Mohon tunggu...
afdillah_chudiel
afdillah_chudiel Mohon Tunggu... -

Sosiolog, Penulis Buku: "Sekolah Dibubarkan Saja!" kunjungi : http://afdillahchudiel.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Untuk Teman LGBT

19 Februari 2016   16:00 Diperbarui: 19 Februari 2016   23:07 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepada teman-teman LGBT dan juga yang mendukung perjuangan LGBT.

Mohon maaf, sebelumnya karena buat saya butuh keberanian untuk menuliskan dan mempublish ini. Tetapi karena semua orang sudah mulai bicara dan mengekspresikan pikirannya tentang LGBT, maka saya mencoba menulis surat terbuka ini untuk teman-teman dengan dan tidak ada maksud mendiskriminasi atau menyudutkan siapapun. Apa lagi teman-teman LGBT.

Jujur, saya sedih menyaksikan berita di televisi dan media online tentang LGBT beberapa hari terakhir ini, karena saya mempunyai teman yang mempunyai orientasi seksual sesama jenis dan dan juga transgender atau yang sekarang disebut LGBT.

Saya tidak mau membahas persoalan LGBT nya karena saya melihat teman-teman bukan dalam konteks itu. Tetapi saya melihat teman-teman sebagai saudara, teman dan dan sahabat.

Sebagai personal saya senang bergaul dan berteman dengan teman-teman LGBT. Teman-teman memperlakukan saya dengan sangat baik dan mungkin saya yang tidak bisa membalas kebaikan teman-teman. Secara sosial pun, saya menjalani masa-masa menyenangkan bersama treman-teman. kita belajar bersama dan tumbuh bersama, tidak ada yang salah dengan pergaulan kita.

Beberapa kali terjadi dinamika, tetapi menurut saya, itu biasa saja karena dilingkungan mana pun, itu bisa terjadi. Bukan karena orientasi seksual tetapi karena kita memang manusia. Sama seperti lingkungan kampus, pasar, terminal, sekolah, perumahan dan bahkan di media social sering terjadi gesekan. Di media social malahan lebih parah, tetapi untunglah terjadi di media social. kalau di dunia nyata, pasti mereka sudah main golok atau saling bunuh kali. Jadi tidak ada yang berbeda. Sehingga kasus Riyan si tukang jagal, menurut saya bukan masalah orientasi seksualnya, tetapi memang dianya yang bermasalah.

Terkait maraknya pemberitaan tentang LBGT saat ini, menurut saya teman-teman lagi apes saja karena beberapa kelompok dari teman-teman LGBT melakukan kampanye terbuka tentang LGBT yang berujung pada penolakan dari public. Kita tidak bisa pungkiri bahwa ada teman-teman yang punya orientasi seksual sesama jenis dan ada teman-teman yang merasa terjebak di tubuh laki-laki tetapi tidak merasa laki-laki dan sebaliknya. Realitas ini telah ada semenjak dahulu dan sudah puluhan dan bahkan ratusan studi dan para ahli telah mempelajari tentang realita ini. Jadi ini bukan hal yang baru, Kita bisa lihat dari sosok Bunda Dorce Gamalama.

Teman-teman, kita semua tahu, Indonesia ini negara timur dengan budaya dan segala ketimurannya, dan LGBT bukan sesuatu yang biasa bagi kita orang Indonesia semenjak jaman dahulu kala. Disamping itu, negara kita juga memiliki dasar Pancasila di mana sila pertamanya berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya aksistensi agama sangat diakui dan dilindungi oleh negara kita. Sampai saat ini tidak ada satu tokoh agama manapun yang membenarkan pilihan dan perjuangan teman-teman.

Di samping itu, negara kita adalah negara memiliki paham heteroseksual (seks berlainan jenis atau laki-laki dan perempuan). Ketika ada yang tidak sejalan dengan itu, pasti dianggap sesat/menyimpang dan untung tidak ada istilah kafir dalam kontek ini. Kalau ada pasti sudah masuk dalam daftar tersebut.

Teman-teman yang baik, Kita juga tahu di negara kita ini, benar dan salah sangat ditentukan oleh mayoritas karena menjadi minoritas sangat sulit. Maaf teman-teman, bukannya melemahkan semangat teman-teman, saat ini teman-teman tidak dalam posisi yang kuat untuk memperjuangkan dan mengkampanyekan tentang LGBT kepada siapapun di negeri ini.

Sebagai teman, kalau saya boleh usul, marilah urusan orientasi seksual ini kita kembalikan ke ranahnya saja. Ini urusan domestik, bukan urusan publik. Tahanlah diri teman-teman Karena apa yang teman-teman perjuangkan hampir mustahil negara ini. Saya tidak mempermasalahkan soal orientasi seksual yang teman-teman pilih. Tapi, kalau teman-teman merasa itu takdir dan tidak bisa diubah, jadikanlah itu rahasia teman-teman dan ekspresikanlah itu dalan kelompok terbatas saja. Tetapi jika teman-teman merasa ini pilihan, sehingga menjadi LGBT atau tidak menjadi LGBT adalah sebuah pilihan, maka buatlah pilihan-pilhan yang bijaksana sesuai dengan keyakinan hati nurani teman-teman.

Teman-teman, polemik soal LGBT yang terus-menerus akan menjadi pisau belati buat kita semua. Pemberitaan media yang tidak cerdas, ditambah lagi komentar-komentar dari para tokoh dan ahli hingga artis yang tidak enak didengar. Orang yang tidak punya kapasitas pun ikut bicara sesuka hati.

Saya sedih ketika teman-teman mendapatkan stigma negative terus menerus, seolah semua teman-teman semua sama seperti Rian yang menjagal pasangannya, atau teman-teman sumber penularan penyakit dan sebagainya.

Disisi lain, liarnya pemberitaan diakses oleh semua lapisan dan termasuk adik-adik dan anak-anak kita yang terlalu dini terpapar masalah ini. Saya khawatir ini tidak sehat untuk mereka karena kita paham sekali bahwa rasa ingin tahu mereka sangat tinggi.

Bersabarlah teman-teman, mari kita nikmati hidup, teruslah mencari pilihan terbaik buat kita masing-masing dan saling menghargai. Tidak usah kita memaksakan orang lain untuk menerima kita.

Trakhir, mari kita ciptakan kedamaian ini bersama-sama dan kita ciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi nantinya.

Salam damai  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun