capital dalam logotype ini agaknya juga memberikan makna seperti itu. Malang yang diucapkan dengan berteriak, penuh penegasan. Sebuah hal yang kontradiktif dimana sebelumnya logo ini mencoba berbicara mengenai kecantikan/keindahan. 

Unkonsistensi Penerapan

Saya menemukan beberapa ketidak konsistenan dalam beberapa penerapannya, sesekali menggunakan outer glow sesekali lagi menggunakan outline stroke. Bukan hanya karena sang creator ceroboh untuk mengawal kemungkinan yang terjadi, bisa jadi creator tidak mempersiapkan logo untuk dapat diterapkan di media dengan warna dan pattern yang berbeda-beda.

Ini adalah sebagian kecil dari analisa teknis Desain Grafis yang dapat saya jabarkan. Tentu saja ada aspek lain yang bisa dibahas terkait perancangan sebuah logo, apalagi sebuah city branding.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tanggal 30 September 2015 ADGI Chapter Malang menghelat Kumpul Obek vol.6 yakni ajang tukar pikiran bersama para desainer grafis kota Malang dan segenap elemen kota yang concern terhadap desain . Tajuk yang akan diangkat kali ini tidak lain adalah mengenai logo City Branding Malang “Beautiful Malang”.

Pantau lini masa facebook ADGI Malang untuk informasi lebih lengkap. Sampai jumpa di venue

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun