Aduh, saya ini hanya orang tua Jadul yang buta akan teknologi. Buta akan segala hal yang sifatnya hanya ada di jaman sekarang. Hari-hari saya hanya dihabiskan dengan memikirkan makanan apa yang bisa saya dan keluarga makan untuk hari ini.
Alih-alih merasa bahwasannya eksperimen hanya bisa dilakukan di lab dengan menggunakan teknologi mumpuni, membuat para orang tua lupa atau bahkan tidak tahu bahwasannya eksperimen bisa dilakukan mulai dari rumah dengan menggunakan benda-benda yang sederhana saja.
Secara tidak sadar terkadang orang tua tidak merasa bahwa dalam pengasuhannya sebenarnya sudah memasukkan ilmu-ilmu sains di dalamnya. Hal ini terbukti dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Education Development Center and SRI International yang menemukan 9 dari 10 orang tua membantu anak-anak untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya namun hanya sebagian yang mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan tersebut berbasis sains.
Eksperimen bagi anak usia ini merupakan sebuah hal yang amat sangat menyenangkan, tentunya eksperimen yang dilakukan tidak se serius yang orang tua bayangkan. Metode yang digunakan pun tidak terlepas dari bermain, karena sejatinya bermain dan anak-anak adalah sebuah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Nak, coba ambil daun kelapa yang terjatuh itu satu helai saja. Setelah itu kamu ambil daun mangga. Lalu bandingkan kira-kira perbedaannya dimana ya. (Ujar Ibu)
Memulai dari pertanyaan sederhana yang terlintas dalam benak seorang ibu yang berprofesi sebagai serabutan ketika sedang beristirahat dikebun bersama buah hatinya. Sangat sederhana memang namun jika kita sadari pertanyaan tersebut sudah mengajarkan anak untuk mengamati suatu percobaan. Percobaan tersebut sudah melibatkan anak untuk belajar mengenai konsep ukuran.
Kalau dari panjangnya, panjangan daun kelapa bu. Kalau lebarnya dari yang dede liat lebaran daun mangga. Daun kelapa mah langsing ya bu ngga kaya dede gendut. (Ujarnya sambil tertawa kecil)
Dengan melakukan sains ini, maka anak akan dilatih kelima indranya. Anak bisa belajar untuk dapat melihat, mendengar, meraba, merasa, dan membau dengan sejumlah percobaan yang telah dilakukannya. Baik secara individu ataupun beramai-ramai bersama dengan teman sejawatnya.
Ada sebuah kisah Ayah dari dua orang anak laki-laki asal London yang mempunyai pendekatan bermain yang tergolong unik. Bukan pusat perbelanjaan yang menjadi sasaran utamanya, melainkan benda-benda yang ada disekitar rumahnya. Tujuan utama dari apa yang dilakukan Ayah tersebut hanya ingin menarik perhatian anak-anaknya dan mengajarkan sesuatu yang berbeda. Tanpa di sangka-sangka ternyata kedua anaknya sangat menyukai serangkaian eksperimen yang diberikan oleh sang Ayah tersebut.
"Aku ini bukan seorang ilmuan, akupun bukan seorang guru. Tetapi aku bisa melakukannya. Kalau aku yang tidak mempunyai latar belakang seorang ilmuan atau guru saja bisa kenapa kalian tidak bisa?" (Ujar sang Ayah)