Intimidasi karena perbedaan pendapat, demonstrasi dengan kekerasaan, konflik SARA, dan berbagai sikap intoleran, intimidatif, dan provokatif adalah bagian yang tidak terpisahkan dari cerita-cerita yang termaktub dalam perjalanan kehidupan bernegara Indonesia Jaman Now. Seolah sikap keramahan, saling menghormati, dan tenggang rasa yang dulu sempat menjadi image masyarakat Indonesia, telah tergerus seiring pergerakan zaman ke arah yang tidak  jelas ini. Globalisasi di berbagai sisi kehidupan masyarakat dunia tidak mampu menyentuh kemajuan berfikir masyarakat, yang semakin lama malah menuju ketitik nadir peradaban yang eksklusif dan anti perbedaan.
Perbedaan adalah satu hal yang dilarang, bahkan mampu menimbulkan konflik berkepanjangan, aksi kekerasan yang akhirnya memperkosa nilai-nilai luhur Pancasila yang dulu telah diperjuangkan para nenek moyang bangsa ini. Perbedaan menjadi tabu, yang tidak boleh berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, karena perbedaan dalam hal apapun akan menjadi api  ang mampu membakar hutan keberagaman dan multi culturalyang telah ada beribu-ribu tahun tumbuh mekar di dalam gugusan kehidupan multi etnis masyarakat Indonesia.
Sikap toleransi dan saling menghargai masyarakat nusantara di rusak oleh berbagai sikap kebinatangan yang semakin tidak dapat dibendung. Berbagai kepentingan yang di kedepankan seolah menjadi raja-raja yang menguasai setiap sisi kehidupan bermasyarakat di Negara yang katanya negeri elok, ramah, dan gemah ripah lok jinawi.
Bangkitnya Isu SARA, Sebagai Awal Lahirnya Kehancuran Peradaban
Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Kelemahan manusia dalam berbagai sisi kehidupannya membutuhkan suatu penguat yang akan menciptakan suatu harmoni dan nyanyian indah dalam mengiringi kisah suka dan duka kehidupan. Agama adalah suatu ajaran yang menuntut penganutnya untuk patuh dan hidup dalam keteraturan.Â
Kedamaian, cinta, kasih sayang adalah core agama yang mesti dikedepankan dalam proses pengamalan agama dan keberagamaan. Ketika prinsip universalitas itu di kedepankan, bentrokan berlandaskan SARA dan isu-isu lainnya pun, tidak akan mampu membenturkan nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Tidak ada satu agama pun, memerintahkan penganutnya untuk menyebar rasa kebencian, kekerasan, ketakutan dan tindakan-tindakan anarkis dalam mengaplikasikan doktrin-doktrin keagamaan. Bahkan, Agama hadir sebagai angin segar yang memberikan kesejukan di tengah hiruk pikuk kehidupan yang tidak memiliki aturan dan wadi / oase di tengah lautan gurun pasir yang  tidak bertuan.
Masyarakat yang beragama seharusnya mampu menciptakan suatu harmonisasi nilai doktrin kegamaan dengan kebudayaan setempat, sehingga terciptalah suatu bangunan yang mampu melindungi keberagaman yang tidak dapat terelakkan.
Mitos Kebenaran Tunggal: Agama Atau Produk Agama
Ajaran agama apapun, akan menyatakan kebenaran doktrin dan ajaran-ajaran agama yang dijelaskan oleh sumber utama hukum dalam agama tersebut. Kebenaran yang tidak bisa diperdebatkan (undebatable) dan absolut. Hal-hal yang bersifat doktin ketuhanan, kenabian, dan hal-hal yang metafisika (metaphysic) (hal-hal yang ghaib atau tidak Nampak) adalah bagian dari keabsolutan kebenaran yang tidak bias diutak-atik benar salahnya.
Kita sepakat bahwa ada beberapa hal dalam permasalahan agama yang tidak perlu dipertentangkan dan bongkar pasang dengan alasan ilmiah atau berbagai alasan apapun. Akan tetapi, ada beberapa hal yang bias kita dudukkan bersama dan mencapai suatu kata mufakat bahwa ada suatu bagian dari agama yang hidup dan berkembang dalam budaya masyarakat.