Dulu Indonesiaku, Damai, tentram, harmonis berada di bawah payung kebersamaan dan menghormati dalam perbedaan.
Dulu Indonesiaku, bersatu dalam perbedaan, berjuang bersama untuk satu tujuan, walaupun perbedaan telah menjadi suatu keniscayaan
Dulu Indonesiaku, melahirkan ulama yang saling menghormati perbedaan pendapat dan mampu menjadi penyejuk di tengah hingar binger dunia yang penuh dengan kehinaan.
Nyanyian yang dipopulerkan sabyan, sebuah grup music gambus  yang terdiri dari beberapa orang anak muda menjadi sebuah tren yang digandrungi oleh anak-anak muda Indonesia saat ini.Â
Paket komplit dengan suaru yang penyanyi yang merdu, music yang kekinian dan video clip yang bagus mampu menyihir jutaan masyarakat. Ya, era shalawat kembali lagi datang. Akan tetapi, saat ini kita tidak akan membahas sabyan. Kita akan bercerita tentang sebuah lagu yang menjadi cerminan betapa indahnya agama yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW.
Deen as- Salam...
Ya lantunan lagu yang merdu dengan alunan music yang mendamaikan seolah menjadi suatu paduan yang mampu menjelaskan tentang betapa Indahnya Islam. Ajaran yang penuh cinta dan kedamaian. Â Ajaran yang mengajarkan tentang saling menghormati dan saling menyebarkan cinta,
Cinta yang tulus, bersih dan murni...
Dakwah islam pun seharusnya menjadi seruan untuk memenuhi jiwa-jiwa para muslimin dengan cinta. Dai menggunakan bahasa cinta dalam menyeru kepada kebaikan, sehingga kedamain menjadi sebuah keniscayaan dalam dakwah Islam yang mulia ini.. Oleh Karena itu, dakwah islam adalah sebuah senandung cinta ke jalan cinta sejati kepada Tuhan Sang Pemilik Cinta..
Tapi,,,,
Tiba-tiba kesedihan datang menyeruak dari jiwa yang lemah ini. Keindahan seruan cinta ini direnggut dengan berbagai kekerasan dan sikap intoleran yang merusak harmoni kedamaian ini. Bom-bom bunuh diri, kekerasan dengan bertopengkan agama, dan sikap saling menghina menjadi duri-duri perusak keindahan cinta yang tumbuh dalam hati ini.
Kamu Kafir..
Kamu Sesat..
Kamu Ahli Bid`ah
Kamu Tukang Syubhat...
Dentuman-dentuman kebencianmu menghancurkan istana-istana kedamaian yang telah dibangun dengan perjuanganyang panjang oleh nenek moyangku dahulu...
Pemuda-pemuda jahannam tidak berilmu, tidak bertuan dan berguru memporak-porandakan tatanan yang kebersamaan yang telah dirangkai beratus tahun yang lalu.
Pemuda-pemuda  yang sok suci mengusik kedamaian kami, dengan bualan-bualan kosong dan kemunafikan yang sangat hina..
Hai Pemuda-Pemuda Sok Pintar..
Kembalilah belajar....
Belajar saling menghargai, saling menghormati...
Isilah kekurangan saudaramu dengan cinta, dan untaian nasehat yang menyejukkan..
Bukan celaan dan hinaan yang menyakitkan..
Ingatlah Saudaraku...
Surga Tuhan itu luas.....Lebih luas dari Jagat Raya ini...
Jangan klaim surga itu untuk kalian sendiri..
Jangan Kalian Anggap surga yang luas itu tempat sempit sesuai dengan pikiran kalian yang sempit itu...
Wahai saudaraku... Mohon maaf perkataanku yang menyakitkan...
Tapi ketahuilah, kerasnya perkataanku adalah bentuk cintaku kepada mu dan kepada agama yang aku cintai ini..
Agama yang penuh cinta, damai dan toleransi..
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H