Sunyinya senja di puncak bukit terganggu dengan riuhnya para petualang dadakan yang sibuk mendirikan tenda dengan motor sebagai tiangnya. Dan ada yg sibuk mencari sleeping bag yang hilang yang ternyata terjatuh jungkir ke bawah bukit yang baru ditemukan saat pagi hari.
Manusia yang habitatnya tinggal di pinggir laut akan sulit beradaptasi dengan suhu jika bermalam di puncak gunung yang suhunya dingin ditambah dengan tiupan angin malam.
Ekspetasi bisa santai memandangi bintang dan pantulan bulan di danau sambil menikmati makan malam mie rebus spesial plus telur dan teh panas, namun kalah dengan serangan dingin yang menyerang sampai menembus tenda. Kenyataannya hanya dapat berteriak-teriak dalam selimut menahan dingin.Â
Namun ada pula yang kebal dingin masih menikmati malam sampai api telah habis memakan kayu bakar. Ada yang merasa aman tidur di mobil, namun dingin tetap dapat menembus body mobil. Adapula cerita tragedi sendal terbakar didalam tenda karena membuat api didalam tenda tampa sengaja membakar sendal.
Malam terasa panjang karena gelisah menahan serangan angin dingin, sampai dengan pagi hari dingin masih terasa dan berharap matahari pagi segera naik agar dapat mengusir dinginnya pagi.Â
Matahari naik dengan perlahan memamerkan cahayanya yang menyilaukan mata. Perut lapar memaksa untuk memasak lagi, menghidupkan kembali api sisa-sisa pembakaran tadi malam.
Dengan menu spesial mie rebus telur di hidangkan dengan teh/kopi manis dan bersiap2 untuk membongkar tenda serta berkemas-kemas untuk turun bukit dengan arah jalur kembali Pegaf-Ransiki-Manokwari yang rutenya lebih baik dari rute berangkat.
pegunungan Pegaf dengan perlahan dan menabrak angin dingin serta menyusuri danau Anggi Gida. Hingga bertemu dengan pinggiran danau, tubuh yang gerah dan sudah bau karena belum mandi dari kemarin harus dipaksa untuk merasakan dinginnya air danau yang jernih.
MenuruniBermain air di danau Anggi, berenang, berendam dan berlari-lari dan menyelam sebentar. Tubuh menjadi segaaaar, dan siap melanjutkan perjalanan kembali ke Manokwari menyusuri jalan yang menurun sehingga terasa cepat tiba di ransiki dan istirahat untuk mengisi perut agar tubuh ada tenaga kembali sebelum tiba di kota Manokwari.
Akhirnya perjalanan untuk memenuhi egois harus memiliki pengalaman mengunjungi daerah yang tidak mudah untuk mencapainya dapat dilakukan, kepuasan dan mendapat pengalaman disertai dengan bukti-bukti otentik foto-foto dan video-video akan menjadi kenangan jika ingin bercerita kepada teman-teman dan keluarga di rumah.
Salam Papua Barat....