Delapan belas tahun lalu saya masih ingat bagaimana bapak saya bercerita menggebu-gebu tentang pertandingan sepakbola. Saya adalah anak pertama bapak saya yang masih berusia empat tahun waktu itu. Bapak saya adalah penggemar berat olahraga, khususnya sepakbola dalam negeri. Dia pernah menjuarai turnamen bulutangkis, catur dan pingpong antar kampung.
Habis dari mana pak kok malam-malam baru pulang?
Dari Solo nak, Nonton bola di Stadion Maladi (Std. Sriwedari)...
Waah, yang main mana pak?
Arseto donk...
Arseto...????
Arseto itu klub sepakbola kesayangan bapak, pemainnya kondang-kondang. Di Solo itu ada dua klub, yang satu Arseto yang satunya lagi Persis Solo.
Pemainnya siapa aja pak?
Ricky Yakobi, Aswani Jambak, Bambang Nurdiansyah, Hartono Ruslan, Eduard Tjong, Sukisno..
_________________***___________________
Saya sebagai warga karesidenan Surakarta sangat prihatin melihat kota budaya itu tidak menampilkan wakilnya di Liga Super Indonesia. Solo kini hanya menempatkan wakilnya di Divisi Utama (dan hampir pasti terdegradasi ke Divisi I, Persis Solo). Meski di Solo terdapat stadion megah yakni Stadion Gelora Manahan, semenjak keikutsertaannya di Liga Profesional Indonesia Solo belum pernah menempatkan timnya menjadi juara Indonesia. Seperti ketika dulu kita mengenal PELITA SOLO dan PERSIJATIM SOLO FC adalah klub-klub nasional pendatang yang menjadikan Solo hombase karena memang Solo memiliki penggemar sepakbola Solo fanatic, PASOEPATI. Solo memiliki sejarah olahraga yang kental. Dan klub sepakbola legendaries yang menjadi idola bapak saya adalah Arseto Solo pernah menjuarai berbagai turnamen nasional termasuk Galatama di tahun 1992.
Arseto adalah klub sepakbola Galatama yang berdiri pada tahun 1978. Klub ini didirikan oleh Sigid Harjoyudanto putra mantan Presiden Soeharto. Nama Arseto berasal dari nama Aryo Seto, atau mumgkin Ari Sigid Suharto. Pada mulanya klub ini bermarkas di Jakarta. Namun pada tahun 1983 setelah Presiden Soeharto mencanangkan tanggal 9 September sebagai hari Olah Raga Nasional ( saat meresmikan stadion Sriwedari Solo) Arseto pindah home base ke Solo. Banyak Prestasi yang ditoreh klub ini. Tahun 1985 Arseto Juara Piala liga I Tahun 1987 Juara Invitasi Perserikatan Galatama Tahun 1992 Juara Kompetisi Galatama Tahun 1993 Juara Asean antar klub.
kostum kebanggaan warga solo
Kostum home yang digunakan Biru Muda. Sehingga Arseto dijuluki tim Biru langit.
Pemain bintang yang namanya selalu dikenang persepakbolaan tanah air adalah Ricky Yakob. Eddy Harto, Nasrul Kotto, Eduardtjong, Tonggo Tambunan.
Arseto menyatakan bubar setelah terjadi kerusuhan massa tahun 1998 Pertandingan terakhir melawan Pelita Jaya.
Ini adalah klamsemen akhir galatama musim 1990/1992 dimana di musim tersebut Arseto menjadi juara.
Ketika warga Solo resah atas lesunya prestasi Sepakbola di Kota Supersemar, saya seolah teringat selalu tentang Arseto. Â Meskipun Arseto bukan klub asli kota Solo, tapi berkat Arseto, Solo menjadi kota sepakbola yang diperhitungkan. Saya dan warga Solo merindukan klub hebat macam Arema Malang (kini Arema Indonesia), klub swasta yang tengah menjadi kandidat kuat juara kompetisi Liga Super. Dan harusnya mantan jajaran klub dan pemerintah dapat kembali menghidupkan Arseto Solo. Kasihan Paseopati yang jarang ada kegiatan dan hanya menjadi penonton tv, kasihan juga rumput Stadion Manahan yang jarang terinjak oleh kaki-kaki pemain top dan professional.
_________________***___________________
Kini ketika saya berbincang dengan bapak saya mengenai sepakbola Solo,
Tadi gak nonton Persis lawan PSIS pak?
Gak ah, kalah kan? 0-3...
Meskipun bapak saya bukan fans persis, dia masih tetap mencintai klub sepakbola di Solo, apapun itu...
Bravo Solo, Bravo Arseto.
Affa_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H