Jangan di corat-coret dong temboknya nanti Kotor, jangan maenan pasir nanti badan kamu Gatel-gatel, duh jangan ini, jangan itu. Jadi, aku bolehnya ngapain mah!?
Sebuah larangan yang kerap kali terdengar ketika sang anak sedang asyik-asyiknya bermain. Hm
Sesungguhnya imajinasi dan kreativitas seorang anak tidak ada batasnya tetapi entah kenapa orang-orang di sekitarnya lah yang membatasi krativitas tersebut bahkan bukan sekedar membatasi tetapi memutus yang lebih parahnya lagi. TIDAK ini terlalu mengerikan.Â
Mungkin mama-mama disana gemas melihat kelakuan sang anak  yang bisa di bilang ngeselin ya.
Baru mandi, ehhh malah mainan lumpur, alhasil Kotor lagi.Â
Si Tembok baru di cat, eh kok malah di corat coret. Jadi ga karuan temboknya.
Tapi ma, lebih baik kita tahan semua larangan itu, larangan untuk si anak melakukan sesuatu yang dia inginkan. Selagi tidak berbahaya It's okay. Biarkan si anak bereksplorasi, biarkan si anak melakukan apa yang diinginkannya pada saat itu.Â
Semakin sering di larang, maka kreativitasnya pun akan semakin terbatas. Jika hal itu terjadi, bisa saja mungkin sang anak akan menjadi pendiam, atau bahkan lebih sibuk bermain gadget karena mama hanya memperbolehkannya main gadget saja.
Kalimat"ya nak boleh"Â merupakan kalimat yang sungguh terdengar merdu di telinga anak, mereka sangat senang ketika apa yang ingin ia lakukan diperbolehkan, apalagi yang membuat mama ingin melarangnya. Tahan sedikit ya ma..
Lalu, perilaku seperti apa yang seharusnya di perbuat oleh kita sebagai orang tua?
Mungkin bagi kita orang dewasa, anak-anak kerjaannya hanya main, main, dan main. Tetapi sesungguhnya pada saat bermain itulah otak sedang berkembang dengan pesat. Bagaimana ketika motorik mereka terangsang, daya imajinasi, dan kreativitasnya terasah dan masih banyak lagi rangsangan-rangsangan yang bisa saja muncul ketika si anak sedang bermain. Jadi, jangan pernah membatasi waktu bermain mereka. Asal, jadwal makan si anak teratur, jadwal istirahatnya teratur, dan jadwal belajarnyapun teratur. Tidak masalah bukan?
Ketika si anak sedang bermain tentunya ada saja kesalahan yang ia perbuat seperti contoh yang di sebutkan di atas, "Mencorat-coret Tembok"Â . Jangan pernah mudah menyalahkan si anak karena mereka sesungguhnya sedang belajar. Setiap hari adalah lembaran baru bagi mereka untuk belajar dan mencari tahu beragam hal menarik yang ada di sekelilingnya.
Lalu kita biarkan saja?
Tidak juga ma, cukup kita beritahu kesalahannya dengan nada tenang dan meminta sang anak untuk tidak mengulangi hal tersebut "Nak, coba lihat  kalau temboknya di corat coret, temboknya jadi tidak enak di pandang ya" Si anak tentunya akan berfikir "oh, iya ya ma temboknya jadi jelek" Nahh kalau begitu nanti besok-besok cari mainan yang lebih asyik lagi ya" Teguran seperti ini di rasa lebih baik ya dibandingkan dengan cara "Nak, gimana sih kok mainnya corat-coret tembok, ngerusak aja!" dengan teguran begitu anak merasa dirinya terancam dan kreativitasnya pun merasa di batasi seketika itu.
Orang tua adalah tempat terbaik bagi anak untuk dapat bercerita tentang apapun yang sudah di laluinya. Menumbuhkan keluarga yang penuh dengan kasih sayang akan membuat anak lebih percaya diri untuk menunjukkan segala hasil karya yang sudah di lakukannya, seperti apapun hasilnya. Apresiasikan segala yang dilakukan nya dengan tulus.
Seperti yang sudah di katakan, kreativitas tidak ada batasnya. Jadi, jangan pernah samakan jalan pikiran mama dengan jalan pikiran sang anak. Sesungguhnya mereka belum mengerti konsep pada kehidupan. Jadi, mereka tidak mengerti mana yang benar, dan mana yang salah.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H