Mohon tunggu...
Afen Sena
Afen Sena Mohon Tunggu... Guru - Dr, IAP, FRAeS

Anak muda dari kampung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

To The Greater Good

13 Juli 2022   21:11 Diperbarui: 14 Juli 2022   10:36 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu saya berpikiran bahwa ketika kelak saya mempunyai uang, maka hidup saya akan lebih bahagia. Sewaktu belum punya kendaraan, saya beranggapan bahwa nanti setelah punya motor/mobil sendiri, saya akan lebih happy. Saya juga dulu sering berangan-angan bisa travelling ke mancanegara karena hal itu mungkin akan membuat saya senang dan bangga.

Ternyata ....

Happiness comes from the intersection of what We love, what We are good at, and what the world needs. We've been told time and again to keep finding the first. Our schools helped develop the second. 

It's time we put more thought on the third. Putting problems at the center of our decision-making changes everything. It's not about the self anymore. It's about what We can do and how We can be a valuable contributor.

Bahagia itu didapat ketika kita memindahkan pusat dari "to the end of ourself" menuju "to the greater good."

Hal ini kemudian menyadarkan bahwa semata-mata mengejar keinginan atau passion pribadi tidak serta-merta akan membuat bahagia. Pernyataan bahwa "follow your passion and everything will turn out great" adalah sesuatu yang misleading. 

Lebih parah lagi, hal itu justru membuat terlihat sangat egoistis. Fulfillment comes only when your passion, talent, role, assignment, and the greater good all come together.

Pada dasarnya, di lubuk hati dan pikiran terdalam setiap manusia, ia pasti ingin membuat perbedaan. Setiap manusia ingin memberi kontribusi. Setiap manusia ingin memberi pengaruh kepada lingkungan. Setiap manusia ingin mengubah dunia. Setiap manusia ingin memberi impact. 

We want to matter. Sayangnya, selama ini bayak yang berfokus pada aspek what we love dan what we're good at---bukan pada what the world needs.

Yang menarik, kecenderungan bahwa ketika semakin berfokus pada diri sendiri, maka kita akan cenderung makin tidak bahagia. 

Sebaliknya, ketika mulai mengabaikan perhatian pada diri sendiri dan mulai melihat dunia yang lebih besar, kita barangkali akan jauh lebih bahagia. We become happier if we worry less about what makes us happy.

Jadi, mulai sekarang coba lihat ke sekeliling kita. Adakah peluang di mana kita bisa melakukan perubahan positif? A genuine impact? A positive contribution? Adakah tempat di mana kita bisa mengarahkan passion dan talenta kita untuk membuat perbedaan?

Mari berhenti mengejar kebahagiaan diri sendiri. Mari mulai memberi kontribusi! Mari mulai membawa perubahan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun