Setelah menyampaikan betapa pentingnya do'a orangtua untuk anaknya, juga 3 point penting Komunikasi Qur'ani untuk mempererat hubungan anak dan orangtua (baca disini), Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi., L.c., M.A, kemudian berpesan kepada Wisudawan-Wisudawati Madrasah Fattah Hasyim untuk tetap menjaga hubungan dengan Masyarikh, baik secara dhohir maupun bathin. (Jombang, 28 April 2024)
"Hubungan kita dengan Masyayikh dan Pesantren tidak boleh terputus baik secara dhohiron maupun bathinan. Secara dhohir yaitu dengan melihat guru kita, dengan salim kepada guru kita, sowan kepada beliau-beliau. Kita perlu mendekat secara fisik kepada guru-guru kita. Kalau tidak memungkinkan untuk salaman, maka minimal adalah melihat beliau," tutur Gus Awis, sapaan akrab KH. M. Afifudin Dimyathi.
Hal demikian tentu memiliki maksud yang luhur. Gus Awis mengungkapkan bahwa rahasia dari perlunya tetap menjaga kedekatan secara fisik kepada guru-guru kita adalah adanya unsur ketersambungan dengan Baginda Nabi. Kita melihat guru kita, karena kita yakin bahwa guru kita juga melihat gurunya, gurunya melihat gurunya, terus hingga sampai kepada Nabi. Sama dengan salaman. Mengapa kita harus salaman? Karena diantara tangan-tangan itu, ada tangan yang pernah bersentuhan dengan baginda Nabi. Itulah ketersambungan. Maka penting bagi kita untuk menjaga ikatan dhahir kepada guru-guru kita, Kiai kita, pesantren kita.
Ketersambungan murid kepada guru dan pesantrennya secara bathin adalah dengan mendoakan dan mengamalkan ilmu. "Bentuk ikatan bathinnya adalah dengan mendoakan dan mengamalkan ilmu-ilmu yang diperoleh di pesantren ini," tambah Beliau.
Penulis Kitab Tafsir Hidayatul Qur'an fii Tafsiril Qur'an bil Qur'an ini kemudian memberikan tiga cara yang harus diperhatikan untuk menjaga kesalehan amal:
Pertama, menjaga makanan yang dikonsumsi. Seperti yang disampaikan al-Qur'an dalam QS. al-Mu'minun ayat 51:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرُّسُلُ كُلُوا۟ مِنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَٱعْمَلُوا۟ صَٰلِحًا ۖ إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Artinya: Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Gus Awis menjelaskan mengapa dalam ayat ini diperintah untuk memakan makanan yang baik dulu baru beramal saleh? Ternyata makanan-makanan yang baik memiliki pengaruh terhadap perilaku kita. Ibnu Jabaroin juga mengatakan إذا كان الأكل طيبا كان البدن طيبا apabila yang kita makan adalah makanan-makanan yang baik, maka badan kita akan menjadi baik pula.
Dalam QS. al-Baqarah ayat 168 juga dikatakan: