Alah, bapak itu Cuma orang cacat ngga usah banyak gaya, liat tuh pak nopang badan sendiri aja susah gimana nopang hidup bapak.
(Netizen)
Ketika badan tersungkur ke tanah karena hilang keseimbangan, ternyata yang lebih sakit adalah cibiran orang, bukan luka yang tergores bebatuan. Usahanya hanya ingin mencari se genggam beras demi keluarga kerap kali di anggap sebelah mata oleh orang lain. Di hina, di maki, di benci sudah di telan nya selama bertahun-tahun.
Tidak apa, sudah hampir 35 tahun hidup sudah terbiasa di pinggirkan, yang terpenting perut anak istri di rumah kenyang karena beras yang bawa pulang, bukan dari mulut tajam orang-orang. (Ujarnya).
Tanpa di sadari omongan yang terlontar dari mulut-mulut di sekitar itu bak pisau menyayat hati manusia yang tak memiliki salah. Namun dengan berbesar hati beliau selalu memaafkan segala ucapan yang di dapatnya itu. Beliau selalu menganggap omongan yang terlontar dari mulut jahat mereka, adalah angin yang lewat.
Penyandang Disabilitas kerap kali mendapatkan perlakuan yang semena-mena dari orang-orang. Padahal sebenarnya mereka juga layak mendapatkan kesempatan pekerjaan, dan pendidikan yang sama seperti orang normal lainnya. Â Meskipun orang dengan kriteria berkebutuhan khusus ini memiliki spesialisasi untuk dirinya dalam berkarir dan menjadikan pekerjaannya harus disesuaikan dengan kondisinya tersebut.
Berilah kesempatan kepada kami penyandang disabilitas agar dapat berkarya. (Ujar mereka)
Lanjut cerita bapak hebat tadi.
Bapak tersebut dikaruniai 4 buah hati. Dan salah satu buah hatinya ada yang senasib dengannya "Dia Spesial". Ya, sejak lahir anak tersebut tidak pernah merespon ketika orang berbicara dengannya, ketika di stimulus dengan mainan pun ia tidak meresponnya. Alih-alih ternyata anak tersebut tidak bisa mendengar. Yaps, tuna rungu. Tentunya ia juga tidak dapat berbicara karena sejak kecil, ia tidak mampu untuk mendengar apapun.
Mendapatkan anak berkebutuhan khusus bukan merupakan suatu musibah, melainkan sebuah amanah yang harus di jaga baik-baik.