Oleh: Afdhal Purnama*
MENATAP langit Indonesia, sama seperti menatap langit-langit lain di seluruh belahan dunia, hanya saja perbedaan sinar mentari yang masuk ke sebuah negara menjadikan tampilannya berbeda dengan negara lain. Namun kita harus bersyukur, karena garis khatulistiwa masih membentang di atas kebun dan ladang nusantara, menemani semangat pagi anak Negeri menjemput cita-cita yang masih terselip di antara lembaran-lembaran kertas putih, yang tersusun rapi di dalam tas samping bewarna hitam.
68 tahun Indonesia telah merdeka, kemerdekaan ini tidak terlepas dari peran penting orang-orang terdidik zaman pergerakan, mengajak anak bangsa untuk menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggung jawab, yang akhirnya membentuk organisasi-organisasi kuat yang memiliki ambisi lebih besar untuk meraih kemerdekaan dengan cara yang lebih terorganisir dan lebih cerdas.
Indonesia juga memproduksi pemimpin-pemimpin negara dari kalangan orang-orang terdidik, mulai dari pendidikan militer sampai pendidikan teknologi dirgantara dengan potensi luar biasa, yang pastinya pengaruh pendidikan mereka tak sebatas wilayah NKRI namun diakui oleh mancanegara. Dengan begitu sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang lebih besar untuk menciptakan pertumbuhan pendidikan setara dengan negara-negara maju di luar sana.
Sudah sangat banyak tokoh-tokoh pendidikan Indonesia yang telah menyumbangkan berbagai pembaharuan sistem pendidikan pada abad 20 ini, bahkan ada tokoh-tokoh pendidikan yang berani membentuk sistem kurikulum pendidikan baru di luar sistem yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, dan buktinya tidak jarang sekolah-sekolah rintisan swasta bisa muncul kepermukaan dan memberikan konstribusi-konstribusi luar biasa bagi pendidikan Indonesia, baik di bidang akademis maupun non-akademis.
Namun sekolah-sekolah negeri yang dibangun oleh pemerintah juga tidak mau ketinggalan, berbagai sekolah negeri di nusantara mulai merintis pendidikan bertaraf internasional, dengan tumbuhnya semangat-semangat ini maka Indonesia mulai menemukan titik terang kemana arah pendidikan Indonesia di masa depan. Namun, hal itu harus ada kekompakan dari semua pihak dan tidak perlu berputus asa dengan jatuh bangunnya pendidikan Indonesia, karena hasil pendidikan tidak akan terlihat satu hari setelah pendidikan berlangsung,  namun membutuhkan waktu  20 tahun kemudian untuk membuktikannya.
Dalam memperjuangkan pendidikan sebuah bangsa memang tidak mudah, karena pendidikan merupakan kegiatan jangka panjang dan berlangsung terus-menerus yang membutuhkan banyak perhatian dan tidak jarang kepentingan pribadi ikut menyelinap dalam perjuangan ini. Menteri Pendidikan, M. Nuh sendiri pernah mengatakan kalau masalah pendidikan tidak akan ada habisnya (Kompas 19 Desember 2011).
Ungkapan seorang Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan yang telah menjabat selama dua periode pemerintahan SBY ini, menjadi bukti bahwa dalam perjuangan meningkatkan Pendidikan Indonesia banyak sekali halangan dan rintangan. Ada empat problema yang sedang menggerogoti program pendidikan indonesia, yaitu ujian nasional dan dugaan contek massal, penyaluran dana bantuan operasional sekolah (BOS), masalah fasilitas pendidikan khususnya sekolah rusak, dan penuntasan wajib belajar 9 tahun. Semua program ini sudah benar  adanya, namun masih membutuhkan manajemen yang lebih ketat, dan menutup kemungkinan tokoh-tokoh tertentu untuk meraup keuntungan pribadi  dari program Kementrian Pendidikan ini.
Meski persoalan pendidikan tak akan pernah selesai, namun perjuangan untuk mendidik anak bangsa tidak boleh usai, dengan komitmen dan konsisten atas program yang sedang dijalankan, maka suatu saat apa yang dicita-citakan pasti akan terwujud, karena hasil pendidikan itu tidak  akan pernah terlihat secara langsung.
Bahkan pemerintah telah memberikan beasiswa Bidik Misi yang diperuntukkan bagi mahasiswa miskin. Hingga saat ini, setidaknya program ini telah sangat membantu puluhan ribu siswa-siswi kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan pemerataan pendidikan mulai semakan nampak. Dan suatu saat pasti buah hasil bidik misi ini akan dirasakan oleh keluarga-keluarga kurang mampu tersebut, dan kesenjangan sosial akan semakin berkurang untuk  menuju Negara Indonesia yang lebih maju dan terdidik.[]
*Student of Communication and Islamic Broadcasting - UIN Ar-Raniry Aceh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H