Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi
Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... profesional -

Fasilitator yang sehari-hari mengajar. Investor kecil-kecilan yang setiap saat melihat peluang investasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Pemutih

24 Februari 2015   20:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:35 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Para ibu sangat paham apa yang perlu dilakukan ketika melihat pakaian sekolah anaknya tidak lagi berwarna putih bersih. Aktivitas luar biasa anak memang cepat membuat baju sekolahnya kusam dan kotor. Umumnya para ibu akan menggunakan pembersih pakaian yang sekaligus berfungsi memutihkan kembali pakaian tersebut (bleach). Pemutih punya dua fungsi utama, pertama melunturkan, kedua ia mencemerlangkan.

Komunikasi juga seperti pemutih. Ia dapat digunakan untuk melunturkan dan menguatkan. Komunikasi adalah proses memberi dan menerima informasi. Lebih dari itu komunikasi adalah proses menumbuhkan dampak. Selalu ada hasil yang diinginkan dalam satu proses komunikasi. Maka, sekarang dampak apa yang kita inginkan saat mengkomunikasikan pesan kepada orang lain?

Ada beberapa situasi yang umum terjadi dalam komunikasi, seperti:

·Membuat lawan bicara mempertimbangkan ulang.

·Menangani keberatan.

·Meyakinkan satu ide layak.

Pada situasi-situasi tersebut, untuk memberikan dampak kita perlu melakukan dua hal, pertama melunturkan keyakinan sementaranya. Kedua, menguatkan keyakinannya akan ide. Yang pertama adalah membuatnya ragu pada idenya sendiri. Yang kedua, membuatnya menerima ide kita. Ini adalah komunikasi pemutih.

Seorang rekan ditawari suatu posisi lebih tinggi di perusahaan lawan. Bila Anda ingin membuatnya ragu akan tawaran tersebut dan membuatnya tetap di perusahaan saat ini, cara paling sederhana adalah dengan bertanya. Anda dapat mengatakan, “Apakah kamu benar-benar berpikir perusahaan A lebih baik, apa benar begitu? Apakah kamu benar-benar berpikir kekeluargaan yang ada di perusahaan kita sekarang dapat digantikan oleh budaya di perusahaan baru itu?”

Sebelum seseorang membuat keputusan final, umumnya ia memiliki banyak lubang sebagai pertimbangan. Memberikan pertanyaan-pertanyaan perspektif akan berdampak melemahkan satu sisi dan menguatkan sisi lain. Terutama bila pertanyaan yang diajukan sangat berkenaan dengan value yang menjadi rujukan rekan tersebut. Bila ia family man, pertanyaan seperti, “Bagaimana dengan anak dan istrimu bila kamu bekerja di luar pulau?” akan sangat menggugah persepsinya sehingga ia menjadi yakin untuk tetap dan ragu untuk berpindah perusahaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun