Mohon tunggu...
Gala Sanskara
Gala Sanskara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tak perlu terburu-buru, semua punya waktu masing-masing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Dasar Pergerakan PMII dan Konflik Black Lives Matter sampai Palestine Lives Matter

25 Mei 2021   14:27 Diperbarui: 25 Mei 2021   18:06 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source Pic: Tribunnews

Nilai Dasar Pergerakan PMII dan Konflik Black Lives Matter sampai Palestine Lives Matter.

Oleh: Afnan Ferdiansyah

Seperti kita ketahui bersama, beberapa minggu terakhir ini konflik antara negara Israel dan Palestina kembali memanas. Konflik ini kembali menegang pada Jumat 7 Mei 2021. Saat itu tentara Israel menggusur umat Islam Palestina yang sedang melakukan ibadah shalat tarawih di Masjid Al-Aqsa. Berdasarkan fakta di lapangan bahwa lebih dari 220 orang terluka.

Konflik yang terjadi, saat ini memicu keramaian di media sosial. Salah satunya karena timbulnya konflik agama. Antara Agama Islam dan Yahudi. Akan tetapi perlu ditekankan juga bahwa, tidak semua warga Negara Palestina itu beragama Islam, begitu juga di Negara Israel, tidak sepenuhnya beragama Yahudi.

Perlu kita ketahui bersama, bahwa terdapat perbedaan antara Yahudi, Zionisme, dan Israel. Berdasarkan yang saya ketahui, Agama Yahudi merupakan agama samawi atau biasa disebut dengan Agama Abrahamik. Sama seperti Agama Islam dan Kristen, yang sama-sama memiliki kesamaan leluhur yaitu Nabi Ibrahim. Sedangkan Zionisme lahir dari sebuah gerakan politik yang muncul pada tahun 1897 yang didirikan oleh Theodor Herzl yakni seorang jurnalis Yahudi-Austria yang mendambakan berdirinya Negara Yahudi, sehingga Theodor Herzl menyebarkan pamflet tentang membangun Negara Yahudi. Akan tetapi, para pemuka Agama Yahudi saat itu tidak menyetujui gagasan Herzl.

Meski mendapat penolakan, gerakan Zionis akhirnya berhasil membangun Negara Israel pada 14 Mei 1948. Persoalannya tanah yang mereka jadikan negara adalah tanah milik bangsa Palestina. Kemudian, terjadilah peperangan antara kedua negara dan  menimbulkan narasi yang kita kenal bahwa semua pemeluk Yahudi belum tentu pendukung Zionis. Dan tak semua orang Yahudi mendukung pembentukan Negara Israel.

Berdasarkan data yang saya temui, survei penduduk pada tahun 2011, terlihat bahwa populasi Yahudi di Negara Israel sebesar 75,4 persen, 16,9 persen Islam, 2,1 persen Kristen, 1,7 persen Druze, serta 4 persen lainnya berupa pemeluk agama Hindu, Buddha, Neo Pagan, serta lainnya.

Konflik Negara Palestina dan Israel

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwasanya konflik ini dimulai saat umat Muslim sedang melaksanakan ibadah shalat tarawih di Masjid Al-Aqsa pada 7  Mei 2021 yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Namun seminggu sebelumnya di Yerusalem bagian tepi barat telah terjadi aksi kekerasan antara tentara Zionis dan warga Palestina yang melukai lebih dari 220 warga Palestina.

Pada hari berikutnya 8 Mei 2021, Masjid Al-Aqsa melaksanakan ibadah shalat tarawih yang saat itu berlangsung damai. Akan tetapi di wilayah bagian timur Yerusalem terjadi kerusuhan. Berdasarkan data yang saya temui, terdapat kurang lebih 121 warga Palestina terluka malam itu, akibat terkena peluru karet dan granat kejut. Sementara polisi Israel sebanyak 17 anggota terluka.

Pada 10 Mei 2021, meletuslah peperangan antara Hamas dan Negara Israel. Alasan Hamas menyerang Israel adalah untuk membalas sikap aparat keamanan Israel yang menghalangi dan menyerang warga Palestina yang sedang melakukan ibadah di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem.

Roket Hamas yang berasal dari Jalur Gaza diluncurkan mengarah ke kawasan selatan Israel. Namun Israel mengklaim telah berhasil menangkis serangan udara Hamas dari Jalur Gaza. Israel kemudian membalas serangan udara Hamas dengan membombardir Jalur Gaza yang menghancurkan gedung Kementerian Agama Hamas.

Berdasarkan data dari CNN Indonesia, “Sampai saat ini tercatat ada 212 penduduk Jalur Gaza, Palestina, meninggal akibat serangan Israel. Dari jumlah korban meninggal itu, 61 orang adalah anak-anak dan 36 orang merupakan perempuan. Kemudian korban luka-luka saat ini mencapai lebih dari 1.400 orang. Sementara itu korban jiwa di pihak Israel dalam peristiwa saling serang dengan Hamas mencapai sepuluh orang. Di antaranya adalah seorang perawat asal India, seorang anak berusia lima tahun dan seorang tentara.”

Dari Black Lives Matter sampai Palestine Lives Matter

Melihat konflik yang terjadi antara Negara Israel dan Palestina dengan slogan Palestine Lives Matter, mengingatkan kejadian yang berlangsung pada tahun kemarin, yaitu Black Lives Matter. Kejadian yang bermula pada saat George Floyd yang saat itu sedang membeli rokok di sebuah toko, dan dituduh membayarnya dengan uang palsu, sehingga Floyd ditahan oleh polisi Minneapolis, Minnesota, AS. Hingga akhirnya membuat Floyd tertelungkup di atas aspal hingga tidak bisa bernafas lagi.

Sehari setelah kematiannya Floyd, memicu terjadinya demonstrasi yang cukup besar di Minneapolis dengan aksi memprotes tindak kebrutalan polisi Minnesota, dan meluas menjadi aksi memprotes rasialisme yang kemudian melebar hingga ke berbagai negara, sehingga menimbulkan slogan Black Lives Matter.

Jika kita menarik konflik atas tindakan brutal polisi Minnesota pada Floyd serta kasus Rasialisme, di Indonesia pun sudah marak terjadi tindakan rasialisme atas orang Papua. Banyak warga Indonesia yang sering memperlakukan orang Papua itu berbeda. Padahal, orang Papua lahir dan tumbuh di atas NKRI, namun masih sering diperlakukan sebagai anak tiri di negaranya sendiri. Sakit sekali, epribadih.

Homo Homini Lupus dan Homo Homini Socius

Berdasarkan pengantar di atas, dapat kita ketahui bahwa pendapat dari Filsuf Romawi, Lucius Annaeus Seneca (4 SM–65 SM) tentang Homo Homini Socius, bahwa Manusia adalah teman bagi sesamanya. Pendapat Seneca selaras dengan apa yang sering kita sebut sebagai Simbiosis Mutualisme. Makhluk hidup tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain agar terjadi kelangsungan hidup.

Akan tetapi, pendapat Seneca ditanggapi oleh sastrawan Romawi, Titus Maccius Plautus (254-184 SM) yang mengatakan bahwa "Manusia bukanlah manusia, melainkan serigala bagi sesamanya atau Homo Homini Lupus."

Jika kita kembali pada persoalan di atas, konflik tersebut lebih condong pada pendapat dari Plautus, yakni Homo Homini Lupus. Dikarenakan saat ini banyak sekali terjadi tindakan-tindakan yang tidak bermoral; mulai dari rasialisme hingga konflik pertempuran antara Negara Israel dan Palestina yang memakan banyak korban jiwa. Ya... Yang seperti kita ketahui, dimana-mana serigala selalu mencari yang lemah.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwasanya apa yang dikatakan oleh Seneca adalah benar. Di samping konflik-konflik yang terjadi, manusia berbondong-bondong untuk saling membantu dan melawan yang namanya perbuatan tidak bermoral. Sehingga banyak sekali masyarakat dalam manca negara menyuarakan slogan Free Palestine atau Palestine Lives Matter.

Nilai Dasar Pergerakan PMII melihat konflik Black Lives Matter sampai Palestine Lives Matter.

Melihat konflik-konflik di atas, bagi warga pergerakan yang berpegang teguh pada nilai-nilai serta rumusan dari Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII, bahwasanya NDP merupakan tali pengikat (kalimatun sawa’) antara warga pergerakan dalam ranah perjuangan, mulai dari melawan yang namanya penindasan, kekerasan, ketidakadilan, serta tindakan yang tidak bermoral lainnya.

NDP adalah nilai-nilai mendasar yang merupakan sublimasi dari nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan, yang menjunjung tinggi kemerdekaan, persamaan, keadilan, toleransi serta kedamaian, dalam keberagaman suku, agama, ras, adat serta budaya, dengan dibaluti kerangka pemahaman ahlussunnah wal jama’ah.

Dalam  NDP juga terdapat rumusan nilai-nilai, yaitu Tauhid, Habl Minallah, Habl Minannaas, dan Habl Minal alam. Kita sebagai umat muslim pasti sudah tidak asing lagi dengan rumusan di atas, karena seringkali kita jumpai di Masjid, entah saat khotbah ataupun ceramah. Rumusan nilai-nilai tersebut harus kita jalani dan amalkan secara bersamaan, tanpa mendahului yang lain. Dengan kata lain harus seiring atau berimbang.

Berdasarkan rumusan NDP, analisis konflik atas Israel dan Palestina, Black Lives Matter sampai Papua Lives Matter dengan menggunakan pendekatan dari Habl Minannaas dalam rumusan NDP. 

Dapat dikatakan bahwa, kita harus melakukan kebaikan dan menjaga kerukunan sesama manusia. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan interaksi dan bantuan dari manusia yang lain. Oleh karena itu, dalam Islam dan juga NDP menjunjung tinggi yang namanya perilaku baik bagi sesama manusia, dengan kata lain rumusan NDP yang lain harus dijalankan dengan seimbang. Kalau Habl Minallah adalah hubungan vertikal antara Manusia dengan Allah, maka Habl Minannaas adalah hubungan horizontal antara Manusia dan Manusia lainnya. Begitu pula dengan Habl Minal alam merupakan hubungan Manusia dengan alam.

Penutup

Berdasarkan rumusan NDP yang dalam hal ini Habl Minannaas, perlu kita ketahui bahwa apa yang kita lakukan semata-mata untuk saling melindungi sesama manusia dengan menolak segala tindakan yang tidak bermoral, apalagi hingga memakan korban jiwa. Merujuk kembali pendapat dari Seneca, tentang Homo Homini Socius: "Manusia adalah teman bagi sesamanya." 

Nah, jangan sampai kita salah mengartikan maksud dari Seneca, karena pada dasarnya seringkali kita hanya peduli pada orang ataupun sekelompok orang yang kita anggap sejalan dengan kita. Jangan sampai teriakan keadilan dan perlawanan kita hanya untuk agama, ras atau kelompok tertentu. Tapi teriaklah atas nama Kemanusiaan.

Saya jadi ingat filosofi dari Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, atau sering dikenal dengan Sam Ratulangi. Beliau menanamkan slogan bagi masyarakat Sulawesi Utara dengan istilah “Sitou Timou Tumou Tou” yang artinya “Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia”.

Presiden negara Turki juga pernah mengatakan, "Tidak perlu menjadi Muslim untuk membela Palestina, cukup menjadi manusia." Ini merupakan kaitan erat dengan pancasila.

Sebagai akhir, perlu kita ingat kembali perkataan dari Alm. Gus Dur bahwa, “Yang lebih penting dari politik adalah Kemanusiaan." Maka dari itu, teriaklah atas nama Kemanusiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun