Mohon tunggu...
Affa Esens
Affa Esens Mohon Tunggu... Lainnya - @affa_esens

*ما حفظ فر، وما كتب قر*⁣ Bahwa, apa yang kita ingat-ingat saja, pasti akan lari (lupa). Dan apa yang kita tulis, pasti akan kekal.⁣ #bukutentangjarak #bukutuanrumah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akhirat, Kompas Hidup di Tengah Rutinitas Dunia

16 November 2024   21:45 Diperbarui: 16 November 2024   22:17 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dalam perjalanan hidup ini, sering kali kita terjebak dalam rutinitas sehari-hari, melupakan hal-hal yang lebih besar dan lebih penting. Salah satu hal yang sering terabaikan adalah pengingat akan akhirat. Menurut Imam Ghazali, mengingat akhirat adalah suatu hal yang sangat penting. 

Mengapa demikian? Karena sesungguhnya, hidup seseorang sangat tergantung pada himmahnya, atau cita-cita serta tujuan hidup yang dimilikinya.

Himmah yang Membentuk Cara Pandang

Sebagaimana tertulis dalam ungkapan,

Hidup seseorang bisa dilihat dari himmahnya. Ketika seseorang mengingat kematian dalam setiap aktivitasnya, ia akan lebih cenderung mempertimbangkan apakah tindakan yang dilakukannya akan mendatangkan keridhaan Allah setelah ia meninggal. Dengan himmah yang terfokus pada akhirat, setiap pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih selektif. Kunci utamanya adalah kesadaran akan akhirat dan kematian.

Ilustrasi Beragam Profesi

Dalam kitab Ihya' Ulumuddin, terdapat ilustrasi yang menggambarkan beberapa orang dengan profesi yang berbeda-beda. Mereka semua memasuki sebuah bangunan besar. Meskipun bangunan yang dimasuki sama, cara pandang mereka terhadap bangunan itu berbeda, sesuai dengan profesi dan himmahnya masing-masing.

  • Seorang penenun akan melihat karpet dan kain-kain yang ada.
  • Ahli besi akan menilai konstruksi bangunan.
  • Ahli bangunan akan fokus pada desain tembok.
  • Arsitek akan mengamati keseluruhan desain bangunan.

Begitu pula, saya yang terbiasa berbicara sejak kecil, ketika memasuki masjid, yang saya perhatikan adalah sistem suara yang ada.

Dari ilustrasi ini, jelas bahwa orang yang memiliki himmah akhirat akan mencari rezeki yang halal dan berkualitas. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari jalan yang tidak diridhoi, karena yang ada dalam pikirannya adalah bekal untuk kehidupan setelah mati.

Perbedaan Perspektif dalam Pendidikan

Dalam masyarakat, kita juga melihat perbedaan perspektif antara lulusan pondok pesantren dan sekolah formal. Di pondok, penekanan lebih pada pengembangan otak kanan, yang sering kali lebih berorientasi pada nilai-nilai spiritual dan moral. Sebaliknya, di sekolah formal, otak kiri yang lebih ditekankan, sering kali menghasilkan pandangan pragmatis seperti "hemat pangkal kaya." Di pondok, ajaran tentang sedekah dan keberkahan menjadi sangat penting, sedangkan di sekolah, fokusnya adalah pada pencapaian materi.

Kesedihan Nabi dan Pelajaran dari Al-Duha

Ada sebuah kisah ketika Malaikat Jibril tidak datang kepada Nabi Muhammad selama 15 hari, yang membuat Nabi merasa kesepian dan cemas. Dalam momen tersebut, turunlah Surah Al-Duha yang mengingatkan Nabi dan umatnya bahwa:

"Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang dunia."

Nabi Muhammad selalu memiliki orientasi pada akhirat, namun tidak jarang umatnya terjebak dalam keinginan duniawi, seperti yang tertera dalam ayat:

"Dan di antara manusia ada yang berdoa: 'Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami di dunia.' Padahal tidak ada baginya bagian di akhirat."

Kesimpulan

Mengingat akhirat bukan hanya sekadar kewajiban etik, tetapi juga merupakan panduan hidup yang akan mempengaruhi setiap tindakan kita. 

Himmah yang terfokus pada akhirat akan membimbing kita untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna, lebih selektif dalam memilih jalan, dan lebih sadar akan tanggung jawab kita di dunia ini sebagai persiapan untuk kehidupan yang abadi di akhirat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengingat dan mengedepankan akhirat dalam setiap aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun