Mohon tunggu...
Affa 88
Affa 88 Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Social Activist, Nahdliyin

Ojo Dumeh, Ojo Gumunan, Ojo Kagetan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

NKRI Harga Mati atau Harga Pas?

26 Mei 2011   02:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:13 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita seharusnya tidak asing dengan slogan ini : NKRI HARGA MATI!. Sejak model negara perserikatan Indonesia tahun 1950an yang bernama Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan oleh Presiden Soekarno, slogan itu selalu diteriakkan oleh segenap warga negara. Jaman orde baru bahkan semboyan itu diaplikasikan melalui program pendidikan yakni mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Sehingga setiap bayi yang terlahir di tanah air Indonesia secara tidak langsung telah mengenal Pancasila dan NKRI. Pancasila adalah jiwanya sedangkan NKRI adalah raganya. Pancasila sebagai dasar negaranya, NKRI adalah wilayah negaranya. Sehingga dikotomi ini membawa NKRI menjadi negara berdaulat di atas tanah Sabang sampai Merauke, berdaulat sebagai negara berpenduduk, berdaulat atas terbentuknya pemerintahan dan berdaulat karena telah diakui oleh negara lain.

NKRI adalah kependekan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara merdeka dengan aneka corak keragaman, dengan aneka rupa-rupa polemic dan dengan warna-warni kebudayaan. NKRI adalah kesatuan wilayah dari Sabang di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sampai Merauke di Irian Jaya (Papua). Surga dunia, paru-paru dunia, dan keindahan alam dunia dijabat oleh NKRI. Letak nan strategis antara dua benua dan dua samudera serta dua lempeng patahan bumi menjadikan NKRI adalah sebuah negara kaya raya dan gemah ripah loh jinawi. Masyarakat yang ramah dan memiliki adat istiadat yang beragam semakin menjadikan NKRI sebuah negara yang disebut-sebut “benua yang hilang” itu.

Menyoal, NKRI adalah harga mati bahwa sejak nama itu diikrarkan ternyata masih banyak yang tidak cocok dengan empat huruf ini. Apa kurang enak didengar, apa kurang keren, entahlah, yang jelas muncul nama-nama alternatif pada awal-awal lahirnya NKRI. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah salah satu alternatif yang populer hingga kini, meskipun telah berganti nama menjadi Negara Islam Indonesia (NII). Ada juga RMS, GAM, OPM, PPRI, dan lainnya yang merupakan alternatif-alternatif nama dari NKRI.

Ketidakcocokan dengan NKRI yang akhirnya banyak diantaranya ingin keluar darinya membuat NKRI harga mati ditulis huruf capital dengan tanda seru : NKRI HARGA MATI!. Menandakan bahwa mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Setiap orang Indonesia yang mempunyai rasa cinta tanah air atau patriotisme, ingin agar NKRI tetap ujud dan tidak terpecah atau tergerogoti oleh alasan apapun.

Namun, coba perhatikan,kita telah menyaksikan bersama sebuah fakta, saat Timor Timur lepas dari NKRI dengan restu PBB pasca jajak pendapat tahun 1999. Teritorial NKRI berkurang. Selain itu, degradasi budaya dalam segala bidang seperti menurunnya moral dan etika, pertikaian atau perbenturan budaya di antara suku-suku bangsa seperti suku bangsa yang lebih besar mendominasi suku-suku bangsa yang lebih kecil dan lebih terbelakang dan yang terpenting lagi adalah masalah kemiskinan dan pembagian kekayaan alam yang tidak adil yang membuat ketimpangan sosial yang membikin jurang bahkan lembah antara miskin dan kaya seperti langit dan bumi, beras dan lumpur, air dan padang pasir.

Terorisme dan separatisme,korupsi abadi tanpa dihukum, sistim diktator masa lalu, pembunuhan massal oleh periustiwa politik masa lalu,janji-janji muluk-muluk para pemimpin negara yang kunjung dipenuhi, hypocrisi di kalangan pemimpin dan bahkan dalam masyarakat, dan masih beratus bahkan beribu persoaalan lainnya dalam daftar panjang yang sedang mengancam kedigdayaan NKRI.

Barang yang telah turun atau merosot nilainya tentu tidak akan semahal dulunya lagi apalagi dengan harga tinggi yang pakai harga mati pula. NKRI hanya bisa menawarkan dirinya dengan harga pas. Pas untuk tukar-menukar politik, pas untuk membeli hukum, pas untuk membayar jabatan, dan koin yang pas untuk memberi ‘pengemis’ yang sedang meminta-minta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun