Mohon tunggu...
Wafaul Ahdi
Wafaul Ahdi Mohon Tunggu... Jurnalis - MAHASISWA

Affah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksperimen untuk Anak Usia Dini Tak Melulu Berkutat dengan Teknologi Mumpuni

3 November 2020   14:03 Diperbarui: 3 November 2020   14:32 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aduh, saya ini hanya orang tua Jadul yang buta akan teknologi. Buta akan segala hal yang sifatnya hanya ada di jaman sekarang. Hari-hari saya hanya dihabiskan dengan memikirkan makanan apa yang bisa saya dan keluarga makan untuk hari ini.

Alih-alih merasa bahwasannya eksperimen hanya bisa dilakukan di lab dengan menggunakan teknologi mumpuni, membuat para orang tua lupa atau bahkan tidak tahu bahwasannya eksperimen bisa dilakukan mulai dari rumah dengan menggunakan benda-benda yang sederhana saja.

Secara tidak sadar terkadang orang tua tidak merasa bahwa dalam pengasuhannya sebenarnya sudah memasukkan ilmu-ilmu sains di dalamnya. Hal ini terbukti dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Education Development Center and SRI International yang menemukan 9 dari 10 orang tua membantu anak-anak untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya namun hanya sebagian yang mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan tersebut berbasis sains.

Eksperimen bagi anak usia ini merupakan sebuah hal yang amat sangat menyenangkan, tentunya eksperimen yang dilakukan tidak se serius yang orang tua bayangkan. Metode yang digunakan pun tidak terlepas dari bermain, karena sejatinya bermain dan anak-anak adalah sebuah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

Nak, coba ambil daun kelapa yang terjatuh itu satu helai saja. Setelah itu kamu ambil daun mangga. Lalu bandingkan kira-kira perbedaannya dimana ya. (Ujar Ibu)

Memulai dari pertanyaan sederhana yang terlintas dalam benak seorang ibu yang berprofesi sebagai serabutan ketika sedang beristirahat dikebun bersama buah hatinya. Sangat sederhana memang namun jika kita sadari pertanyaan tersebut sudah mengajarkan anak untuk mengamati suatu percobaan. Percobaan tersebut sudah melibatkan anak untuk belajar mengenai konsep ukuran.

Kalau dari panjangnya, panjangan daun kelapa bu. Kalau lebarnya dari yang dede liat lebaran daun mangga. Daun kelapa mah langsing ya bu ngga kaya dede gendut. (Ujarnya sambil tertawa kecil)

Dengan melakukan sains ini, maka anak akan dilatih kelima indranya. Anak bisa belajar untuk dapat melihat, mendengar, meraba, merasa, dan membau dengan sejumlah percobaan yang telah dilakukannya. Baik secara individu ataupun beramai-ramai bersama dengan teman sejawatnya.

Ada sebuah kisah Ayah dari dua orang anak laki-laki asal London yang mempunyai pendekatan bermain yang tergolong unik. Bukan pusat perbelanjaan yang menjadi sasaran utamanya, melainkan benda-benda yang ada disekitar rumahnya. Tujuan utama dari apa yang dilakukan Ayah tersebut hanya ingin menarik perhatian anak-anaknya dan mengajarkan sesuatu yang berbeda. Tanpa di sangka-sangka ternyata kedua anaknya sangat menyukai serangkaian eksperimen yang diberikan oleh sang Ayah tersebut.

"Aku ini bukan seorang ilmuan, akupun bukan seorang guru. Tetapi aku bisa melakukannya. Kalau aku yang tidak mempunyai latar belakang seorang ilmuan atau guru saja bisa kenapa kalian tidak bisa?" (Ujar sang Ayah)

Sebuah eksperimen sederhana yang diberikan Ayah tersebut salah satunya ialah ia mengajarkan gaya magnet dengan menggunakan sejumlah klip buku. Ia bereksperimen ketika magnet di letakkan dekat dengan klip-klip tersebut apa yang terjadi? Biarkan anak berfikir sejenak. Lalu praktekkan.

Apa yang terjadi nak? (Ujar Ayah)

Klip-klip itu nempel yah, hm kok bisa ya seperti itu. Kalau ditempelkan di benda lain nempel juga tidak yah? (Ujar anak dengan pertanyaan sederhananya)

Ya benar, yang terjadi adalah klip akan menempel di seluruh bagian magnet. Namun tidak semua benda akan menempel di bagian magnet. Hanya benda-benda tertentu saja. (Ujar Ayah)

Dimulai dari sebuah eksperimen simple yang nyatanya ini sangat membantu anak untuk menambah wawasan dan membuat anak sejenak berfikir itulah yang akan melatih kemampuan kognitifnya. Sehingga dapat memecahkan anggapan bahwasannya "Eksperimen itu ribet mengharuskan kita kesana-kemari dan menggunakan alat yang canggih". Anggapan tersebut tidak berlaku untuk eksperimen bagi anak usia dini ya bun, yun.

"Memulai dari yang sederhana, menghasilkan manfaat yang luar biasa"

Berikut ini terdapat beberapa eksperimen sederhana selain contoh diatas yang cocok untuk anak usia dini dan tentunya alat yang digunakan mudah di dapatkan dimana saja:

1. Mengenalkan warna primer dan warna sekunder dengan media air

Wah, ini sangat mudah sekali. Kita hanya menyiapkan air secukupnya dan diisikan ke wadah-wadah bening lebih diutamakan agar terlihat oleh anak. Lalu teteskan warna-warna primer seperti merah, kuning, dan biru. Lalu aduk larutan pewarna tersebut. Dan siap dikenalkan oleh anak bahwasannya warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.

Tidak berhenti sampai disitu selanjutnya kita dapat mengenalkan warna sekuder dengan mencampurkan warna primer tersebut. Seperti contohnya warna merah dicampur dengan warna kuning maka akan menghasilkan warna oren atau orange. Warna biru di campur dengan warna merah akan menghasilkan warna ungu, dan seterusnya.

2. Konsep tenggelam dan mengapung

Mengenalkan konsep tenggelam dan mengapung sangat mudah, kita hanya perlu menyiapkan air secukupnya di wadah. Lalu siapkan benda-benda yang sekiranya dapat tenggelam dan mengapung. Lalu ujikanlah kepada buah hati anda. Dengan begitu anak akan mengetahui bahwasannya tidak semua benda jika dimasukkan ke dalam air akan tenggelam. Dan sebaliknya tidak semua benda yang dimasukkan ke air akan mengapung.

3. Berat jenis melalui media air dan gula.

Permainan ini akan mengajarkan berat jenis melalui garis pelangi. Ketika kita melarutkan gula ke dalam air yang telah berwarna jika di satukan tidak akan bercampur. Mengapa demikian? Karena, berat jenis nya memang berbeda. Semakin banyak gula yang di larutkan maka akan semakin berat tingkat takaran airnya.

4. Berat jenis melalui media telur dan garam

Seperti yang kita ketahui bahwasannya telur merupakan sebuah benda yang sifatnya tidak ringan. Ketika benda yang sifatnya tidak ringan di campurkan ke dalam air maka benda tersebut akan tenggelam seketika. Namun hal ini berbeda jika telur tersebut dimasukkan ke dalam air yang mengandung garam. Telur tersebut akan mengapung konsep inilah yang sekaligus membuat si kecil faham mengapa kapal bisa mengambang di tengah-tengah laut padahal kapal memiliki berat hinggal ber ton-ton.

5. Pembiasan cahaya melalui media air dan pensil

Kita sediakan air secukupnya dan masukkan pensil ke dalamnya. Lalu perintahkanlah anak untuk mengamati apa yang akan terjadi jika pensil tersebut dimasukkan ke dalam gelas yang sudah berisikan air. Gelas yang di pakai tentunya gelas yang bening agar memudahkan anak. Yaps, benar yang terjadi adalah pensil tersebut akan kelihatan bengkok ketika dimasukkan ke dalam gelas yang berisikan air, inilah yang dinamakan pembiasan cahaya.

Masih banyak eksperimen-eksperimen lain yang sederhana namun hal ini sangat banyak manfaatnya bagi anak.

"Yuk, jadilah ibu yang aktif ya bund!"

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun