Mohon tunggu...
M Fathan Karib
M Fathan Karib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Topik favorit : Alam dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguak Dominasi China terhadap Geopolitik Minyak dan Gas di Tengah Kebangkitan Asia

5 Desember 2024   16:42 Diperbarui: 5 Desember 2024   17:42 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Foundry Co dari Pixabay 

  

Asia Tengah, yang dulunya menjadi ajang perebutan pengaruh antara berbagai kekuatan besar, mengalami pergeseran besar dalam peta geopolitiknya. Pasca Perang Dingin, Amerika Serikat sempat mendominasi kawasan ini. Namun, seiring dengan perubahan tatanan dunia, terutama pasca peristiwa 9/11 dan krisis keuangan global, Rusia dan China semakin agresif dalam memperluas pengaruhnya. Inisiatif 'Belt and Road' yang digagas oleh China, serta upaya dari Rusia untuk merevitalisasi organisasi regional, telah mengubah lanskap kerjasama mereka di Asia Tengah. Konflik di Ukraina juga semakin mempercepat proses ini, terutama dalam mendorong negara-negara Asia Tengah guna mencari keseimbangan dalam hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang besar (Widiastutie, 2024).

Dalam beberapa dekade terakhir, China telah tumbuh berkembang menjadi kekuatan ekonomi besar yang berdampak masif pada dinamika geopolitik dunia, terutama dalam sektor energi. Dengan populasi terbesar ke 2 yang dimiliki oleh China dan ekonomi kedua terbesar secara global, China telah menjadi negara konsumen energi terbesar, melampaui Amerika Serikat pada tahun 2009 (DDTCNews , 2024). Pertumbuhan ekonomi yang cepat, urbanisasi masif, dan peningkatan standar hidup masyarakat China mendorong kebutuhan energi dalam skala besar, terutama minyak dan gas alam. 

Pada tahun 2023, China telah mencatatkan impor minyak rata-rata sebesar 11,28 juta barel per hari, dimana dalam hal tersebut membuatnya menjadi importir minyak terbesar di dunia (Aryanto, 2022). Ketergantungan ini menggambarkan bagaimana kebutuhan domestik China akan energi telah menciptakan dampak besar dalam pasar energi global. Untuk mengamankan pasokan energi yang stabil, pemerintah China telah mengembangkan berbagai strategi, termasuk investasi di luar negeri, pengembangan infrastruktur energi lintas negara, serta memperluas pengaruh geopolitiknya di negara-negara kaya sumber daya. 

Akan tetapi, langkah-langkah yang telah diambil oleh China tidak terlepas dari konsekuensi yang didapat. Pendekatan agresif yang diambil dari China dalam upayanya memenuhi kebutuhan energinya kerap kali menimbulkan gesekan dengan negara-negara lain. Amerika Serikat, yang selama ini menjadi pemain dominan dalam pasar energi global, melihat upaya China sebagai ancaman terhadap kepentingan strategisnya. Persaingan antara kedua negara ini untuk mengamankan sumber daya energi telah memicu ketegangan geopolitik di berbagai wilayah, termasuk Timur Tengah, Afrika, Asia Tengah, dan Asia Tenggara. 

Dimensi Geopolitik  

Kebangkitan China dalam sektor energi global telah menimbulkan sejumlah dimensi geopolitik yang tidak hanya memengaruhi kawasan Asia Timur tetapi juga memberikan dampak yang berefek terhadap dunia yang lebih luas. Pertama, perubahan keseimbangan kekuatan global menjadi salah satu dampak utama. Pengaruh China yang semakin besar di negara-negara penghasil minyak dan gas telah menggeser dominasi yang sebelumnya dipegang oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Negara-negara seperti Iran, Rusia, dan beberapa negara di Afrika kini lebih sering melihat China sebagai mitra strategis dalam sektor energi, menciptakan peluang untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap Barat. Namun, pergeseran ini juga menimbulkan tantangan baru bagi tatanan dunia yang mulai bergeser menuju multipolaritas, dengan munculnya lebih banyak pemain utama dalam politik global (Sipayung, 2024).

Kedua, ketegangan di Laut China Selatan menjadi salah satu fokus utama dalam geopolitik energi di Asia Timur. Wilayah ini diketahui memiliki cadangan minyak dan gas yang sangat besar, yang menjadi rebutan di antara banyak negara. Klaim teritorial China yang luas atas sebagian besar kawasan ini telah memicu ketegangan dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Konflik yang muncul tidak hanya berkaitan dengan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya energi, tetapi juga menyangkut penguasaan atas jalur pelayaran strategis yang merupakan rute utama perdagangan energi global. Ketegangan ini meningkatkan risiko konflik militer, sekaligus mengancam stabilitas ekonomi regional (A, 2024). 

Ketiga, Belt and Road Initiative menjadi cara dari China guna memperluas pengaruhnya dalam sektor energi global. Melalui proyek ini, China tidak hanya mendorong ekspansi ekonominya tetapi juga memperkuat posisinya dalam geopolitik energi. Berbagai proyek infrastruktur seperti pembangunan pipa minyak dan gas lintas negara, pelabuhan strategis, dan fasilitas energi lainnya telah meningkatkan ketergantungan banyak negara pada dukungan yang diberikan kepada China. Namun, keberhasilan inisiatif ini juga disertai berbagai kekhawatiran internasional terkait potensi jebakan utang serta dominasi geopolitik jangka panjang yang mungkin muncul akibat investasi besar-besaran tersebut. 

Keempat, diversifikasi sumber energi menjadi salah satu langkah strategis yang diambil oleh China untuk mengurangi ketergantungannya pada jalur laut yang rentan terhadap gangguan. China telah berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur energi darat, termasuk pipa minyak dan gas yang menghubungkannya dengan Rusia dan Asia Tengah. Langkah ini memberikan pasokan alternatif yang lebih stabil, sekaligus memperkuat keamanan energinya. Selain itu, diversifikasi ini turut mengubah dinamika geopolitik di kawasan Eurasia, mempererat hubungan China dengan negara-negara di kawasan tersebut (PT TCT, 2023). 

Kelima, dominasi China dalam teknologi energi terbarukan menunjukkan bagaimana negara ini memanfaatkan transisi energi global untuk memperkuat pengaruh geopolitiknya. Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menjadi pemimpin dunia dalam produksi dan pengembangan teknologi seperti panel surya, turbin angin, dan baterai. Dengan kemampuan produksi skala besar, China mendominasi pasar global untuk teknologi transisi energi, menciptakan ketergantungan negara-negara lain pada teknologi yang mereka hasilkan. Dominasi ini tidak hanya memperkuat posisi geopolitik China tetapi juga memberikan pengaruh strategis dalam transisi energi global yang sedang berlangsung (Liputan6, 2022). 

Dampak Konflik  

Pengaruh China yang semakin besar dalam sektor energi global membawa dampak yang luas, baik dalam bentuk peluang maupun tantangan bagi berbagai komunitas internasional, berikut ini ialah dampak dari konflik yang terjadi:

1.) Persaingan yang Meningkat 

   Persaingan antara China dan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, untuk mengamankan akses ke sumber daya energi semakin meningkat. Persaingan ini menciptakan tekanan tambahan pada pasar energi global, memicu kenaikan harga, dan meningkatkan ketegangan geopolitik. 

2.) Aliansi Baru dalam Geopolitik Energi 

   Perubahan dalam lanskap geopolitik energi terlihat dari aliansi baru yang terbentuk. Beberapa negara penghasil energi tradisional, seperti Arab Saudi, mulai menjalin hubungan yang lebih erat dengan China sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat. Pergeseran ini mengubah dinamika aliansi global, khususnya di kawasan-kawasan strategis seperti Timur Tengah. 

3.) Konflik Regional 

   Ketegangan di Laut China Selatan menjadi salah satu contoh nyata bagaimana persaingan energi dapat memicu konflik regional. Sengketa ini tidak hanya menciptakan risiko militer tetapi juga mengganggu stabilitas ekonomi di kawasan. 

4.) Inovasi Teknologi Energi 

   Dorongan China untuk memenuhi kebutuhan energinya yang besar telah mendorong investasi besar-besaran dalam energi terbarukan. Ini mempercepat pengembangan teknologi energi bersih secara global, memberikan dampak positif terhadap transisi energi. Namun, dominasi China di sektor ini menimbulkan kekhawatiran tentang monopoli teknologi. 

5.) Perubahan Pola Perdagangan Global 

   Fokus China pada pasar Asia mengubah arus perdagangan energi global. Negara-negara penghasil minyak dan gas kini lebih memprioritaskan pasar Asia, terutama China, dibandingkan ke arah pasar Barat tradisional. 

6.) Tekanan terhadap Lingkungan 

   Meski memimpin dalam energi terbarukan, konsumsi bahan bakar fosil yang tinggi masih menjadi kontributor utama emisi gas rumah kaca dari China. Hal ini menciptakan tantangan besar bagi upaya global dalam mengatasi perubahan iklim. 

Kesimpulan  

Kebangkitan China sebagai kekuatan energi global telah membawa perubahan mendalam dalam dinamika geopolitik minyak dan gas dunia. Persaingan untuk mengamankan sumber daya energi, pembentukan aliansi baru, dan inovasi teknologi energi menciptakan lanskap global yang lebih kompleks dan multipolar. Di satu sisi, dinamika ini membuka peluang baru bagi banyak negara untuk mengejar kepentingan strategis mereka. Meskipun kekuatan Rusia saat ini telah menurun, dan China yang semakin lama turut meningkat, di wilayah Asia ini China tetap membersamai Rusia untuk kukuh dalam mempertahankan pengaruhnya tersebut dan secara tegas menolak akan kedatangan Amerika di wilayah tersebut. Di lain sisi, kebangkitan ekonomi China telah mengubah peta terhadap persaingan energi. Dengan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, kebutuhan China terkait energi terus meningkat, mendorongnya untuk mencari sumber-sumber baru dan mengamankan jalur pasokan yang lebih stabil kedepannya.

Referensi

A, B. S. (2024, Mei 1). Geopolitik Global Rentan Memperlemah Ketahanan Energi Indonesia. Diambil kembali dari kompas.id: https://www.kompas.id/baca/riset/2024/05/01/geopolitik-global-rentan-memperlemah-ketahanan-energi-indonesia

Aryanto, Y. H. (2022, Maret 03). Dampak Konflik Rusia-Ukraina di Sektor Migas. Diambil kembali dari CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/opini/20220303115818-14-319774/dampak-konflik-rusia-ukraina-di-sektor-migas

DDTCNews . (2024, Agustus 08). Dua Sisi Dampak Konflik Global Terhadap Sektor Energi RI, Seperti Apa? Diambil kembali dari DDTCNews: https://news.ddtc.co.id/berita/nasional/1804614/dua-sisi-dampak-konflik-global-terhadap-sektor-energi-ri-seperti-apa

Liputan6. (2022, Maret 04). OPINI: Dampak Geopolitik dan Harga Minyak Dunia bagi Indonesia. Diambil kembali dari liputan6.com: https://www.liputan6.com/opini/read/4902793/opini-dampak-geopolitik-dan-harga-minyak-dunia-bagi-indonesia

PT TCT. (2023, November 21). Dampak Geopolitik terhadap Perdagangan Minyak dan Gas: Analisis Terkini. Diambil kembali dari TCT: https://www.pt-tct.com/Artikel/Dampak-Geopolitik-terhadap-Perdagangan-Minyak-dan-Gas-Analisis-Terkini.html

Sipayung, R. S. (2024, April 26). Menghadapi Dampak Konflik Iran-Israel: Strategi dan Implikasi bagi Indonesia. Diambil kembali dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia: https://setkab.go.id/menghadapi-dampak-konflik-iran-israel-strategi-dan-implikasi-bagi-indonesia/

Widiastutie, S. (2024). Hubungan Cina-Rusia dalam Dinamika Geopolitik Kawasan Asia Tengah. Journal of Political Issues, 5(2), 187--195. https://doi.org/10.33019/jpi.v5i2.147

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun